Apology | 47

2.3K 161 1
                                    

Hening.

Tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Entah, siapa yang mengajak dan menuntun. Kyara sudah ada di dalam mobil Ginan. Mereka telah berpindah tempat pada pelosok daerah yang tidak Kyara tahu lokasinya. Sepi dan tenang. Ginan juga tidak tau apa yang ia pikirkan dengan mengajak Kyara pergi ke sana.

Mereka berdua bergulat dengan pikiran masing-masing. Ginan hendak memutus kesunyian, tetapi takut setiap katanya mengandung luka. Jadilah ia mengurungkan niat.

Di sampingnya, Kyara melakukan pergerakan. Gadis berambut pirang itu, merogoh saku jaket lalu menggantung kalung digenggamannya yang sudah lama ia simpan. Kalung berwarna silver bergelantungan menyapa.

Kyara memperlihatkan pada sang seempu sesungguhnya, bahwa ia menjaga kalung itu dengan benar.

Ginan terkesiap. Ia menelan ludah berkali-kali. Tubuhnya tremor. Pelan-pelan mendongak. Air mengalir menyelusuri pipinya. Terisak dan nyaris setengah berteriak. "Kyara!"

Kyara menghela napas demi menetralkan rasa membeku hatinya. Melihat Ginan yang terus menyeka air mata yang berlinang membuatnya prihatin. Ia tidak tau telah menghukum Ginan sampai tahap dimana tidak bisa mengungkapkan penderitaannya dengan sepatah kata.

"Kenapa kamu jadi berubah cengeng, sih?" 

Kamu?

Ginan menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Isak tangisnya semakin keras nan pilu. Ia merasa dihempaskan pada masa lalu yang manis, yang tidak bisa ia dapatkan kembali. Kenyataan terlalu menyakitkan hingga ia terkadang lupa tujuan hidupnya.

"Ra, aku rindu kamu." parau lelaki itu sedih.

"Em,"

"Maaf tentang orang tua aku. Tentang bagaimana mereka berperilaku ga adil."

"Em,"

"Aku minta maaf jadi orang yang bahagia di atas penderitaan kamu."

"Iya."

"Aku sayang kamu."

"Aku tau."

"Aku- aku masih cinta sama kamu." lirihnya sakit.

Mata Kyara berembun saat isak tangis Ginan semakin keras. "Aku tau, Ginan. Aku tau."

Ginan menyeka air matanya. Berusaha tersenyum menetralkan kekosong hati yang perlahan menghangat. Ditatapnya Kyara dengan senyum manis bertepatan mengandung luka. "Aku mau pegang tangan kamu."

Kyara tidak langsung menjawab. Ia mengalihkan mata lalu menjulurkan lengan. Saat lengannya disentuh untuk digenggam, tubuhnya mendadak terlayang di udara. Jelas Kyara panik, Ginan dengan mudah memindahkannya kepangkuan lelaki itu.

"Lo ngapain, hah?!" Kyara berteriak panik sambil bergerak tak nyaman. 

"Sebentarnya aja, Ra. Sebentar." lirihnya pedih. Ginan memeluk Kyara erat, membatasi gerak-gerik gadis itu agar tidak terus memberontak. Ia masih punya akal sehat untuk tidak menyakiti gadis yang ia cintai.

Kyara berhenti bergerak. Matanya fokus pada luar jendela hampa. Tidak tega saat mendengar permintaan Ginan begitu pilu. "Satu menit aja."

Apology [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang