Apology | 16

2.6K 230 8
                                    

Dua pasang kaki melangkah menuruni anak tangga. Bersama mereka tampak serasi. Wajah gadis itu selalu cerah bersama Damian di sampingnya. Mereka tertawa bersama akan gombalan receh dari Damian. Vrilla terhibur, sedangkan Damian merasa tengsin.

Gadis yang duduk di ruang tamu mengubah atensinya dari tumpukan tugas. Kakak perempuan Damian -Kyara sedang duduk diruang tamu dengan teman laptop di hadapannya. Pupil matanya menemukan Damian dan Vrilla terlihat begitu cerah. Tertawa riang seakan tidak pernah ada beban sebelumnya. Kyara senang melihat Damian selalu ceria. Kadang mengingatkannya pada saat bahagia bersama mantan pacarnya.

Mantan?

Alis Kyara menaut, jarinya terkepal kuat. Luka dihatinya kembali terbuka. Kembali berdenyut menyakiti jantung dan pikirannya. Ia membuang muka lalu mengambil segelas kopi di sisi lain meja. Perasaannya lebih tenang setelah meminum kopi. Asalkan dia punya keluarga, asalkan semua anggota keluarganya bahagia, Kyara akan merasa baik-baik saja.

"Kak Kyara?"

Lamunan Kyara buyar, ia segera menoleh ke arah sumber suara. Tersenyum pada Damian lalu beralih pada Vrilla. Vrilla tersenyum kikuk namun sopan. "Kak, mana mamah? kemana juga yang lain?"

"Mamah sama papah lagi kerumah pak rt katanya mau ngucapin selamet, anaknya tadi baru lahiran."

"Ouh, kalo kak Levi mana?"

Kyara menyampirkan helai rambutnya kebelakang telinga lalu menggedikan bahu. "Gatau tuh, gue juga belum liat." ia melirik jam di laptopnya. "Damian! Sekarang jam berapa?"

Damian melirik Vrilla, Vrilla mendongak balas menatap Damian tidak mengerti. "I- ini juga mau pulang."

"Lo tau kan anak perempuan ga baik pulang malem-malem." omelnya. Kyara tidak mau adiknya salah langkah hingga menjadi orang yang salah. "Cepet anterin pulang."

"I- iyah ini juga dia udah di jemput, kak. Ya elah galak bener." Menyebalkannya, Damian menganggap remeh. Tidak tau saja dulu Kyara memiliki trauma mendalam pada laki-laki. Jika bukan karena mantannya, ia tidak akan seberani ini.

Mantan?

Kenapa kepalanya penuh dengan kejadian berpengaruh pada hidupnya.

"Ya udah bentar ya, kak."

Kyara berdehem bersamaan manik matanya menumbuk dengan manik mata Vrilla. Vrilla tersenyum kikuk lalu pamit untuk mengikuti jejak Damian. Kyara merasa gadis itu tidak begitu mengancam. Beda dengan gadis-gadis yang dibawa kakak mereka yang berstatus pacar. Kyara sama sekali tidak merasa asing dan terancam dengan kehadiran Vrilla.

"Kakak lo cuek banget yah?" beo Vrilla disela-sela aktifitas mereka melangkahm

"Sama kaya lo." Damian menjawab enteng.

"Gue bisa lebih cuek sih."

"Ga akan bisa ngalahin kakak gue. Dia kalo ngomong selalu konsisten. Kalo bilang gamau ngomong sama gue, ga akan ngomong sama gue beneran. Sekali pun gue sujud depan dia, dia ga akan peduli."

"Itu namanya sadis."

"Gue juga gatau kenapa hatinya jadi batu gitu. Tapi ya udah lah. Sekarang kita bahas tentang kita aja."

Vrilla menaikkan alisnya sebelah. "Apa lo tadi bilang?"

"Ga." Damian tidak ingin mengulang dan sebenarnya Vrilla mendengar. Ia hanya tidak ingin di anggap murahan dan baperan langsung keganjenan deketin cowo itu. Deketin? Vrilla punya niat seperti itu?

Gorden kembali tertutup seperti semula. Kyara menautkan alis melihat siapa yang tadi keluar dari mobil. Sopir yang keluar dari mobil keluarga Vrilla, Kyara sepertinya kenal. Kapan dia melihatnya? Atau mungkin sopir temannya dulu dan sekarang bekerja di keluarga Vrilla? Mungkin saja. Toh bukan urusan Kyara juga, ia hanya ingin melihat Damian tadi.

Apology [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang