Apology | 14

2.5K 261 1
                                    

"Hai sayang, kamu cantik banget hari ini."

Vrilla melongo, butuh beberapa detik otaknya mencerna. Ia hampir melupakan Kemal karena telalu sibuk memikirkan Damian. Ia saja lupa jika setiap hari libur, Kemal sering main kerumahnya. Celaka!

"Sayang?" Kemal memanggil khawatir.

Vrilla tersadar, tersenyum kikuk menatap Kemal. "I- iyah."

"Kamu denger aku ga?"

"Iyah." Vrilla meremas ujung kaos hijau army-nya.

"Kamu cantik, Vrilla."

Vrilla semakin kikuk. Dia cantik? Dia berdandan beberapa jam tadi itu untuk Damian loh. "Terima kasih."

"Sama-sama sayang."

Kemal tersenyum hangat. Entah, kenapa senyuman Kemal tidak seindah saat ia memandang Damian. Ia jadi ingin segera bertemu Damian.

"Ini aku bawain bolu keju. Tadi aku beli di jalan, inget kamu yang suka keju."

Vrilla mengambilnya tanpa kata. Ia melirik arlojinya demi memastikan waktu. Kapan Kemal akan pergi? Vrilla harus menemui Damian. Ia harus memenuhi janjinya dengan lelaki itu.

Kemal menemukan gelagat kekasihnya yang aneh. "Kamu mau pergi?"

Vrilla mengangkat pandangan lalu menggeleng cepat. "Ga- ga, kok. Siapa yang mau pergi?" dustanya.

Kemal melirik arloji Vrilla sejenak lalu tersenyum meraih lengannya. "Cuacanya cerah. Gimana kalo kita keluar sebentar."

Dewi fortune tidak berpihak untuk Vrilla kali ini. Ia gelagapan ingin mencari alasan. Bingung harus mengatakan alasan apa. Tidak juga menemukan alasan yang pas untuk bicara tentang Damian. Ia tidak mau hubungannya dengan Kemal hancur tapi Damian membutuhkannya. Mau tidak mau ia menyetujuinya dan berharap Damian tidak membenci dirinya.

Tapi bukankah harusnya Vrilla senang jika Damian membenci. Lelaki itu tidak akan mengganggu hubungannya lagi. Pertemuan mereka akan di anggap tidak pernah terjadi dan gosip di sekolah tentangnya akan hilang.

Vrilla menatap lengannya yang di genggam Kemal erat. Apa yang di lakukan sekarang bertolak belakang dengan keinginannya. Di sudut terdalam hatinya terdapat perasaan meringis. Jantungnya berdebar random, bukan karena sengatan dari genggaman tangan Kemal atau ia merasakan hatinya berbunga. Melainkan perasaan ketakutan yang melingkupi
akan kehilangan Damian.

Jika saja ia bisa terbelah menjadi dua. Vrilla sudah melakukannya.

***

Gadis pemilik netra coklat terang itu melangkah bersama Kemal disampingnya. Mereka berada dalam taman hiburan. Kemal menyarankannya tadi karena Vrilla menjawab asal berakhirlah ia ditempat itu.

Sejak 2 jam yang lalu. Vrilla ditarik-tarik oleh Kemal kemana pun wahana yang belum mereka naiki. Meski begitu, perasaan Vrilla jauh dari kata senang. Ia merasa sangat cemas memikirkan Damian. Bodohnya, saat ia berangkat dengan Kemal, ponselnya dibiarkan tergeletak di atas ranjang. Jadi bagaimana Vrilla akan menghubungi Damian untuk membatalkan rencana mereka? Ia hanya berdoa memohon agar Damian tidak menunggunya sampai besok pagi.

"Sayang kok kamu diem aja sih?" Kemal menatapnya khawatir, mengusap pipi Vrilla lembut. Ia memang merasakan sikap kekasihnya aneh hari ini.

"Aku cuma cape aja." Vrilla membeo sekenanya. Tidak ingin ada percakapan lebih selanjutnya.

"Mau istirahat?"

Vrilla menganggukan kepala, "boleh."

"Sekalian kita makan siang." lanjut Kemal seraya menarik genggaman tangannya untuk pergi.

Apology [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang