39. I Think I Like Her.

3.4K 574 22
                                    

"Ini."

Naufal menyerahkan sebuah paper bag pada Davian yang langsung diterima oleh sang empu.

"Thanks." Pria itu lantas masuk ke kamar mandi meninggalkan kedua temannya menunggu diluar.

"Katanya seminggu ini dia nggak pulang ke rumah," ujar Naufal sembari menyenderkan punggungnya pada dinding kamar mandi.

"Dia nginep di rumah gue," balas Hendry.

"Oh ya? Nggak heran sih." Naufal mengangguk-anggukkan kepalanya.

Hendry mengernyitkan keningnya samar mendengar kalimat ambigu yang diucapkan Naufal, "kenapa?"

"Gue tadi nggak sengaja ketemu Tante Sarah di rumahnya Davian," jawab Naufal dengan suara kecil, takut jika Davian mendengar perkataannya.

Hendry menegakkan tubuhnya mendengar penuturan Naufal. Kenapa tante Sarah ada di rumah? Apa yang dilakukannya disana?

"Ngapain dia di rumah Davian?"

Naufal mengendikkan bahunya singkat, "gue juga nggak tau pasti sih, tapi mungkin gara-gara itu Davian nginap di rumah lo."

Hendry menyetujui perkataan Naufal, pantas saja dia tak mau mengatakan alasan kenapa ia menginap di rumahnya. Bahkan ia sampai uring-uringan selama satu minggu karena Davian menjadikannya jongos di rumahnya sendiri. Diusir pun tak mau pergi, yang ada malah merajuk padanya, menyebalkan sekali.

Tak lama kemudian orang tengah dibicarakan keluar dari kamar mandi, memakai seragam rapi, lengkap dengan kacamata bulat yang bertengger di hidungnya. Naufal yakin, siapapun yang melihatnya pasti akan sakit mata.

"Bara dimana?" tanya Davian saat menyadari salah satu temannya tak ada.

"Sama cewek barunya lah, kayak nggak tahu anak itu aja," ujar Naufal yang dibalas anggukan ringan oleh Davian.

"Hari ini gue nggak masuk kelas."

Hendry dan Naufal memusatkan perhatian mereka mendengar penuturan Davian. Pasalnya selama hampir dua tahun mereka bersekolah, tak pernah sekalipun temannya itu membolos pelajaran.

"Serius?" tanya Hendry dengan raut serius yang begitu ketara diwajahnya.

"Terus buat apa lo nyuruh gue ngambil seragam di rumah lo tadi?" tanya Naufal dengan kesal sedangkan sang pelaku hanya mengendikkan bahunya tak acuh.

"Iseng aja," balas Davian yang berhasil membuat Naufal mendengus kesal.

"Lo berdua ikut nggak?"

"Ikut lah, udah lama juga kita nggak bolos bareng," balas Hendry dengan antusias yang disetujui oleh Naufal.

"Ya udah, jangan lupa kasih tahu Bara," ujar Davian lalu berjalan terlebih dahulu menuju rooftop sekolah. Kepalanya terasa pening, mengikuti pelajaran pun pasti akan percuma, jadi pilihan yang terbaik adalah membolos.

***

Marsha berjalan di koridor sembari menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, jam istirahat sudah hampir habis namun ia tak menemukan atensi sang pujaan hati. Marsha sudah mendatangi tempat yang memungkinkan untuk didatangi pria itu, seperti perpustakaan, taman belakang sekolah, dan kantin. Marsha juga sempat bertanya pada Bara saat berpapasan di depan ruangan aula tadi, namun pria itu mengatakan jika tak mengetahui dimana Algio.

Maka dari itu, Marsha memilih untuk kembali ke kelasnya saja daripada berkeliling tidak jelas. Dengan perasaan kesal, ia membuka pintu dengan sebelah kakinya hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Untungnya kelas dalam keadaan sepi, menyadari jika sekarang adalah jam istirahat, jadi Marsha tak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk beradu argumen dengan temannya.

JUST D [Who Are You?] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang