22. Martabak dan Ice Cream (3)

98 64 24
                                    

Mendengar pernyataan itu membuat Bintang terpukul dengan kenyataan. Bagaimana bisa ia dan Nanda menyukai pria yang sama? Dan mengapa Bintang baru menyadari hari ini jika Armos yang ia suka dari dulu ternyata orang yang sama dengan sahabat Nanda? 

Seperti tamparan keras yang Bintang rasakan saat ini. Kebetulan yang sangat luar biasa menjadi skenario indah sekaligus sedih didalam hidupnya. Bagaimana bisa Armos dan Nanda saling mengenal dan Bintang ada ditengah-tengah mereka? Bintang menghela napas panjang, haruskah ia mundur?

“Maaf Mos gue enggak tau hal itu, maaf gue naksir lo dari dulu.”

Armos terdiam sebentar lalu menggeleng. “Enggak heran sih pantes dari awal masuk, lo gercep banget ngejar gue.”

Bintang meringis membuat Icha yang sedari tadi mendengar percakapan mereka menggeleng. “Enggak heran sih gue, Armos jelek begini kok lo kejer-kejer.”

“Pacar gue Cha sekarang.”

“Ini apa ribut-ribut?” tanya Irvan yang baru saja datang. Sangat panutan sekali Irvan datang lima menit sebelum bel sekolah berbunyi.

Mereka bertiga mengabaikan pertanyaan Irvan, sengaja membuat pria itu kesal. Irvan merengutkan bibirnya maju kedepan, mengambil potongan poto yang menyita perhatiannya. “Siapa nih?”

“Nanda,” jawab Icha.

“Anak baru lagi, Cha?” Irvan bertanya kembali. “Loh ini bukannya rumah sakit lo, Cha?”

Icha mengangguk membenarkan sedangkan Bintang mengerutkan dahinya bingung. Apalagi kenyataan kali ini? “Rumah sakit bokap gue, bukan punya gue.”

Bintang menatap Irvan dan Icha bergantian lalu menatap Armos yang sama sekali tidak terkejut. Apa kali ini hanya gadis itu yang baru mengetahui hal tersebut? Dengan penasaran Bintang bertanya. “Rumah sakit lo, Cha?”

“Bukan, bokap gue.”

“Jadi kemarin malem nyokap gue nelpon bokap lo? Minta data atas nama Nanda.”

“Lah jadi itu Tante Rini?”

“Iya, Cha.”

“By the way gue yang jawab telepon itu Bee dan gue enggak tau kalo itu Tante Rini...”

Bintang mengusap wajahnya refleks. Mengapa dunia sangat sempit sekali hingga orang-orang disekitarnya saling berhubungan?

“Tante Indah yang punya rumah sakit nyokap lo?”

“Iya, Bee.”

Bintang memejamkan kedua matanya, seharusnya ia bermalam dirumah Icha agar bertemu dengan Tante Indah yang notabene adalah istri pemilik rumah sakit yang sempat ia tempati dua tahun yang lalu.

Bintang menganggukkan kepala entah untuk keberapa kalinya, anehnya hari ini sangat berat sekali baginya. Banyak sekali kenyataan-kenyataan yang selama ini terpendam, kini satu persatu mulai terungkap.

Senja balik lagi kebangku Armos. “Udah?”

Armos menggeleng sebagai jawaban. “Belum.”

Senja berdecak lalu kembali duduk dibangkunya lagi. Bintang mengerutkan dahinya. “Formulir apa Mos?”

“Jepang.”

“Eh? Beasiswa kah?”

Armos hanya mengangguk sebagai jawaban, ada sedikit rasa tak enak hati mengiyakan pertanyaan dari Bintang mengingat perjanjiannya dengan Pak Bambang duapekan yang lalu. Sebenarnya Armos sangat ragu sekali menerima tawaran yang diberikan oleh Pak Bambang, mengingat ada imbalan setelahnya.

Tetapi setelah dipikir panjang, Armos yakin Bintang akan berubah menjadi lebih baik dalam hal pelajaran bukan karena dirinya tetapi karena kemauan sendiri. Dengan begitu Armos tidak terlihat jahat bukan?

Pria itu mengisi formulir yang telah diberikan oleh Senja sekitar dua puluh menit yang lalu karena mereka tengah sibuk menerima kenyataan yang cukup mengejutkan. “Bee... lo beneran tentang penyakit lo itu?”

Bintang mengangguk sebagai jawaban, memang benar adanya itulah yang Bintang rasakan selama kurang lebih tiga tahun. “Iya.”

“Sekarang?”

“Sekarang masih Mos, jantung gue masih lemah.”

“Gue bukan dokter, tapi gue saranin lo jangan lari-lari.”

“Lo risih ya kalo gue lari-lari? Apalagi kalo lari-lari dipikiran lo, Mos,”  ujar Bintang diselingi tawa yang langsung disugihi dengan Armos yang memutar bola matanya malas. Lagi-lagi dirinya menjadi sasaran empuk atas pembelajaran gombal yang Bintang pamerkan minggu-minggu ini, ralat sepertinya sejak dulu mereka bertemu dalam satu kelas ini.

Tetapi entah mengapa hati Armos seakan berdebar saat mendengar tawa terlontarkan oleh gadis yang berada disampingnya. Sedangkan Bintang sedikit gundah dengan melanjutkan cintanya atau berhenti sampai disini.  "Lucu." ujar Armos pelan tanpa sadar.

*
*
*
Hallo guys! Im back!!! Aku menepati janjiku ya, update 3 kali smuaa!!!😍🤏 Semoga kalian suka ya sama cerita ini, hehehe:')
See u next chapter!!!

With love, kim 

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang