Armos berangkat lebih siang dari biasanya karena telat bangun pagi, bahkan ia sampai tak sempat sarapan pagi. Pria itu melewati koridor dengan santai, memasang earphone dikedua telinganya dan kedua tangan berada disaku celananya.
Membuat siswi yang melihatnya sontak menatap dengan tatapan berbinar-binar dan memuji. Karena mau bagaimanapun, pesona most wanted memang sangat beda. Armos berusaha untuk mengabaikan suara-suara tersebut dan karena itulah sebabnya kenapa ia mengenakan earphone saat berangkat sekolah.
“TERMOS!”
Sebuah teriakkan itu membuat Armos menoleh. Ia kenal betul dengan suara itu, lagipula siapa lagi yang akan memanggilnya dengan sebutan 'Termos' jika bukan gadis yang selalu mengganggunya seperti tikus mengganggu padi.
Bintang berlari cepat mendekati Armos yang berjalan lebih dulu darinya. Dengan mengatur napas terlebih dahulu barulah gadis itu berbicara. “Lo suka banget ya ninggalin gue, Mos?”
Bintang menghentikan langkahnya saat sudah berada tepat disamping Armos dan memegang tangannya.
“Lepas!” ucap Armos dingin.
Bintang mengembungkan pipinya merasa kesal, namun enggan melepaskannya. Cengiran khas Bintang diperlihatkan dihadapan Armos. “Enggak mau!” tolak Bintang.
Terpaksa Armos mengganti lagu yang berada diponselnya dengan tangan kiri yang bebas dan melanjutkan jalannya. Bintang tersenyum sumringah saat tangannya masih menggenggam tangan Armos walau ada paksaan dari gadis tersebut. Senyum Bintang mengembang saat mereka melewati koridor bersama.
“Umur lo berapa Mos tahun ini?” tanya Bintang seraya berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Armos yang berada tepat disamping kirinya.
Armos yang berada disampingnya tak menoleh, tetap melanjutkan jalannya. Menurut pria tersebut, menjawab pertanyaan Bintang tidak penting sama sekali, ia lebih memilih menjawab soal-soal fisika yang membuat otaknya berasap.
“Mos!”
Armos memejamkan matanya sebentar, suara Bintang bahkan mengalahkan suara musik yang terdengar diindera pendengarannya. “Tujuh belas," ucap pria itu akhirnya.
“Berarti kita berjodoh!” ucap Bintang antusias setelah berfikir beberapa detik.
Armos menaikkan salah satu alisnya pertanda meminta penjelasan. Walau sebenarnya tidak penting, tapi apa yang membuat gadis disebelahnya ini mengatakan mereka berjodoh? Benar-benar diluar prediksi BMKG.
“Soalnya tahun ini umur kita sama-sama tujuh belas tahun, itu namanya takdir.” Bintang menaikkan kedua alisnya menggoda Armos. “Benar kan?”
Armos tak menanggapi lontaran pertanyaan dari Bintang yang terus saja mengganggunya. Pria itu tetap melanjutkan langkah kakinya tanpa beban sedikitpun. Sementara itu, Bintang merasa amarahnya memuncak ingin meledak.
Bahkan gadis itu ingin sekali mengumpat kalau diperbolehkan. Langkah Armos yang lebar-lebar membuat Bintang kewalahan mengejarnya.
Akhirnya Bintang berhenti di tempat, bahkan lengannya pun tak lagi menggandeng Armos dan membuat gadis itu merasa ditinggalkan Armos yang sudah jalan lebih dulu darinya.
Gadis itu tersenyum tipis menatap punggung Armos yang makin lama makin menjauh. Sedangkan Armos memasukkan tangannya disaku celana. Pria itu berjalan dengan santai sambil sesekali melihat-lihat sekelilingnya dan melihat lengan kanannya yang tak lagi digelayuti.
Kemana perginya gadis itu?
Koridor yang lumayan ramai itu mengundang berbagai macam pasang mata. Siswa dan siswi disana melihat Bintang dan Armos bergantian. Pria itu menghentikan langkah kakinya secara mendadak. Akibatnya, Bintang menabrak punggung lelaki di depannya.
“Lo ngapain dibelakang gue?” tanya Armos kelewat dingin.
“Enggak apa-apa sih, biar berasa dituntun oleh calon imam.”
Armos membenarkan tas dipunggungnya menatap Bintang dengan perasaan aneh atau memang gadis ini yang aneh. “Cewek aneh!”
Bintang mengibaskan tangannya kedepan seakan mengusir Armos. “Lo didepan aja, Mos," ada jeda sebelum akhirnya Bintang kembali melanjutkan, "soalnya semakin gue dideket lo, jantung gue dag dig dug."
Armos yang mendengar hal itupun melanjutkan jalannya dengan santai dan kembali memasang earphone dikedua telinganya. Desas desus dari siswa dan siswi yang melihatnya pun ia abaikan. Ada yang menghinanya tak punya hati, ada pula yang berniat untuk mendekati Bintang.
Namun Armos tetaplah Armos yang tak menanggapi dan melanjutkan jalannya menuju kelas. Langkahnya terhenti kembali saat suara yang tak asing ditelinganya berbicara.
“Gue tetep dibelakang lo kok, Mos," ada jeda sebelum akhirnya Bintang kembali melanjutkan, "jadi kalau lo capek, balik badan ya karena gue tetap ada disini buat lo!” teriak Bintang.
Tanpa Armos sadar senyum tipis tercetak diwajahnya saat mendengar teriakkan Bintang yang selalu menganggu hidupnya akhir-akhir ini, namun sialnya Armos sudah mulai merasa terbiasa akan hal tersebut.
*
*
*
#A/N
Hai guys!! Im back, hohoho °^°
Disini Bintang cegil banget gak sih, hahahaha. Definisi diatas cewek cegil, ada Bintang yang menjadi ratunya😍
See u next chapter, ya!With love, kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Spasi. (dibaca spasi pakai titik)
Teen Fiction[ NEW VERSION‼️] #shskartikatamaseries [R15+] "Lo pasti suka sama gue, Mos." "Enggak." sautan pendek tersebut membuat Bintang menghela napas panjang. "Gue anggap jawaban lo adalah iya, Mos." "Enggak lah." "Terus kenapa lo mau jemput gue kerumah? Nak...