33. Punishment.

3.7K 541 15
                                    

Hendry meregangkan tubuhnya sembari menguap lebar, pemuda itu baru saja terbangun dari tidurnya. Ia menolehkan ke kanan dan ke kiri lalu mengernyit keheranan mendapati langit yang telah berwarna hitam.

"Hm? Udah malam ternyata."

Hendry menyamankan posisi berbaring nya, mengabaikan fakta jika ia tengah berada diatas pohon oak yang tumbuh ditepi danau. Sejak kematian Mila tiga tahun yang lalu, Hendry memang rutin mengunjungi danau ini. Ia selalu datang setiap ada waktu, meskipun hanya untuk melamun, atau menikmati semilir angin yang membuatnya jatuh kedalam alam mimpi seperti saat ini.

Hendry menghela napasnya panjang lalu mendudukkan dirinya, sebaiknya ia segera pergi dari sini sebelum tubuhnya membeku karena angin malam terasa sangat dingin. Ia melompat dari atas pohon dan mendarat di atas rumput yang basah, ia baru saja berjalan beberapa langkah namun terjatuh karena kakinya tak sengaja terjerat sesuatu.

"Aduh, sialan! Apaan sih?" umpat Hendry karena merasa kesal, ia mengambil sesuatu yang menyangkut di kakinya lalu mengernyit saat mendapati sebuah tas tangan wanita.

"Punya siapa?"

Hendry mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk menemukan siapa pemilik dari tas ini. Ia menyipitkan kedua matanya untuk memperjelas pengelihatannya. Sumpah demi apapun, ia melihat seorang perempuan berjalan ke tengah danau lalu tak lama kemudian membiarkan tubuhnya tenggelam.

Hendry melepaskan jaket kulit yang dipakainya dan melemparnya asal. Ia segera berlari dan melemparkan tubuhnya untuk berenang ke tengah danau, setelahnya ia mendapati seorang perempuan yang memakai pakaian serba hitam dengan mulut yang mengeluarkan buih-buih air. Dengan susah payah, Hendry menggapai tubuh perempuan tersebut dan membawanya berenang ke tepi danau.

"Hey, bangun."

Hendry menepuk pipi perempuan yang tak dikenalnya tersebut. Hendry merasa gusar saat tak mendapati respon apapun, ia merasa Deja vu. Ingatannya melayang pada kejadian tiga tahun yang lalu saat melihat Mila dengan kondisi yang sama dengan perempuan ini, lalu berakhir dengan nyawanya yang tak terselamatkan.

Hendry kembali menepuk pipi perempuan tersebut bahkan kali ini lebih keras hingga meninggalkan bekas kemerahan disana namun masih tak mendapatkan respon apapun.

"Buka mata lo, please," ujar Hendry putus asa, ia mungkin akan merasa sangat bersalah jika nyawa perempuan ini melayang.

Hendry menekan dada perempuan tersebut berulang kali tapi tetap masih tak mendapatkan respon apapun hingga membuatnya berteriak kesal. Tanpa berpikir dua kali, Hendry segera memberikan napas buatan untuk perempuan tersebut.

Dan berhasil, akhirnya perempuan tersebut membuka matanya dan terbatuk. Tanpa sadar Hendry menitihkan air matanya melihat hal tersebut, ia merasa sangat lega ternyata perempuan tersebut masih hidup.

Disisi lain, Jessyca mengambil oksigen secara terburu-buru hingga tersedak nafasnya sendiri. Ia merasa tak percaya saat mendapati jika dirinya masih hidup. Kenapa? Bagaimana mungkin ia masih hidup? Bukankah ia harusnya sudah tenggelam di tengah danau sana?

"Akhirnya lo selamat."

Jessyca menolehkan kepalanya pada sumber suara dan mendapati Hendry duduk disampingnya, kenapa dia bisa berada disini?

"Apa yang lo lakuin?" tanya Jessyca yang membuat pemuda disampingnya menaikkan kedua alisnya.

"Apa yang gue lakuin? Tentu aja nyelamatin nyawa lo," jawab Hendry dengan kesal.

"Kenapa lo lakuin itu?" lirih Jessyca, ia mendongakkan kepalanya dan menatap nanar ke arah Hendry.

"Kenapa lo lakuin hal itu? HARUSNYA LO BIARIN AJA GUE MATI DISANA!" pekik Jessyca sembari menunjuk ke arah danau.

JUST D [Who Are You?] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang