Seperti kata orang bilang, kebahagian tercipta dari hal sederhana. Sesederhana akhir pekan mereka. Damian dan Vrilla sedang menghabiskan waktu siang hari ini berbelanja. Rencananya mereka akan menonton series drama dirumah Vrilla, berdua dan sekarang tengah mencari camilan sebagai teman nonton.
Acara berbelanja mereka sangat beda dari acara belanja kebanyakan. Dibuat tidak biasa oleh Vrilla yang menatap kagum deretan makanan. Seperti sekarang pemilik netra coklat terang itu sedang berjongkok memilih mie instan cup.
Damian bersedekap pada gagang troli belanjaan. Pupil matanya fokus pada gadis cantik memakai jaket hijau tua yang asik memilih mie instan cup antara rasa original atau super pedas. Gadisnya itu menggemaskan dengan wajah cerianya.
Damian merogoh saku celana jeans-nya. Di arahkan kamera ponselnya pada Vrilla untuk mengabadikan momen kecil sang kekasih.
"Dua duanya aja deh." Putusnya setelah lama berfikir dan menimang-nimang. Ia memasukkan kedua cup mie instan itu lalu menoleh pada Damian yang sedang memasukan ponselnya pada saku.
"Makannya jangan disekaligusin hari ini. Nanti perut lo sakit."
Vrilla berdehem sambil menganggukan kepala patuh.
"Ngapain kalian disini?" Suara lembut itu mengalihkan atensi dua sejoli itu. Pandangan mereka disambut oleh Reno yang menggenggam keranjang belanjaan.
"Berburu!" Ketus Vrilla, Damian terkekeh mendengar penuturan kata kekasihnya. "Memangnya orang kesupermarket untuk apa? Ya berbelanja."
Reno mencebikan bibir, "ya maaf deh."
"Lo belanja juga, No?"
Raut wajah Reno berubah kembali seperti biasa. "Iyah nih. Kalian belanja banyak banget, persediaan hibernasi yah?"
Damian tertawa renyah. "Bisa dibilang begitu. Lo kesinih sama siapa?"
"Sama nyokap gue. Gue duluan ya? Ketemu disekolah, dah."
"Iyah." Damian menjawab ramah. Dia menoleh pada Vrilla disampingnya, tertanya Vrilla sedang memilih marshmellow dan cotton candy. Ia menggelengkan kepala lalu ikut bantu memilih.
***
"Maaf banget yah, Damian."
Damian mengusap puncak kepala Vrilla. "Iyah gapapa, kakak lo lebih penting. Sana masuk. Eh, gue bantu bawa belanjaannya."
Vrilla menghadang, "ga usah, gapapa. Biar sama satpam. Tapi maaf banget ya, Damian." gadis itu terus merasa bersalah.
"Gapapa, La. Yang penting gue udah nganterin lo sampe rumah."
"Iya. Makasih." Vrilla menjinjing dua kresek besar masuk kedalam rumahnya dan menghilang di balik gerbang menjulang tinggi. Kekasihnya itu tergesa-gesa.
Dua menit yang lalu mereka baru saja sampai didepan gerbang. Tiba-tiba Vrilla di telepon oleh kakaknya untuk pulang. Ginan merasa tidak enak badan dan ingin Vrilla disampingnya. Maka dari itu acara sederhana weekend mereka nonton drama series secara terpaksa dibatalkan.
Damian menghela nafas lelah. Jika sudah seperti ini tidak ada pilihan lain pulang kerumah. Bergulung selimut lalu tidur. Reno pasti membantu orang tuanya, Levi bekerja lembur sedangkan Kyara sedang masuk masa sibuk menuju sidang skripsi.
Damian menyalakan mesin motornya lalu membelah jalan untuk pulang.
Diperempatan jalan, lampu merah menghentikan lajunya termasuk beberapa kendaraan tertib lalu lintas. Sepanjang waktu menunggu, ia disuguhi para anak-anak kecil kekurangan biaya hidup yang menyanyi didepannya. Membawa alat musik seadaanya nampak dekil dan kucel.
Damian memberikan uang receh seadanya lalu beralih pada sekitar. Tiba-tiba pupilnya jatuh pada wujud kakaknya didalam mobil memandang lurus ke lajur jalan. Saat ia hendak memanggil lampu rambu tiba-tiba berubah warna, jadilah ia harus pergi. Ia mengikuti walau sebenarnya tidak punya alasan jelas mengapa mengikuti.
Roda bulat itu berhenti sedikit jauh dari mobil Kyara yang terparkir rapih di depan sebuah rumah sederhana dengan papan nama berdiri disamping pagar kayu. Panti Asuhan Senyum kurang lebih begitulah tulisannya diserta alamat dan data lainnya.
Kyara masuk kedalam panti asuhan tersebut. Anak kecil berumur belasan juga balita mengerumuninya dengan ceria. Seketika Damian merasa bingung, belum lagi raut wajah Kyara yang terlihat ceria. Sebelumnya Kyara tidak pernah seceria itu. Wajahnya tampak cerah tanpa sebuah beban sedikit pun.
Seorang wanita berumur kepala 4 yang diduga pengurus panti bisa Damian lihat dipeluk Kyara begitu erat. Tatapannya teduh dan menghangatkan. Damian tidak pernah tau sebelumnya Kyara pernah kesini, bahkan punya hubungan baik dengan para penghuni panti. Damian berfikir, Panti Asuhan Senyum mungkin salah satu tempat yang didonasikan keluarganya.
Tidak begitu lama Kyara berada disana. Kyara juga tidak masuk dulu untuk berbincang. Kakak perempuan berambut pirang itu langsung pergi setelah memberikan sebuah amplop. Diduga Kyara memberikan uang pada pengurus panti itu.
Setelah mobil Kyara menghilang dari jarak pandangnya. Damian menatap panti itu sejenak. Pertama, panti itu terlihat tidak asing baginya. Kedua, apa hubungan Kyara dengan panti asuhan itu hingga bisa menjalin hubungan yang baik, dan ketiga, uang yang diberikan Kyara bermaksud untuk apa?
Damian menyalakan mesin motornya lalu mendekati rumah sederhana itu. Anak-anak kecil yang sedang bermain dipekarangan rumah langsung mengalihkan atensi. Damian tersenyum untuk menyapa ramah, tapi bukannya mendapat sambutan hangat. Semua anak-anak langsung berlarian kedalam rumah dan berteriak menyebut 'ibu'.
Damian membuka sendiri gerbang sebatas pinggangnya lalu mulai melangkah memasuki pekarangan rumah. Asri karena matanya di manjakan oleh permadani hijau alam. Sungguh terawat sebab tanaman disanah tumbuh subur.
Seseorang keluar dari dalam rumah. Ia terlihat bingung menemukan Damian sedang meneliti. "Maaf, mas."
Damian menoleh lalu tersenyum, "siang, bu."
"Siang." Balasanya ramah. "Ada perlu apa ya?"
"Saya Damian, adiknya kak Kyara, bu."
Martha terdiam sejenak untuk berfikir. "Oh, anaknya pak Savero?"
Damian mengangguk tanpa melepaskan sunggingan manisnya. Wanita itu saja sampai tau nama ayahnya. Sudah jelas bahwa panti asuhan ini berhubungan dengan keluarganya. "Ayo masuk dulu, nak."
"Iyah, bu. Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apology [Completed]
RandomSebelum baca follow dulu ya? Part masih lengkap^^ °°°°°°° Pristinia Vrilla Douffa, siswi pindahan yang cuek, ketus dan egois. Memiliki tingkat kegengsian terlalu tinggi atas perasaannya. Damian Savero, lelaki kelahiran shio naga ini pintar bermain b...