"Itu bukannya mobil kakak lo ya?"
Marsha mengikuti arah telunjuk Kanaya, dan benar saja sebuah mobil Audi putih milik Ergi terparkir tak jauh dari gerbang sekolahnya.
"Iya, itu mobilnya kak Ergi."
Marsha merasa heran, tumben sekali Ergi mau menjemputnya tanpa disuruh, biasanya kalau tidak diancam dulu kakaknya itu tidak akan sudi menjemputnya ke sekolah.
"Sorry ya Nay, gue nggak bisa nemenin lo ke Salon," ujar Marsha yang membuat Kanaya mengerucutkan bibirnya kesal, pasalnya tadi pagi Marsha sudah mengiyakan ajakan Kanaya untuk pergi ke salon bersama.
"Ya udah deh nggak apa-apa, tapi lain kali lo janji harus nemenin gue ya." Kanaya menyodorkan jari kelingkingnya pada Marsha, "pinky promise?"
Marsha menggelengkan kepalanya tak percaya, memangnya Kanaya pikir mereka ini anak kecil berusia 5 tahun apa? Tanpa menunggu lebih lama lagi, Marsha langsung menautkan jari kelingkingnya pada Kanaya.
"Iya-iya gue janji."
"Kalau gitu gue duluan ya, bye," ujar Marsha yang dibalas anggukkan kepala oleh Kanaya, ia lalu berlari kecil untuk menghampiri mobil kakaknya di seberang jalan.
Sesampainya di samping mobil Ergi, Marsha mengetuk pelan kaca jendela dan memberikan isyarat pada kakaknya untuk membuka pintu mobil yang terkunci dari dalam.
"Kondisi mama gimana, kak?" tanya Marsha sesaat telah mendudukkan diri di mobil Ergi.
"Mama udah sadar tadi sejak tadi pagi."
Marsha menghela napas lega mendengar penuturan kakaknya, "syukur deh kalau gitu."
Ergi menatap adiknya yang tengah memasang seat belt di tubuhnya, ia lega saat mendapati sebuah senyum kecil terbit di wajah adiknya. Setidaknya Marsha kini tidak murung seperti yang dikatakan Kanaya kemarin malam.
"Lo mau makan siang dulu atau-"
"Langsung ke Rumah sakit aja, gue pengen ketemu sama mama." potong Marsha dengan cepat. Marsha memang merasa lapar karena tidak memakan apapun di sekolah tadi, tapi Marsha masih bisa menahannya, ia ingin cepat-cepat ke Rumah sakit untuk menemui sang mama.
"Tapi gue lapar, jadi kita makan siang dulu."
Marsha terperangah mendengarnya, lalu kenapa Ergi harus bertanya padanya kalau sudah membuat keputusan sendiri?
"Lo mau makan apa?" tawar Ergi.
Marsha berpikir sejenak, sepertinya makan burger di siang hari tidak terlalu buruk, "gue mau makan burger di McD."
Ergi menganggukkan kepalanya dan mulai menyalakan mesin mobilnya, bersiap untuk pergi.
"Oke, kita ke restoran seafood," ujar Ergi dengan santai yang sekali lagi membuat Marsha terperangah, kakak sialannya ini benar-benar.
"Terserah! Se-merdeka lo aja, Ergi sialan," umpat Marsha yang membuat Ergi tertawa kecil mendengarnya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Ergi menjemput Marsha, saat ini papanya sedang mengunjungi mamanya di Rumah sakit. Maka dari itu, tugas Ergi adalah memberikan waktu untuk keduanya berbicara dengan mengajak Marsha makan siang. Kenapa mereka tidak makan saja di tempat pilihan Marsha? Tentu saja karena lokasi McD sangat dekat dengan Rumah sakit tempat mamanya dirawat, sedangkan lokasi restoran seafood cukup jauh dari Rumah sakit, mereka bahkan harus berbalik arah dari sini.
Dalam keadaan seperti ini Ergi hanya bisa berharap jika papanya berhasil membujuk sang mama.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST D [Who Are You?] [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Davian Algio adalah sosok pemimpin geng Pancor yang menyamar menjadi nerd sebagai sarana penebusan dosa...