Hendry duduk di samping Bara dengan kaki yang tengah di obati oleh dua siswi yang merupakan anggota PMR. Mereka terlihat beberapa kali mengusap telinganya karena merasa pengang, pasalnya sedari tadi dua siswi itu terus memekik tertahan karena berada di tenda yang sama dengan dua siswa populer di sekolahnya. Beberapa kali juga Bara memergoki Hendry yang terlihat tak nyaman karena terus diperhatikan oleh dua siswi di depannya. Bara tahu jika Hendry tak suka di perhatikan terlalu berlebihan oleh orang lain, maka dari itu ia segera angkat bicara.
"Bisa lebih cepat ngobatinnya? Kalian nggak lihat lukanya udah ngeluarin darah lagi?" kata Bara dengan nada dingin, membuat dua siswi itu berhenti menatap dirinya maupun Hendry. Bara tahu jika dua siswi itu sengaja mengulur-ulur waktu agar lebih lama berada didekatnya dan Hendry. Tapi, tidakkah mereka melihat kondisi Hendry sedang membutuhkan penanganan saat ini?
Bara mendengus sebal saat memergoki salah satu dari mereka merona karena tak sengaja bertemu tatap dengannya. Tak lama kemudian luka Hendry telah selesai diobati, namun entah mengapa kedua siswi itu tak kunjung beranjak untuk meninggalkan tenda, yang ada mereka malah duduk dengan nyaman di tempatnya dengan mata yang kembali memandang ke arah Bara dan Hendry.
"Udah selesai kan? Kalian bisa keluar sekarang dan juga terimakasih atas bantuannya," ujar Hendry sambil mengarahkan tangan kananya pada pintu keluar, dengan raut kecewa kedua siswi itu segera keluar dari tenda pengobatan tersebut.
Setelah kedua siswi itu keluar, Bara memiringkan badannya untuk menatap Hendry.
"Kaki lo, kenapa bisa kayak gitu?" Hendry terlihat enggan untuk menjawabnya namun Bara berulang kali menggumamkan kata 'hm?' seolah-olah memaksa Hendry untuk menjawab pertanyaannya.
"Gue jatuh ke dalam sumur."
Bara langsung membulatkan kedua mata mendengarnya, sedangkan Hendry terlihat abai dengan reaksi yang bara berikan.
"Dan, Davian yang nolongin lo?" tanya Bara yang membuat Hendry menolehkan kepalanya ke samping, menatap Bara yang melontarkan pertanyaan konyol semacam itu.
"Apa ada orang lain yang tersesat di hutan selain gue sama dia?" tanya Hendry dengan nada jengah, detik berikutnya Bara tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.
"Dan lo masih bertahan sama keputusan lo sebelumnya?" tanya Bara lagi yang membuat Hendry bungkam, ia jelas tau apa yang sedang dibicaran Bara sekarang.
"Gue nggak paham apa yang lo bicarain, lebih baik lo keluar sekarang." seakan tak mendengar apapun sebelumnya, Bara kembali melanjutkan ucapannya.
"Dan sekarang lo pura-pura bodoh? Gue tahu kalau lo paham betul apa yang gue bicarain. Ayolah Hen, lo itu bukan anak kecil lagi, kita bisa selesaiin masalah ini secara baik-baik, dan lo nggak perlu menghindari kita karena semua itu nggak akan nyelesaiin apapun. Lo udah dewasa, kita semua udah dewasa, udah saatnya kita selesaiin masalah dengan kepala dingin. Lo tahu kan, pertemanan kita bukan mainan yang saat lo ngerasa bosan akan lo tinggalin gitu aja."
Bara menghentikan ucapannya, lalu menghela napas panjang. Bara rasa Hendry butuh waktu berpikir, maka dari itu ia beranjak dari duduknya dan menepuk pelan punggung Hendry.
"Pikirin baik-baik ucapan gue tadi, gue pergi dulu. Get well soon." Lalu setelahnya Bara keluar dari tenda kesehatan, meninggalkan Hendry yang terperangah dibuatnya.
Kalian sadar apa yang baru saja terjadi? Hendry mungkin tidak akan se-terkejut ini jika yang berbicara tadi adalah Naufal. Tapi, orang yang mengatakannya kalimat tadi adalah Bara. Seorang Bara Mahendra mau berbicara panjang lebar?
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST D [Who Are You?] [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Davian Algio adalah sosok pemimpin geng Pancor yang menyamar menjadi nerd sebagai sarana penebusan dosa...