Awan mendung yang diiringi dengan rintik-rintik hujan menggambarkan kesedihan mendalam bagi orang-orang yang ditinggalkan. Tangis Jessyca seketika pecah ketika melihat tubuh sang mama terkubur didalam tanah, ia mendudukkan diri disamping makam dan memeluk nisan bertuliskan nama seseorang yang telah melahirkannya.
"Kenapa mama tinggalin aku secepat ini? Jessyca takut sendirian mama, kenapa mama tinggalin Jessyca?"
Tangisan Jessyca berhenti saat netranya menangkap sosok orang yang paling dibencinya tengah berdiri diantara kerumunan orang disana. Ia segera berdiri dari duduknya dan menatap nyalang ke arah Andy yang juga menatap sendu ke arahnya.
"Bagaimana? Anda merasa puas sekarang? Melihat mama saya terkubur di dalam tanah, anda pasti merasa sangat puas!"
"Kenapa anda hanya diam saja? SEBEGITU PUASNYA KAH MELIHAT KEMATIAN MAMA SAYA SAMPAI ANDA TIDAK BERKATA-KATA?!" jerit Jessyca yang menyalurkan kemarahannya, mengabaikan fakta jika dirinya kini menjadi bahan tontonan orang-orang disana.
Andy tak bisa berkata apapun mendengar tuduhan yang dilontarkan Jessyca padanya. Jujur saja ia bahkan tidak tahu menahu atas kematian Fitri yang secara tiba-tiba setelah kunjungannya bersama Ergi.
Jessyca menghampiri Andy dan memberikan pukulan sekuat tenaga. Kanaya yang melihat aksi anarkis tersebut pun segera menghampiri Jessyca dan memeluknya dari belakang, mencoba untuk menghentikan pergerakan temannya.
"Jessyca, udah."
"Lepasin gue, Nay!" berontak Jessyca, ia berusaha untuk melepaskan tangan Kanaya yang melingkar di pinggangnya namun sia-sia, pelukan Kanaya pada pinggangnya begitu erat.
"Orang itu udah buat mama gue menderita Nay. LAKI-LAKI ITU UDAH BIKIN MAMA GUE MENINGGAL!" pekik Jessyca diiringi dengan tangisannya yang semakin menjadi.
"Jess, udah, jangan bikin kekacauan di hari pemakaman tante Fitri."
Jessyca membalikkan tubuhnya dan memeluk Kanaya mendengar perkataanya. Kanaya benar, tidak seharusnya ia membuat kekacauan di hari pemakaman mamanya.
"Harusnya dia aja yang mati bukan mama gue, Nay."
Kanaya dibuat terkejut mendengar penuturan Jessyca, ia menolehkan kepala dan mendapati Andy yang terlihat memancarkan raut wajah terluka.
"Sebelumnya maaf, tapi lebih baik om Andy pergi dari sini dulu, biarkan kondisi Jessyca lebih tenang," tutur Kanaya dengan sangat hati-hati, bukan bermaksud dirinya untuk mengusir, tapi keadaannya sekarang tak memungkinkan untuk mereka berada ditempat yang sama.
Andy menganggukkan kepalanya, memahami maksud dari perkataan Kanaya. Dia berjalan menghampiri makam Fitri dan menaburkan bunga diatasnya.
"Baiklah. Om pergi dulu, Kanaya tolong temani Jessyca ya," ujar Andy yang dibalas anggukkan kecil oleh Kanaya.
"Iya om."
Setelah itu Andy pergi lalu diikuti dengan satu persatu orang yang pergi meninggalkan area pemakaman.
Kini area pemakaman tampak sepi, hanya tinggal Kanaya serta Jessyca yang masih menangis di pelukannya. Kanaya mengelus perlahan punggung yang bergetar di pelukannya. Baru kali ini ia melihat sisi lain dari Jessyca, nampak sangat rapuh. Jessyca yang selama ini ia kenal sebagai anak yang ceria dan bertingkah seolah-olah tak memiliki beban hidup ternyata hanyalah sebuah tipuan belaka. Kanaya seakan-akan tak mengenal siapa orang di pelukannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST D [Who Are You?] [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Davian Algio adalah sosok pemimpin geng Pancor yang menyamar menjadi nerd sebagai sarana penebusan dosa...