Warning! 18+
Adegan pembunuhan. Tidak untuk dicontoh.
Harap bijak dalam memilih bacaan.
.Marsha menatap kedai es krim diujung jalan dengan raut wajah penuh minat. Ah, ia ingin sekali makan es krim tapi dia juga terlalu malas untuk sekedar berjalan ke sana. Marsha memutar otaknya untuk memikirkan cara, bagaimana ia bisa makan es krim tanpa harus berjalan kesana?
Marsha menolehkan kepalanya ke samping lalu tersenyum kecil. Benar juga, kenapa ia tak menyuruh pria disampingnya ini saja? Tapi bagaimana caranya? Dia paham betul jika pria disampingnya ini tak akan mau menuruti permintaannya begitu saja, apalagi permintaannya ini tergolong konyol.
Marsha memiringkan badannya ke samping lalu menatap Davian dengan wajah melas, berharap pria tersebut akan menatap ke arahnya. Tapi sepertinya hal itu hanya angan-angannya semata. Jangankan menolehkan kepala, dia bahkan hanya meliriknya sekilas lalu kembali sibuk bermain ponselnya.
Seakan tak kehabisan akal, Marsha menumpukan tangannya di atas meja tanpa mengalihkan pandangannya pada Davian. Beberapa saat kemudian ia tersenyum kecil saat melihat pria disampingnya itu terlihat tak nyaman karena perbuatannya.
"Apa sih?" desis Davian ketika mulai merasa risih dengan tatapan yang diberikan oleh Marsha.
"Mau es krim."
Davian mengernyitkan dahinya keheranan, kenapa Marsha tiba-tiba berbicara padanya dengan nada manja begini?
"Ya terus?"
"Beliin dong."
Apakah Davian tidak salah dengar? Gadis ini menyuruhnya untuk membelikan es krim? Yang benar saja.
"Beli aja sendiri," balas Davian tak acuh lalu kembali sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Marsha membulatkan mulutnya tak percaya mendengar jawaban yang diberikan pria tersebut.
"Lo kok gitu sih?" Marsha mendengus kesal saat mendapatkan balasan apapun dari Davian.
"Lo tega biarin gue jalan ke sana sendirian?"
Dari ujung matanya, Davian bisa melihat jika Marsha menatapnya dengan pandangan terluka. Kenapa Marsha jadi dramatis begini hanya gara-gara es krim? Dia ini aktris atau apa?
"Gue nggak nyangka ya kalau lo setega ini."
Kali ini lebih parah, Marsha meletakkan tangannya di dada seolah-olah Davian telah melakukan hal yang fatal. Demi Tuhan, dia melakukan semua ini hanya untuk menyuruhnya membeli es krim? Yang benar saja, bahkan jarak tempat mereka berada ke ke kedai es krim itu tak lebih dari 15 meter.
Davian memutar bola matanya jengah saat melihat air mata yang menggenang di pelupuk mata Marsha. Kenapa dia selalu menangis saat permintaannya tidak dituruti?
"Iya-iya gue beliin, puas?" final Davian, ia lalu bangkit dari duduknya dengan sangat terpaksa, gadis itu benar-benar merepotkan.
Davian baru saja beberapa kali melangkahkan kakinya namun panggilan dari Marsha membuat Davian menoleh ke belakang dengan malas.
"Hm?"
"Es krimnya rasa coklat sama vanilla ya," ujar Marsha diiringi dengan senyum manis yang membuat Davian mendengus kesal. Ia kembali membalikkan badannya, hendak melanjutkan langkah namun lagi-lagi Marsha memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST D [Who Are You?] [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Davian Algio adalah sosok pemimpin geng Pancor yang menyamar menjadi nerd sebagai sarana penebusan dosa...