Amos berdiri diatas motor miliknya seraya menoleh kearah handphone untuk melihat share location yang diberikan oleh Bintang. Sejujurnya, Armos tidak ingin menjemput Bintang, namun karena desakan teman-teman sekelasnya membuat Armos akhirnya mengiyakan.
Pria itu menoleh kembali kedepan pintu cat biru tersebut menampilkan sosok wanita paruh baya. “Temennya Neng Bee ya? Mari masuk.”
Wanita itu mempersilahkan Armos masuk dan duduk dikursi yang disediakan. Ini pertama kalinya Armos masuk rumah tersebut.
Seorang wanita paruh baya menuruni tangga, tetapi bukan wanita yang menyuruhnya masuk tadi. Bisa Armos lihat jika wanita itu pasti Mama Bintang.”Nak Armos, ya?”
Armos menanggapi dengan mengangguk sopan dan menyalami dan sedikit terkejut karena Armos belum memperkenalkan nama tetapi sudah disapa dengan nama seperti itu. “Mau ajak Bee pergi ya? Makan malam?”
“Iya Tante, sama teman-teman sekelas juga.”
Rini mengangguk lalu duduk diikuti oleh Armos yang juga kembali duduk. “Gimana sekolahnya, lancar?”
“Kamu sekelas sama Bee ya berarti?”
“Iya, Tante.”
Rini ingin kembali bertanya tetapi tak jadi karena anak semata wayangnya itu menuruni tangga. “Mama, Bee berangkat dulu.” lalu menyalami Rini bergantian dengan Armos yang ikut bersalaman.
Keduanya berjalan bersisihan dan keluar rumah dengan canggung. Armos mendekati motornya disusul oleh Bintang dibelakangnya. Pria itu naik lalu memakai helm dan mulai menyalakan mesin. Bintang terdiam sebentar lalu ikut naik dibelakang Armos. Armos yang merasakan Bintang sudah naik pun menoleh kaca spion, melihat Bintang yang membenarkan duduknya merasa tidak nyaman.
Pria itu menghela napas panjang lalu melepas jaketnya tiba-tiba, menyisakan kaos hitam polos membuat Bintang terkejut menoleh dan terbelalak saat Armos memberikannya dengan posisi di atas motor seperti ini. “Pakai! Ribet banget lo pakai rok pendek segala!”
Bintang menerimanya dengan canggung. “Atau gue ganti celana dulu, ya?”
“Udah tau malem seharusnya lo pakai celana! Nyusahin aja jadi orang, jangan lupa dililit dipinggang.”
Setelah mengatakan dan memastikan jika Bintang sudah melilitkan jaketnya dan nyaman duduk, Armos menjalankan motornya. Keduanya saling diam dengan pikiran masing–masing. Jujur saja, Bintang masih merasa canggung, begitu pula dengan Armos.
Bintang menghela napas mencoba untuk mencairkan suasana. “Lo mau jadi pacar gue enggak?”
Armos mengernyitkan dahinya. “Lo ngomong apa?”
“Lo mau jadi pacar gue?” tanya Bintang kembali dengan nada yang sedikit lebih kencang.
“Enggak.”
Dengan senyuman cerah, gadis itu kembali bicara. “Buktinya lo udah mulai suka sama gue.”
Armos diam saja tak menanggapi, lagi pula bagi Armos tidak ada gunanya juga.
“Lo pasti suka sama gue, Mos.”“Enggak.” sautan pendek tersebut membuat Bintang menghela napas panjang.
“Gue anggap jawaban lo adalah iya, Mos.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Spasi. (dibaca spasi pakai titik)
Teen Fiction[ NEW VERSION‼️] #shskartikatamaseries [R15+] "Lo pasti suka sama gue, Mos." "Enggak." sautan pendek tersebut membuat Bintang menghela napas panjang. "Gue anggap jawaban lo adalah iya, Mos." "Enggak lah." "Terus kenapa lo mau jemput gue kerumah? Nak...