Mengapa Dia

3.2K 318 41
                                        

"Dia pria yang telah membunuh ibu kalian."

Ketujuh pemuda itu menatap Tuan Kim tak percaya. Taehyung mengepalkan tanganya erat, sampai pemuda itu memilh untuk beranjak dari tempatnya.

Tak hanya Taehyung, Jungkook pun turut pergi Jimin yang tadinya masih tenang di kursinya beranjak menyusul kedua adiknya. Bukan hal bagus jika keduanya dalam emosi yang seperti ini.

Jimin ingin menenangkan Taehyung yang nampak sangat gusar, pemuda Park itu berkeliling mencari keberadaan Alien Kim itu. Sampai netaranya menangap bahu yang bergetar di dekat pohon apel.

"Tae." Jimin menarik bahu itu dan memelukknya erat.

"Dia benar-benar seorang moster Jim!" Taehyung berteriak dihadapan Jimin.

"Aku tau Tae, dan kita akan menangkapnya." Jimin memegang erat bahu Taehyung.

"Aku benar-benar akan membunuhnya!" Taehyung bangkit dan menatap pohon apel dihadapanya.

***

Ditempat lain Jungkook nampak mengotak-atik ponselnya. Seseorang menghubunginya, namun Jungkook nampak gelisah akankan harus ia menerima panggilan itu.

"Berhenti menghubungi ku!" Jungkook melempar ponselnya hingga terpisah menjadi beberapa bagian.

"Cooky." Jungkook yang tengah menatap ponselnya yang berserakan, terkejut mendengar panggilan Jimin.

"Hyung!" Jungkook menatap Jimin sebelum ia memungut ponselnya.

"Apa yang terjadi?"

"Tanganku berkeringat dan mebuat ponselku terjatuh." Alibi Jungkook yang membuat Jimin mengangguk paham.

"Lain kali berhati-hatilah, Ah.......Namjoon hyung ingin membicarakan misi selanjutnya sebaiknya kita segera kesana." Jimin menepuk bahu Jungkook dan segera beranjak dari tempatnya.

Setelah mendengar cerita dari Tuan Kim tentang masa lalunya, member 007 bertekat untuk segera menangkap Pria itu dan menjebloskannya ke penjara.

"Kita membutuhkan persiapan yang matang untuk misi ini." Seokjin berucap serius dengan menatap Namjoon yang sibuk dengan laptopnya.

"Aku menemukan beberapa profil tentang para pengikut Pria itu, merka adalah orang-orang terlatih dan bahkan beberapa hacker."  Namjoon menunjukkan hasil kerjanya kepada para member.

"Lalu kapan kita akan bergerak?" Hoseok membuka suara, yang seketika mendapat tatapan dari Yoongi.

"Dia orang yang licik, maka kita harus bisa lebih licik darinyal." Jawaban Yoongi dibalas anggukan oleh member yang lain.





Hari yang melelahkan untuk para member, mereka harus bekerja keras untuk mendapat informasi lebih banyak lagi mengenai kasus yang tengah mereka tangani.

Setelah kembalinya para member dari kantor polisi untuk menemui Detektif Ji. Yoongi mengirim pesan singkat kepada Jimin untuk menemuinya di kafe.

Sekitar 20 menit Yoongi harus menunggu, sampai pemuda pendek itu menampakkan dirinya. Jimin memanggil Yoongi dengan tersenyum. Setelah itu mendudukkan tubuhnya pada kursi kosong di depan Yoongi.

Sebelum mereka memulai pembicaraan Jimin terlebih dahulu meminum coklat panas yang tidak lagi panas di hadapannya. Sudah seperti kebiasaan Yoongi akan memesan latte untuk dirinya sendiri dan coklat panas untuk Jimin. Dan kebiasaan Jimin yaitu selalu datang terlambat.

"Baiklah hyung, apa yang ingin kau sampaikan?"

"Ini menyangkut kalian bertiga." Yoongi meletakkan cangkir lattenya seraya menatap Jimin. Yoongi tak suka terlalu basa-basi.

"Maksud hyung kami para maknae?" Anggukan kecil Yoongi berikan sebagai jawaban.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian akhir-akhir ini?"

Jimin mengangkat gelas coktanya dan menyesapnya sedikit.

"Apakah kami terlihat berbeda?"

"Tentusaja, Taehyung yang biasanya selalu nampak aktif belakangan ini menjadi sering mengurung diri dikamarnya."

"Mungkin itu karena cerita appa mengenai meninggalnya eomma?" Jimin  menatap Yoongi sebelum beralih pada lalu lalang jalanan.

"Kemudian Jungkook, ia menjadi sering keluar. Bahkan kemarin aku sempat mengikutinya dan melihatnya bertemu dengan seseorang."

"Mungkin saja itu temanya?" Yoongi menghela napas, menatap lama Jimin kemudian mulai membuka mulutnya kembali.

"Lalu bagaimana denganmu? Apakau tidak menanyakan tentang keadaan mereka? Tidakkah kau juga berubah?" Ucapan Yoongi membuat Jimin menghentikan tangannya yang akan mengangkat gelas coklatnya.

"Menurut hyung seperti itu? Tapi menurutku, aku hanya ingin mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Aku tidak harus selalu harus bertanya, mereka sudah dewasa bukan lagi anak berusia 13 tahun dan 11 tahun lagi." Jimin mengeratkan genggamanya pada gelas coklat.

"Inilah tujuanku memanggilmu kemari. Aku hanya ingin tau alasan perubahan sikap kalian." Yoongi mengangkat cangkir lattenya dan menyesapnya perlahan.

"Aku hanya ingin mereka menjadi dewasa, hanya itu." Jimin menunduk dalam dan Yoongi hanya bisa menatapnya.

Sekitar 10 menit, hanya sunyi yang mendominasi kedua pemuda itu. Tak ada yang membuka suara, Yoongi sibuk dengan ponselnya sementara Jimin tengah menatap coklat di dalam gelasnya

Sesekali Yoongi mencuri pandang kearah Jimin, namun posisi pemuda itu tetap sama seperti yang terakhir kali.

Sampai helaan napas dari Jimin mebuat Yoongi kembali menatap pemuda itu.

"Apakah sikapku terlihat buruk hyung?" Mendengar pertanyaan Jimin Yoongi tak tau harus berkata seperti apa.

"Sebenarnya tidak buruk tapi........."

"Aku hanya ingin mereka lebih dewasa, aku takut jika aku tidak ada nanti dan mereka tetap seperti itu." Jimin menatap Yoongi dalam.

"Inilah yang selalu ingin ku tanyakan, memangnya kau akan pergi kemana? Sehingga kau bisa berkata seperti itu?!" Yoongi menatap Jimin penuh emosi, inilah yang sangat Yoongi takutkan.

Tak segera menjawab, pemuda Park itu hanya diam dan mengalihkan pandanganya kerah ramainya jalan raya.

"Jawab aku Park Jimin!" Volume bicara Yoongi yang semakin meninggi membuat Jimin kembali menatap Pemuda Min tersebut.



"Aku akan pergi ke Swiss."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SuspiciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang