"Oh!" Naufal bangkit dari posisi berbaring nya dan berseru secara tiba-tiba.
"Gawat bro!" ujar Naufal tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel beserta jarinya tak berhenti mengetik diatas keyboard.
"Gawat kenapa?" tanya Hendry yang merasa keheranan.
"Chandra bilang, katanya anak Danger pada ngerusuh di basecamp kita, karena akhir-akhir ini bosnya nggak pernah ngumpul sama mereka, dan malah kepergok nongkrong sama kita, baperan banget perasaan!" jelas Naufal panjang lebar.
Davian yang sejak tadi terlihat tenang pun akhirnya membuka mata mendengar penuturan Naufal.
"Bosnya lo kan?" tanya Bara sembari menunjuk Hendry lalu dibalas anggukan oleh sang empu.
"Otak udang semua anak buah lo, ngerepotin aja," ujar Davian lalu beranjak dari posisi berbaring nya, "kita ke basecamp sekarang," lanjutnya.
"Tapi D, ini kan masih jam pelajaran," kata Naufal yang dibalas decakan sebal oleh Davian.
Sial, hari ini semuanya terdengar merepotkan.
***
Marsha menumpukan sebelah tangannya diatas meja guna menyangga kepalanya. Gadis itu menggulirkan matanya ke arah jendela, sebenarnya tak ada yang menarik disana, hanya ada sebuah tembok bercat putih setinggi 4 meter yang merupakan tembok pembatas sekolahnya.
Membosankan? Iya benar, tapi hal ini lebih baik daripada harus memperhatikan gurunya yang tengah sibuk menjelaskan rumus kimia yang bisa membuatnya merasa mual hanya dengan sekali lihat.
Marsha menatap arloji ditangan kirinya lalu menghela napas panjang, masih jam 09.07, jam makan siang masih lama ternyata.
Marsha melirik sekilas ke sampingnya, mengajak bicara Kanaya pun rasanya percuma. Temannya ini terlihat fokus memperhatikan penjelasan guru didepan sana. Tentu saja karena pelajaran kimia adalah satu-satunya pelajaran favorit Kanaya, berbeda dengan dirinya yang tak menyukai pelajaran apapun.
Marsha kembali menolehkan pandangannya ke jendela, namun apa yang ia lihat hampir saja membuatnya memekik ditempat. Mata bulatnya kian membesar kala melihat 4 orang siswa laki-laki berseragam sama sepertinya tengah berusaha memanjat tembok pembatas sekolah yang amat tinggi tersebut. Gadis itu melongo ketika melihat 3 dari mereka telah berhasil memanjat tembok kokoh itu dengan mudahnya.
'Gila, udah kayak tokek aja mereka,' gumam Marsha dalam hati.
Tapi tunggu, jika dilihat-dilihat lagi sepertinya Marsha mengenal mereka. Ah benar, mereka yang berhasil memanjat tembok pembatas tadi adalah Hendry, Bara dan Naufal. Tapi siapa orang yang terakhir yang belum memanjat tembok pembatas itu? Sosoknya terlihat sangan familier di matanya.
Marsha mengerutkan keningnya samar ketika melihat orang tersebut terlihat menengok kan kepalanya ke kanan dan ke kiri, sebenarnya apa yang dia lakukan?
Detik berikutnya, Marsha merasa jika jantungnya berhenti berdetak ketika orang tersebut menolehkan kepala ke arahnya. Tunggu, ia tidak salah lihat kan?
***
Naufal merasakan napasnya tercekat karena lompatannya yang kurang sempurna, ia bahkan hanya bertopang dengan sebelah tangan pada tembok. Sedikit kehilangan keseimbangan mungkin bisa membuatnya jatuh ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST D [Who Are You?] [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Davian Algio adalah sosok pemimpin geng Pancor yang menyamar menjadi nerd sebagai sarana penebusan dosa...