Pilihan

3K 316 50
                                    

"Aku akan pergi ke Swiss."

Mendengar jawaban Jimin, Yoongi mematung sejenak. Pemuda Min itu nampak memikirkan sesuatu, itu terasa begitu tiba-tiba untuknya.

"Swiss? Untuk apa kau pergi ke sana?" Jimin kembali terdiam ia hanya menatap gelas coklat ditangannya.

"Aku diminta Ji hyung untuk menjadi sniper tim intel Korea disana." Pemuda itu menjawab pertannyaan Yoongi dengan kepala yang masih tertunduk. Bagaimana bisa ia mengatakn semua ini padahal ia sendiri masih tak yakin dengan keputusan itu.

"Appa sudah mengetahuinya?" Tanya Yoongi berusaha tenang, ia tak ingin hal itu mempengaruhi Jimin.

"Eum........karena appa yang mengusulkannya pada Ji Hyung." Yoongi menghela napas sejenak, ia tak habis pikir tentang hal ini, awalnya Yoongi pikir ini adalah ide dari Detektif Ji. Tetapi saat mengetahui Tuan Kim lah yang meminta hal itu, Yoongi tak dapat menyangkalnya lagi.

Yoongi akui keahlian menembak Jimin begitu hebat dan sangat akurat. Bahkan dalam sekali bidik pemuda itu dapat menyapu habis targetnya. Tapi pergi ke Swiss dan menjadi bagian tim intel, itu semua diluar perkiran Yoongi.

"Jadi kapan kau akan mengatakan pada yang lain?" Jimin kembali terdiam, ia juga tak yakin apakah akan menyampaikan semuanya.

"Mungkin secepatnya, tapi aku masih ragu untuk itu." Jimin menatap Yoongi guna meminta pendapat.

"Lalu, kapan kau akan berangkat?"

"Setelah misi ini selesai, tapi hyu..........."

"Berapa lama?" Yoongi memotong begitu saja ucapan Jimin

"Akan ada masa percobaan selama 1 tahun, dan jika diterima mungkin akan mencapai 3 tahun atau bahkan......."

"Baiklah sudah cukup." Lagi-lagi  Yoongi memotong ucapan Jimin dan memilih untuk kembali menyesap lattenya.

Jimin menunduk dalam, ada rasa bersalah pada dirinya. Apakah ia tak harus pergi? Kiranya semua pertanyaan yang berputar di kepalanya saat ini.

"Hyung jika memang kau tidak setuju jika aku pergi. Aku tak akan menerima tawaran itu." Jimin sungguh merasa tak enak hati jika harus pergi meninggalkan timnya, mimpinya buka apa-apa dibanding kebersamaan .

"Lakukan saja sesuai keinginanmu Jimin-ah."  Yoongi menatap Jimin dengan tersenyum tipis. Pemuda Park itu masih menatap Yoongi sebelum ia meneguk habis coklatnya, entah apa yang ada di pikiran Jimin sekarang, hal itu terlalu rumit untuk Jimin selesaikan sendiri.

Sudah sekitar 2 jam mereka menghabiskan waktu di cafe itu. Yoongi bangkit dan membayar pesanannya di meja kasir, dengan Jimin yang menanti dibelakangnya.

"Hyung, lain kali aku yang akan membayar. Kau yang selalu membayar pesananku."

"Baiklah, akan kutagih janjimu." Jawan Yoongi singkat sebelum melanjutkan langkahnya.

Setelah mereka keluar dari cafe itu Jimin menghentikan langkahnya, ia seakan teringat suatu hal.

"Ah.......hyung aku akan pergi ke tempat lain dulu sebelum pulang, apakah tak apa jika kau pulang seorang diri?"

"Yak.......kau pikir aku ini yeoja eoh?" Jimin terkikik mendengar jawaban Yoongi, sungguh sang kakak terlihat begitu lucu saat ini.

"Hyung, aku hanya bertanya. Baiklah aku pergi dulu, apa harus aku pesankan taxi?" Jimin semakin gencar menggoda Yoongi.

"Pergilah sana!" Yoongi mengibaskan tangannya, mengisyaratkan kepada Jimin untuk segera pergi.

Baru dua langkah yang Jimin ambil, namun tubuhnya sudah hampir tertabrak seorang gadis dengan sepatu rodanya. Beruntuk pemuda itu memiliki reflek yang cepat.

SuspiciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang