Seberapa pun ia mencoba, hasilnya tetap sama. Damian menyesal tidak pernah mengingat Kyara selama ini. Ia sudah membuka memori dan album foto lama. Foto Kyara masih kecil memang ada namun ada yang janggal. Dari beberapa foto yang dilihat tidak ada foto bersama, dia dengan Kyara termasuk Kyara bersama Levi atau kedua orang tuanya bersama Kyara.
Damian menghela nafas panjang frustasi. Meski ucapan Vrilla tidak terlalu ia gubris lagi. Nyatanya makna kalimatnya mengganggu pemikirannya. Alhasil, dia jadi bingung sendiri. Uring-uringan kesana kemari.
Jika benar Kyara mantan pacar Ginan, berarti diantara Kyara atau dirinya harus menanggung luka. Damian tidak mungkin biarkan Kyara terluka. Juga tidak bisa membiarkan perasaannya mengalah. Ia mencintai Vrilla, sepanjang perjuangannya ia akhirnya menemukan hasil. Tidak pantas ia merelakan semua yang telah ia capai.
Damian melirik Kyara yang duduk di sofa ruang tamu, hanya puncak kepalanya saja yang terlihat dari posisi ia berpijak sekarang. Ia ingin bertanya perihal hubungan Kyara dengan Ginan tapi mengingat isak tangis Kyara kemarin, meredam rencananya. Damian sangat benci melihat seorang perempuan menangis.
Seseorang menepuk pundak Damian yang sedang berdiri di ujung tangga lantai satu. Ia terlonjak karena terkejut. Cepat-cepat lelaki bermanik hitam legam itu menoleh demi mencari tau siapa gerangan.
"Lo lagi ngapain?" Levi membenarkan posisi kacamatanya yang melorot.
"Ah, anu, lagi-"
"Liatin Kyara?" Levi memotong ucapan Damian karena sepertinya ia sulit untuk mengungkapkannya. "Kenapa? lo jatuh cinta?"
Damian langsung terbelalak mendengarnya. "Sama kak Kyara? Mana mungkin?!" Bantahnya cepat. Yah masa adik sendiri suka sama kakaknya?
Levi terkekeh melihat reaksi sang anak bungsu keluarga Savero. "Terus ngapain lo disini?" bisik lelaki itu.
"Kakak tau yang namanya Ginan?" Damian langsung pada intinya. Ia ingat Ginan menyebut nama Levi tempo hari.
Levi tidak langsung menjawab. Ia bungkam saat mendengar nama yang sudah tidak lagi didengar setelah insiden itu. "Ga- gatau."
"Masa? Tapi kak Ginan tau kakak."
"Masa?" Levi pura-pura tidak tau. Padahal sudah jelas nama itu yang buat adiknya terluka nyaris dirawat dirumah sakit atas psikologi yang terguncang.
"Iyah, kak." Damian menuntut. "Kakak tau, 'kan? Kalo kakak tau, bisa kasih tau apa hubungan kak Ginan sama kak Kyara? Ini menyangkut hubungan Damian sama adiknya."
"Lo pacaran sama adiknya?"
"Nahkan! Kakak tau kak Ginan, 'kan?"
Levi menatap Damian sejenak lalu beralih pada Kyara yang masih sibuk dengan dunianya. "Ikut gue kekamar." ucapnya sambil melangkah naik kelantai dua.
***
Levi melonggarkan dasinya lalu menyalakan ac karena kamarnya terasa panas. "Jadi apa yang lo tau tentang Kyara dan Ginan sejauh ini?""Mereka pernah pacaran." Jawab Damian ragu. Pasalnya saat membahas Ginan suasana berubah menjadi serius.
"Itu doang?"
"Kemarin gue sama kak Kyara pergi ke kafe. Terus ketemu kak Ginan sama Vrilla. Dia nuduh gue selingkuh sama kak Kyara, terus ngebentak kak Kyara. Kak Kyara ga marah tapi dia kabur keluar kafe." Damian menghela nafas untuk memberi jeda. "Kemarin kak Kyara nangis, gue gatau apa penyebab pastinya."
Kyara nangis?
"Kak Kyara gamau bilang apa penyebabnya dan gue pikir ada kaitan sama masa lalu Kak Kyara. Makanya gue ingin tau kak Kyara dan kak Ginan gimana dulu. Setidaknya gue gamau liat kak Kyara nangis lagi." desisnya lirih. Sejujurnya sakit saat membiarkan air mata orang yang kita sayangi menetes.
Levi menghela nafas panjang lalu duduk tepat disamping Damian. "Lo tau Kyara dulu bahagia banget pacaran sama Ginan. Gue aja ampe iri dia belain Ginan dari pada gue, kakaknya. Gue cemburu sama Ginan, tiap kali Kyara bisa luangin waktunya buat dia. Kyara cinta banget sama Ginan."
"Terus apa alasan kak Kyara putus kalo misalnya dia bahagia."
"Ada masanya seseorang kecewa. Makanya hubungan mereka ga bertahan."
"Kenapa bisa putus?" kekeh Damian tak juga menemukan jawaban tepat pertanyaannya.
Levi memandang lekat-lekat Damian. "Ada masanya juga masalah di rahasiakan. Jika di ingatkan membasahi luka yang mengering. Makanya Kyara gamau cerita."
Damian menautkan alis, mulai jengkel dengan kenyataan yang terus di sembunyikan. "Damian, Kyara itu ade gue dan kakak lo, dia rapuh. Gue gakan pernah ninggalin dia apapun. Gue bakal dipihak dia apapun keputusannya. Gimana kalo lo?"
"Seperti apa yang kak Levi bilang, kak Kyara ade kak Levi, kaka Damian. Sebagai keluarga gue bakal terus di melindunginya dan menjaganya."
"Apapun jika semua tidak sesuai fakta?"
"Maksud kak Levi apa?"
"Yah maksud gue, kalo keputusan lo buat hasil pahit. Lo masih mau berpihak sama Kyara?"
"Susah senang, gue bakal terus dukung kak Kyara."
"Bagus, gue seneng dengernya. Gue pegang ucapan lo." Levi mengusap puncak kepala Damian lembut. Ia menyuguh sunggingan manis namun mengandung luka.
Bagaimana Kyara hidup sampai detik ini adalah suatu anugerah. Ia bisa bayangkan dulu sefrustasi apa Kyara menjalani hidupnya. Tidak mudah menjaladi hidup dilingkupi kebencian dan dendam. Namun Kyara sampai detik ini masih memegang teguh prisip hidupnya. Membenci dan balas dendam.
Makanya sampai sekarang tidak ada yang bisa dilakukan apapun selain mengawasi tindakan gadis itu. Mengingat Kyara pernah menderita gangguan syaraf karena terlalu banyak berfikir dengan jalan buntu yang bisa ia temukan.
"Kyara putus sama Ginan karena kedua orang tuanya Ginan ga suka sama Kyara. Mereka malah balik benci Kyara. Secara terpaksa Kyara mutusin Ginan dan bersikap kasar sama dia. Kyara gamau Ginan terus suka sama dia. Ginan berhak bahagia walau ga bersama Kyara, itu yang Kyara fikirkan. Makanya dia jahat, cuek dan kasar sama Ginan."
"Alasan dia nangis mungkin, ngeliat Ginan, ngebalikin semua kenangan mereka." Levi mengepalkan jari untuk menahan emosi. Dia ikut marah mengetahui fakta tentang Ginan untuk pertama kalinya. "Kyara juga punya sisi lemah kan, Damian?"
Damian tersenyum kecut. Sepahit itukah dunia percintaan kakaknya? "Kenapa orang tua kak Ginan ga suka sama kak Kyara? kak Kyara pernah buat salah?"
Levi mengalihkan mata pada apa saja. Sejujurnya ia benar-benar marah mengetahui fakta tentang Ginan. Meski dengan alasan yang sama, Kyara bisa ada ditengah-tengah keluarga Savero. Levi sama bencinya dengan Kyara pada keluarga Douffa.
"Gue juga gatau. Kyara juga ga pernah cerita." Levi menjawab dengan penahan nafas. Ia berusaha mengontrol diri akan emosinya.
"Oh." Meski terlihat tidak tau apa-apa. Damian mengerti bahwa Levi juga ikut emosi. Ia cukup peka akan tingkah sang kakak.
Disatu sisi, gadis itu menyandarkan punggung pada dinding. Menunduk dalam mendengarkan ucapan kedua saudaranya. Ia tersenyum sinis mendengar ucapan Levi barusan. Tidak ada yang salah namun tidak juga sepenuhnya menjelaskan tentang dirinya. Levi masih membumbui image baik untuk Ginan yang sebenarnya tidak di miliki lelaki itu. Levi masih baik.
Kyara mengangkat pandangan lurus. Ia mendelik lalu pergi meninggalkan pintu kamar Levi. Tubuhnya bergetar, kepalan tangannya kuat hingga buku jarinya memutih dan lebih parahnya, paru-parunya menyempit mengakibatkan nafasnya tersendat, sesak.
***
Jangan lupa kawan, jika suka vote ya~
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology [Completed]
RandomSebelum baca follow dulu ya? Part masih lengkap^^ °°°°°°° Pristinia Vrilla Douffa, siswi pindahan yang cuek, ketus dan egois. Memiliki tingkat kegengsian terlalu tinggi atas perasaannya. Damian Savero, lelaki kelahiran shio naga ini pintar bermain b...