6. Bayangan Masa Lalu.

6.3K 810 19
                                    

Diatas gedung sekolah 3 orang pria tengah bermain kertas, batu, gunting dengan hukuman yang kalah harus dijitak. Tidak, sebenarnya hanya dua dari mereka, sedangkan yang satunya cukup memperhatikan kedua temannya yang tengah bermain permainan yang konyol tersebut. Sesekali tersenyum saat melihat salah satunya kesakitan karena terkena jitakan terlalu kuat.

"Aduh, sakit jingan. Lo jitaknya kenceng banget." Naufal memegangi dahinya yang berdenyut karena dijitak terlalu kuat oleh Bara, sedangkan si pelaku sedang tersenyum lebar kala melihat temannya kesakitan.

"Lemah banget lo, dijitak gitu doang sakit."

Mereka kembali melanjutkan permainan tersebut. Kertas dan gunting, tentu saja gunting pemenangnya, melihat hal itu Naufal tersenyum miring lalu menjitak kuat dahi Bara hingga meninggalkan bekas merah.

"Anjing! Bales dendam ya lo?!" pekik Bara setelah dahinya dijitak dengan kuat oleh Naufal.

"Lemah banget lo, dijitak gitu doang sakit."

Mendengar kalimatnya tadi diucapkan kembali oleh Naufal kepadanya, membuat Bara memukul main-main lengan temannya.

"Mau berantem sama gue lo?" tantang Bara yang tentu saja disetujui dengan senang hati oleh Naufal.

"Ayo, siapa takut?"

Davian memutar bola matanya kala melihat kedua temannya bertengkar karena hal yang tidak penting. Ia membaringkan tubuhnya diatas sofa yang masih terlihat bagus itu lalu meletakkan lengan kanannya di atas mata, guna menghalangi sinar matahari yang menyilaukan mata.

"Oh iya, gue dengar katanya nanti malam bang Jo ngadain balapan," ujar Bara saat teringat dengan lomba yang akan diadakan temannya. Kalau dibilang teman juga bukan sih, mereka masih ada hubungan saudara.

"Boleh juga, hadiahnya apa?" tanya Naufal dengan antusias, bisa ditebak jika bang Jonathan mengadakan balapan, hadiahnya pasti tidak main-main.

"Bugatti Veryon."

"Serius lo? Pasti banyak yang ikut," kata Naufal yang dibenarkan oleh Bara.

"D, lo ikut kan? Lumayan lah, kalau menang hadiahnya bisa buat nambah koleksi," ujar Naufal. Davian terlihat berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya pelan.

"Boleh, nanti gue nyusul kesana."

Tak lama kemudian Davian bangkit dari acara berbaringnya, beranjak dari tempatnya duduk lalu meninggalkan kedua temannya.

"Lo mau kemana?" tanya Bara.

"Bel masuk sebentar lagi bunyi, gue duluan," ujar Davian tanpa repot-repot menghentikan langkahnya, meninggalkan kedua temannya yang menatap kepergiannya.

***

Davian melihat sebuah mobil sedan putih terparkir di garansi, berjejer dengan mobil-mobil mewah milikinya. Mobil itu, Davian tahu betul siapa pemiliknya, yang tak lain dan tak bukan adalah milik papanya. Itu artinya sang papa saat ini berada di rumah setelah berbulan-bulan tidak pulang.

Davian tersenyum kecil lalu mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah, di ruang tamu Doni, papa Davian sedang duduk di sofa sembari memegang tablet, ditemani dengan secangkir kopi di atas meja.

Doni mengalihkan pandangannya dari layar ketika melihat sang anak masuk ke dalam rumah, namun hanya melirik sekilas ke arahnya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Davian."

Mendengar namanya dipanggil membuat Davian menghentikan langkahnya dan sedikit menoleh ke belakang.

JUST D [Who Are You?] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang