Apology | 6

3.8K 336 3
                                    

Keadaan lapangan parkir sangat ramai karena bertepatan masing-masing murid lain mengambil kendaraan untuk pulang. Disanalah letak dua sejoli itu. Dibawah pohon rindang di samping motor besar warna hijau botol.

Vrilla telah memakai jaketnya dan juga sudah menggendong ransel. Dua menit yang lalu, sopirnya sudah membalas pesannya. Menyetujui bahwa ia tidak akan menjemput Vrilla. Tentu saja setuju, Trisno tidak ada wewenang membantah.

Damian sudah memasang helm dikepalanya lalu beralih pada Vrilla. Lelaki itu tampak memerhatikan Vrilla dari ujung kepala hingga kaki. Ia menghela napas lelah lalu tersenyum.

Vrilla memerhatikan gelagat Damian yang sibuk melepaskan jaket berwarna biru langitnya. Ia mendekati Vrilla, dengan sigap sang korban melangkah mundur.
Damian kembali menegakan dirinya untuk menatap Vrilla yang parno. "Lo mau ngapain, hah?!"

"Udah diem aja, gue gakan macem-macem, La. Ini rame, gue bego kalo mau ngapa-ngapain lo ditempat umum." Setelahnya Vrilla tidak protes saat Damian melingkarkan jaket lelaki itu pada pinggangnya.

"Lo ngapain?" gumam gadis itum

Damian meraih helm berwarna putih lalu mendekat lagi untuk memasangkannya pada kepala Vrilla. "Rok lo pendek, nanti kalo lo naik motor gue pasti ke tarik. Pasti jadi pusat perhatian, La. Kalo kaya gini ga akan terlalu keliatan." jelasnya panjang lebar setelah selesai memastikan helm itu singgah dikepala Vrilla.

Damian tersenyum memandangi Vrilla. "Ini." Damian menunjuk kepala Vrilla. "Buat lindungin kepala lo, jaga-jaga keselamatan. Lo ngerti?"

Vrilla mengerjap sesaat lalu mencebikan bibir. Ia bersedekap angkuh. "Ngerti!"

Damian terkekeh seraya siap naik duluan pada motor.

"Kita mau kemana sih?" singgungnya. Lebih tepatnya, terlalu ingin tau.

"Jalan-jalan aja, keliling kota gitu berdua, terus pulang."

Vrilla melongo, "kaya gitu doang? Gue mending pulang."

Damian menoleh pada Vrilla yang berada dibelakangnya. "Jadi lo ngarep gue nyulik?"

"Gue emang lagi diculik."

"Ga ada di culik bilang-bilang. Lagian lo sekarang berdiri disini dengan kemauan lo."

Vrilla mendesis, "Lo nya maksa!"

"Tapi menurut gue walau maksa, kalo lo emang gamau. Lo bisa tetep minta supir jemput, terus ga peduli sama gue kaya waktu pertama kali lo ninggalin gue di depan gerbang."

Mulut Vrilla terbuka, kalimatnya tersangkut di tengorokan. Alhasil, mulutnya kembali terkatup. Damian benar, ini memang atas kemauannya sendiri, bukan karena Damian yang memaksanya.

Damian terkekeh lagi lalu mulai menyalakan mesin motor. "Ayo, putri." ajaknya dengan gaya kekerajaan.

"Nama gue Vrilla, Pristinia Vrilla Douffa." Vrilla mengingatkan, seraya meraih bahu Damian untuk membantunya naik.

Damian tertawa renyah seraya menjaga kesimbangan motor. Ia memastikan Vrilla siap dan nyaman dulu sebelum berkendara. Ia tidak mau terdapat kesan buruk saat pertama kali melakukannya.
"Iyah Pristinia Vrilla Douffa."

Vrilla menganggukkan kepala mantap membenarkan pernuturan kata Damian, seraya bersedekap.

"Udah cepet pegangan sama pinggang gue." Damian kali ini memaksa tanpa memintanya secara halus.

"Hah?!" Vrilla rasa, ia salah dengar tadi.

"Cepet pegangan, biar ga jatuh." pinta Damian lagi.

Ternyata Vrilla tidak salah dengar. "Gue udah pegangan."

"Sama apa? Gue ko ga ngerasa apa-apa dipinggang gue."

Vrilla berdecak, "Lo keenakan kalo gue pegangan di pinggang elo."

Terlihat punggung Damian berguncang. Vrilla rasa Damian tertawa. "Okeh-okeh. Lo yakin udah pegangan? Kalo udah kita berangkat."

"Banyak bertele-tele lo."

"Demi keselamatan, La." Damian sangat sabar kali ini.

Vrilla mendengus sebal. Sebenarnya tidak nyaman berpegangan ke belakang seperti ini. Ia menatap punggung Damian sejenak lalu mencengkram seragam bagian belakangnya. Hanya seragamnya, tidak berniat memeluk.

"Peluk aja." pinta Damian dengan cengiran kuda menatap cermin spion motor.

"Ogah!"

Damian lagi-lagi tertawa. "Ya udah, terserah lo aja deh. Gue cape." tuturnya menyerah dengan kekehan diakhir kalimatnya.

Roda mulai berputar menandakan perjalanan mereka akan segera dimulai. Vrilla sejenak memerhatikan beberapa murid menatap mereka diparkiran. Saking fokusnya pada Damian, ia lupa dengan sekelilingnya.

Bagaimana nasib gosip sekolah besok?

***

Jangan lupa vote jika, kritik dan saran masih diperlukan. Terima kasih 👋
.
.
.

Apology [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang