Apology | 30

1.9K 182 1
                                    

Kafe bernuanasa kekinian itu penuh desak pengunjung. Beruntungnya mereka telah memesan tempat sebelum sampai disanah. Alhasil, mereka mendapat tempat. Itu pun di pelosok ruangan.

Memiliki hutang maaf atas ucapan hari ulang tahun Kyara tempo hari, Damian ditarik oleh Kyara secara paksa untuk menemaninya hari ini. Tidak punya rencana khusus namun Kyara ingin mendatangi sebuah kafe yang belum pernah ia datangi.

Sejak pertama kali kafe itu di buka, selalu dibanjiri pengunjung. Tiap kali Kyara berkunjung pasti saja penuh. Ia tipe orang yang malas mengantri. Maka dari itu sekarang ia mengajak Damian ikut untuk memintanya mengantri.

Damian yang notabenenya hendak kencan lagi dengan Vrilla diakhir pekan ini langsung membatalkan janji. Untungnya Vrilla mengerti dan tidak menuntut apapun atas kelakukan kakak perempuannya yang super cuek itu.

"Kak, gimana kehidupan kampus?"

Kyara sedang mengembalikan buku menu pada waiter langsung menoleh. "Yah gitu aja, kaya kehidupan putih abu. Kenapa? Minat kuliah?"

"Minatlah, kak Levi sama elo kan kuliah masa gue ga sih?"

Wajah Kyara berubah masam. Ia meraih telinga Damian untuk di tarik. "Panggil gue kakak! Gue lebih tua dari lo."

Damian meringis atas tarikan sadis barusan. Ia benar-benar takut dengan daun telinganya yang sobek. Daun telinga Damian benar-benar kebas dan merah setelah di lepas. "Sakit lo- eh kak."

Saat kalimatnya hampir berhenti. Bola mata Kyara hampir keluar dari tempatnya, makanya Damian cepat-cepat melanjutkannya.

"Maaf." Ketus gadis itu. Maaf atas kesadisannya menjewer telinga Damian.

"Jadi lo mau ambil jurusan apa kalo mau kuliah? Jangan ngikutin jurusan yang sama kaya gue ato kak Levi. Sesuai apa yang ingin lo tekunin."

Damian berfikir sejenak. "Hukum."

Kyara tercengang. Gadis berambut pirang itu menatap Damian beberapa detik. "Kenapa lo pengen ambil jurusan itu?"

"Gue suka liat beberapa kasus ditv. Beberapa kasus tidak sesuai hukum yang berlaku. Setidaknya gue pengen menegakkan keadilan. Ada beberapa pejabat negeri yang melakukan tindakan kriminal tapi dihukum tidak sesuai pasal tapi seorang pencuri buah mangga di hukum seberat-beratnya. Menurut gue itu ga masuk logika."

"Gue juga pernah liat kasus anak tiri yang diasingkan. Kedua belah pihak yaitu ayah dan ibu kandungnya tidak mau mengurusnya. Malah disiksa terus-menurus hingga meninggal dunia. Menurut gue, semua anak pasti ga peduli atas pertengkaran mereka. Yang dibutuhkan anak adalah perhatian. Jika tidak mau mengurus lalu kenapa mengatakan ijab kabul saat menikah."

Kyara menelan saliva berkali-kali. Keringat dingin mulai bermunculan dari anak rambutnya. "Ja, jadi be, begitu? Gue, gue seneng dengernya."

"Menurut kakak, keputusan gue ngambil jurusan hukum bagus ga?" Damian bertanya penuh harap. Dibola matanya terdapat kesungguhan yang terpancar.

Kyara meremas rok bajunya. Ia berusaha membalas senyum Damian lalu mecubit pipinya. "Bagus, ga bagus tergantung lo yang jalaninnya. Kalo lo memang pengen menekuni jurusan hukum. Lo harus berusaha jangan niat awal aja terus nyerah setelah menjalaninya."

"Secara tidak langsung lo nyemangatin gue yah?"

Kyara membulatkan mata. "Udah gue bilang panggil gue kakak!"

Damian mengelak cepat lalu tertawa. Dia tau kebiasaan kakak perempuannya dan mulai hafal sifatnya. Sungguh ia tidak mengerti kenapa dia bisa lupa dengan kakak perempuannya selama ini. Dia selalu melafalkan doa, semoga Tuhan mengampuninya karena melupakan sang kakak.

"Kak, rambut pirang cocok buat kakak."

"Co, cocok?"

"Iyah. Gue suka liatnya. Jangan di cat lagi." Pinta lelaki itu.

Kyara tersenyum pedih lalu mengangguk. Damian saja yang tidak tau sebenarnya hitam adalah warna cat dan pirang warna asli rambutnya. Dia memilih di cat hitam karena pirang mengingatkannya pada sebuah kebencian didalam hatinya. Kebencian yang bisa membawanya berkumpul di keluarga Savero.

Sampai sekarang pun Kyara masih bersalah berdiri di rumah keluarga Savero dengan kebohongan pada salah satu anggota keluarganya. Ia tidak mau mengatakan fakta bahwa sebenarnya Kyara bukan anak kandung, melainkan anak angkat yang terasingkan sebelumnya. Ketakutan akan di benci dan ditinggalkan menyakiti hatinya. Rasa terasingkan selalu mengingatkan bahwa sebenarnya ia tidak seharusnya dilahirkan.

Tiba-tiba seseorang datang merenggut kerah baju Damian kuat. "Elo!!" tunjuknya pada wajah Damian mantap, wajahnya juga kesal tak kentara. Ia melayangkan satu kepalan tangan tepat mendarat dipipi Damian. Pengunjung disekitar mereka memusatkan perhatian karena rasa keingintauan.

Damian terhuyung mundur beberapa langkah. Ia merasakan kebas di pipinya. Amat sakit karena ternyata Ginan menggunakan kekuatan penuh menghajarnya.

Lamunan Kyara buyar, ia seketika panik saat Ginan ada dihadapannya berserta kemurkaan yang ada. Kyara hendak memaki Ginan, namun panggilan Damian menghancurkan niatnya.

"Kak Ginan?" Beo Damian.

Jadi Damian kenal Ginan?

"Sinih lo!" Ginan kembali menarik kerah baju Damian paksa.

"Elo kan pacar ade gue! Ngapain lo disinih sama cewe lain?! Lo selingkuh di belakang ade gue, hah?! Dasar cowo brengsek!" Teriak Ginan kelewat murka. Beberapa tatapan pengunjung kafe menatap mereka. Menjadikan mereka tontonan semata.

"Lo juga!" Ginan beralih pada Kyara. "Lo mau jadi cewe murahan dengan menerima semua pernyataan cinta semua cowo, hah?! Ga ginih cara lo melampiskan semuanya. Jangan merusak image dan harga diri elo!"

"Kak Ginan!" Seseorang sampai disamping Ginan. Nafas adiknya itu terputus-putus akibat mengejar sang kakak yang nekat berlari dari seberang jalan kafe. Padahal jalan raya tadi lumayan padat.

"Kakak apa-apaan sih? Lepasin Damian." Pinta Vrilla khawatir. Ia tidak enak ditatap seintens itu oleh pengunjung kafe. Tidak membeli namun membuat keributan.

"Lo buta ato bodoh! Dia selingkuh malah terus belain dia!" Ginan membentak. Ekspresinya menjelaskan kesabaran yang tidak ia miliki lagi.

Vrilla terdiam sesaat. Ia menatap Damian sejenak lalu pada Kyara yang menatapnya bungkam. Ekspresi Kyara berubah drastis. Ditatap sangat intens oleh Kyara begitu menyeramkan. Sebelumnya ditatap sang ayah tercinta seperti itu ia tidak merasa takut, tapi...

Vrilla menarik lengan Ginan berusaha melepaskannya. "Apa maksud kakak? Dia kak Kyara. Kakaknya Damian." Ia begitu cemas sekarang.

Ginan memang selalu melindungi. Baik dan perhatian. Tidak mau jika adik kesayangannya tersakiti. Yang dilakukan Ginan sekarang adalah bentuk perwujudan kasih sayang. Namun Ginan hari ini niatnya salah besar. Emosinya akan menimbulkan malapetaka bagi hubungannya dan Damian.

"Kakak Damian? Adik Kyara?"

***

Ada yang menduga ga soal ending?

Happy?

or

Sad?
.
.
.

Apology [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang