Vrilla langsung tancap gas seorang diri setelah diberi izin oleh Ginan keluar rumah. Ia berlari secepat mungkin setelah memarkirkan mobil dengan benar. Ia menerima pesan terakhir dari Kemal. Isi pesannya buatnya merasa takut.
Kemal: Gue tunggu lo di jembatan. Gue mau ngomong serius.
Menaiki jembatan susah payah. Ia akhirnya dapat melihat wujud Kemal setelah seminggu ini tidak menerima kabar atau melihat wajahnya. Dari ujung jembatan, Vrilla melangkah lunglai. Jantungnya berpacu lebih cepat di setiap langkahnya. Ia merasa ketakutan.
Penerangan temaram tak menghalanginya sampai di hadapan Kemal. Kemal menoleh dan dapati Vrilla sedang menatapnya sendu. Tersenyum manis menyembunyikan luka. Apa sebenarnya yang Vrilla pikirkan saat bersama Damian? Ia harusnya sadar telah memiliki Kemal.
"Kemal-"
Kemal mengangkat tangannya untuk meminta Vrilla berhenti berbicara. Lebih tepatnya tidak di izinkan bicara. "La, makasih. Gue udah mikirin semuanya baik-baik dan sepertinya kita harus akhiri semuanya."
Vrilla seperti ditampar. Jantungnya seakan di remas. Hatinya patah terbagi menjadi dua. "Kenapa?" suara Vrilla serak.
Kemal menautkan alisnya, "kenapa? Lo ga cermin?! Gue udah bilang sebelumnya sama lo, jauhin dia. Tapi lo ga denger apa yang gue bilang. Lo bahkan pergi ninggalin gue buat cowo itu!"
"Gue ga ninggalin lo. Gue punya alasan kuat."
"Alasan apa yang lo punya?"
Vrilla meremas pakaiannya dari samping. "Gue sebelumnya udah buat janji sama Damian mau ngajarin dia belajar."
"Lo ninggalin gue karena dia mau minta lo ngajarin belajar. Lo bego ato tolol? Dia itu modus, dia mau ngabisin waktu sama lo!!"
"Mungkin itu memang benar menurut lo, tapi kami benar-benar belajar!" Vrilla nyaris berteriak.
Kemal menganggukan kepala dengan senyum sinis. "Lo bahkan terus belain dia."
"Gue ga belain dia, Mal. Gue cuman ngejelasin."
"Ngejelasin apa? Lo emang memperjelas hubungan kalian dekat banget! Lo pacaran kan sama dia! Ato lo udah dipegang-pegang sama dia makanya terus nempel sama dia!"
Vrilla mendekat pada Kemal lalu menamparnya. Ia menunjuk Kemal murka. Ini sudah keterlaluan. "Gue ga serendah itu!" desisnya tajam.
Kemal menarik wajahnya agar kembali menatap Vrilla. Ia mengacungkan lengannya lalu menurunkan kalung tempo hari hilang. Kalung itu menyapa sang seempu yang telah menghilangkannya.
"Gue udah ga percaya sama lo, La. Lo ngekhianatin gue, lo nyakitin gue, lo buat hubungan kita hancur."
Pandangan Vrilla berembun, ia menggelengkan kepala memohon jangan katakan kata laknat itu. "Lo main dibelakang gue, lo selingkuh sama cowo itu." dakwahnya.
"Gue ga selingkuh, Mal. Gue ga pernah ada niatan semacam itu. Gue salah, maafin gue." paraunya. Air matanya berlinang dan tangannya bergetar. Tidak terbayang sehancur apa dirinya. Menghancurkan hatinya yang utuh berserakan berkeping-keping.
Kemal menatap Vrilla dengan sorot merendahkan. Ia mengambil posisi aneh dan lalu melempar kalung Vrilla kedalam sungai. Vrilla memerhatikan hingga kalungnya menghilang dalam air tak terlihat lagi. Tak juga mengambang.
"Kemal! Kalung gue!"
"Gue beli kalung itu pertanda rasa cinta gue ke elo. Sekarang kalung lo jadi saksi berakhirnya hubungan kita. Ga ada lagi hati gue buat lo."
"Kemaalll." lirih Vrilla, wajahnya di derai air mata.
Kemal mendekat menepuk bahu Vrilla dua kali lalu berbisik. "Semoga lo bahagia." kemudian ia pergi meninggalkannya sendiri merasa tak peduli.
Dalam sekejap Vrilla melenyapkan perasaan dan pondasi kepercayaan mereka begitu saja. Seiring berjalannya waktu, waktu yang mereka habiskan bersama begitu berharga baginya. Kenangan indah bersama Kemal terlalu indah untuk di lupakan. Terlintas berulang kali seperti kaset rusak.
Vrilla berjongkok sambil meremas dadanya kuat. Waktu ingin dia ubah kembali untuk tertawa bersama. Sekarang ia hanya bisa menangis menyesali perbuatannya selama ini. Terlalu egois pada perasaannya. Ia benar-benar akan kehilangan Kemal. Perwujudan kasih sayangnya selama ini.
Vrilla melupakan kenangan mereka. Ia menghancurkan mimipi-mimpi belum tercapai mereka. Kemal membiarkannya pergi. Ia mengatakan dengan tegas Vrilla tak perlu kembali dan tak usah kembali. Kemal seakan membuangannya seperti sampah, tak berguna lagi. Kemal tidak memberikan secuil harapan untuk Vrilla anggap ada. Karena Kemal bulat atas keputusannya, ia ingin pergi menghilang dan lupakan.
"Maaf." Vrilla berucap parau disela-sela isak tangisnya. Ia harus menerima bentuk karma atas keegoisan dan tidak teguhnya perasaan.
***
Angin bertiup kencang membawa jutaan awan hitam menggumpal di udara. Petir sudah mulai menggema, tanda tangisan alam akan datang. Dan tidak perlu menunggu semenit pun. Wajah cantiknya yang mengadah ke langit di sapu rinai hujan.Kulitnya dirasuk angin, sehingga dingin yang ditimbulkan membuatnya mengigil. Petir terus menggema, ia tidak kunjung pergi mencari tempat untuk berteduh seperti orang lain yang hilir mudik di belakang punggungnya.
Hujan semakin mengeroyoki tubuh. Deras tangisan alam membahasi bumi, tak memerdulikan siapa pun dibawahnya. Hujan turun seperti kabar buruk, seakan-akan langit di kuasai amarah dan kesedihan. Dan bersamaan cuaca, hubungannya dan Kemal memburuk. Bahkan rasanya tidak bisa diselamatkan lagi.
Vrilla menghela nafas panjang, uap panas keluar dari mulutnya bersamaan suhu tubuhnya kian meninggi. Bibirnya berubah putih, tubuhnya kian termor. Jadi sudah berapa lama gadis itu berdiri disana dengan bodohnya?
Ia memeluk tubuhnya yang mengigil. Perlahan mulai tak terasa lagi rintikan hujan mengeroyoki dirinya. Mata yang terasa memanas menengadah untuk melihat perubahan langit akan berujung berpelangi.
Sayangnya kenyataan tidak sesuai ekspetasi. Vrilla melihat atap berwarna biru tua menaungi kepalanya. Ia terkesiap saat manik matanya menemukan Damian menatapnya dengan alis yang bertaut. Dia bisa lihat jelas bola mata Damian berbinar menyiratkan kekhawatiran.
"Vrilla, ngapain lo disini?" pertanyaan itu memecah kebisuan diantara mereka.
Vrilla menunduk lalu mengalihkan pandangan kearah lain demi menghindari balasan tatapan simpati itu. "Bukan urusan lo!"
Damian menghela napas lelah lalu menggenggam lengan Vrilla untuk mengajaknya pergi. "Lo mau bawa gue kemana?"
"Ikut aja!" ucapannya seperti perintah bukan sebuah permohonan. Karena memang Vrilla lelah, tidak punya tenaga menghadapi Damian sekarang. Jadi ia pasrah mengikuti Damian.
Selama ini juga Vrilla tau, Damian tidak pernah mengecewakannya.
***
🍃🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology [Completed]
RandomSebelum baca follow dulu ya? Part masih lengkap^^ °°°°°°° Pristinia Vrilla Douffa, siswi pindahan yang cuek, ketus dan egois. Memiliki tingkat kegengsian terlalu tinggi atas perasaannya. Damian Savero, lelaki kelahiran shio naga ini pintar bermain b...