17.35 waktu untuk pengumpulan anak olimpiade fisika. Setelah berdebat panjang memilih tempat, akhirnya jatuh pada cafetaria yang tak jauh dari sekolah. Disana terdapat Fero dengan earphone yang sedia terpasang pada kedua telinganya. Senja dengan novel tebalnya yang bisa Armos taksir harganya mencapai 150 ribu keatas dan juga Vera yang sedari tadi mengomel tak jelas.
“Jadi, mau kapan aja jadwal belajarnya?” tanya Vera memulai percakapan. Tak ada yang bergeming membuat Vera berkata kembali. “Gue ngundurin diri dari olimpiade aja, ya. Soalnya anggota olimpiade isinya batu hidup semua.”
Fero berdecak sebal karena asik bermain game dan berakhir kalah. “Gue ikut kalian aja gimana baiknya.”
“Gue juga.” ucap Senja yang masih menatap novel tebal ditangan kanannya.
“Terus gunanya kumpul disini tuh untuk apa? Ujungnya kalian ikut-ikut aja, harus gue juga yang mikir jadwal?”
Senja menutup novelnya lalu melambaikan tangan pertanda memesan makanan yang langsung dihampiri oleh barista. “Makan aja dulu, Ver.”
Vera menghela napas, sebenarnya ia sangat kesal berada diposisi seperti ini dan berbicara dengan tiga pria yang mendapat julukan manusia es tersebut. Namun mau bagaimanapun, tetap saja rasa kesalnya tak akan berpengaruh apa-apa.
Fero meletakkan handphone diatas meja. “Gue beneran ikut olimpiade fisika, nih?”
Vera menganggukkan kepalanya. “Padahal lo anak IPS ya, Fer. Kok bisa ya masuk olimpiade fisika?”
“Lo tanya gue?” tanya Fero.
Vera menghela napas panjang merasa jengah berhadapan dengan manusia-manusia didepannya. Gadis itu harus bertahan selama satu bulan kedepan sebelum olimpiade dimulai. Sebelum pesanan mereka berempat siap, Armos bangkit dari tempat duduknya.
“Mos! Mau kemana?” tanya Vera saat menyadari Armos ingin pergi.
“Sebentar,” jawab Armos lalu beranjak dan menghampiri seseoarang yang pria itu kenal, membuat Vera merogoh tasnya dan mencari barang yang diperlukan lalu mengirim pesan singkat kepada seseorang.
Vera : Gue liat Armos sama cewek lain, Bee.
Vera : *send a picture****
“Lo pernah mikir perasaan gue, Mos?” tanya gadis didepannya. “Gue beneran sayang sama lo, Mos.”
Armos terdiam tak bersuara, kebohongan yang ditimbulkan Arita kali ini membuatnya sangat kesal. “Lo udah keterlaluan, Arita. Gue enggak nyangka lo akan senekat ini!”
Aksi gila yang dilakukan gadis didepannya ini cukup membuat Armos terkejut melihatnya. Pasalnya tepat didepan mata, gadis itu berlari mencoba ingin mendatangi Armos yang tengah bersama teman-teman olimpiadenya. Entah hal gila apa yang akan gadis itu lakukan. Gadis bernama Arita tersebut mengusap hidungnya. “Gue cuma narik perhatian lo, Mos. Gue sayang sama lo, ayo kita sama-sama lagi!”
“Gue kecewa sama lo!” tegas Armos.
Mendengar hal tersebut membuat Arita refleks mengeluarkan air matanya. “Ini semua pasti gara-gara dia kan, Mos?!”
Armos memejamkan mata karena mengerti dia yang Arita maksud. Kedua tangan pria itu mengepal seakan menahan sesuatu. “JANGAN SALAHIN DIA!” jawab Armos dengan menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spasi. (dibaca spasi pakai titik)
Novela Juvenil[ NEW VERSION‼️] #shskartikatamaseries [R15+] "Lo pasti suka sama gue, Mos." "Enggak." sautan pendek tersebut membuat Bintang menghela napas panjang. "Gue anggap jawaban lo adalah iya, Mos." "Enggak lah." "Terus kenapa lo mau jemput gue kerumah? Nak...