3. Menggoncang Isi Hati

212 107 79
                                    

Pagi yang indah, matahari memancarkan cahayanya yang terang dan semilir angin seakan meniup rambutnya yang terurai bebas. Bintang melewati koridor yang sangat ramai. Banyak sekali yang berlalu lalang dan ada juga yang menggerombol dekat papan pengumuman.

Bintang meneruskan jalannya, tetapi tiba tiba ada yang menumburnya. “Aw!” ia terduduk di lantai dan menoleh ke arah depan. Mendapati siswi yang meliriknya kikuk lalu pergi meninggalkannya.

Bintang berdiri dan berdecak. “Dasar cewek bar-bar! Bukannya bantuin gue bangun kek, malah kabur.”

Gadis itu melihat sikunya yang terluka karena berbenturan dengan tembok tadi. “Enggak boleh marah, kalem..” Ia menghela napas dan mengabaikan luka-nya tersebut lalu memasuki ruang kelasnya.

“Mau pilih siapa nanti waktu pemilihan OSIS besok?” tanya Icha yang baru saja ingin memasukki kelas.

“Pilih Termos kalo dia pemilihan,” jawab Bintang tak minat. Dengan hembusan napas yang berat ia duduk dibangkunya seperti biasa. Dilihatnya Armos melihat youtube tentang rumus-rumus matematika yang membuat Bintang berdecak.

Armos ini benar-benar calon imam yang baik. Udah rajin, ganteng, bersih, tinggi. Benar-benar tipikal menantu idaman sekali, bukan?

Irvan menoleh kearah Bintang dan menawarkannya sebungkus roti coklat. “Pagi-pagi udah ditekuk aja mukanya, kenapa?”

“Enggak tahu deh, pusing.” Bintang menaruh kepalanya di atas meja dengan berbantal tangannya sendiri. “Aw!”

Irvan menoleh kearah Bintang dan bertanya, “Kanapa, Bee?”

“Tadi abis jatuh, lo ada betadine enggak, Van?”

“Gue kan bukan anak PMR, Bintang,” ujar Irvan sebelum akhirnya kembali melanjutkan, “coba Armos tuh, dia kan anak PMR garis keras.”

Setelah itu Bintang menoleh kearah Armos dan mengambil handphone Armos begitu saja tepat diatas meja. “Obatin gue dong Mos…” pinta Bintang.

Handphone gue.”

Bintang merengut. “Gue abis jatuh tau, Mos. Seharusnya lo bantu gue karena lo kan anak PMR.” Bintang mengerucutkan bibirnya kedepan lalu melanjutkan, “lagian lo kan calon pacar gue..”

Handphone gue.”

“Obatin gue dulu, ya?”

Handphone gue, Bintang.”

Bintang menggeleng. "Obatin gue dulu is.."

“Siapa lo?” tanya Armos menyudutkan yang memaksa Bintang untuk memberikkan kembali ponselnya, dengan berat hati gadis itu mengembalikannya.

Irvan yang memperhatikkan hal tersebut kembali berbicara. “Mau gue obatin aja tah? Walau gue bukan anak PMR, sih.”

Bintang menganggukkan kepalanya karena sudah tak tahan dengan rasa perih yang dirasakannya. “Boleh den Van, soalnya yang katanya anak PMR itu loh enggak mau bantuin gue,” jawab Bintang berusaha menyindir Armos. Ia mengulurkan tangan kearah Irvan dan memberikkan obat merah yang ada diloker milik Armos.

Mereka berdua sibuk dengan kegiatan membersihkan luka sedangkan Armos juga sibuk dengan melihat tutorial youtube tersebut. Helaan napas keluar dari bibir Armos membuat Bintang bertanya. “Termos, kenapa?”

Taka da sautan dari Armos membuat Bintang kembali bertanya. “Lo lagi belajar ya pasti Mos, suka banget sama belajar. Terus suka gue kapan dong?”

Armos menghentikkan putaran tutorial tersebut dan menghadap kearah Bintang seraya menatapnya dingin. “Berisik!”

Bintang mencibir sejenak lalu kembali tersenyum simpul yang ia perhatikan, untuk mendapatkan Armos  harus memiliki kesabaran yang ekstra sekali. Tatapan gadis itu beralih pada meja yang terdapat minuman jus alpukat disana, lantas Bintang langsung mengambil dan meminumnya karena haus berdebat dengan Armos. “Manis…”

“Enggak sopan,” ujar Armos dengan tatapan tak beralih pada ponsel ditangannya, “punya gue!”

Tawa Bintang pecah seketika mendengarnya. Tolong sadarkan Bintang bahwa ini bukanlah mimpi. Bintang kembali meminum jus alpukat tersebut dan dengan sengaja menempelkan bibirnya yang sedikit maju kedepan pada sedotan. “Indirect kiss, nih?”

Armos tak menjawab membuat tawa Bintang kembali meledak. Ah harus diumumkan dengan speaker sekolah jika ia dan Armos melakukan indirect kiss, benar-benar membuat hati Bintang merasa senang sekali.

Gadis itu kembali mencatat tanggal dan kejadian yang baru saja ia alami didalam handphone miliknya. Armos yang melihat itupun menggelengkan kepala, dugaannya benar jika gadis disampingnya ini benar-benar sakit jiwa.

*
*
*
#A/N
Welcome back untuk pembaca baruku, dan untuk penbaca lama jangan spoiler, ya!! HEHEHE °^°
See u next chapter, ya!

With love, kim

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang