28. Spasi pakai Titik

89 62 22
                                    

Bintang menenggelamkan kepalanya kedalam bantal diatas bedcover bermotif lebah. Ah harus gadis itu akui jika dirinya dari dulu sangat menyukai lebah, itulah mengapa dirinya dipanggil dengan sebutan 'Bee'.

Keadaannya kali ini sangat kacau. Rambutnya ia cepol atas dengan jedai tak berbentuk, kedua bola matanya memanas namun tak mengeluarkan airmata sedikitpun. Rasanya sangat sesak sehingga tak bisa mengeluarkan airmata.

Gadis itu bangkit dari tidurnya dan berjalan menuruni tangga untuk kedapur meminun air putih. Sepertinya apa yang dikatakan orang-orang itu benar, pura-pura bahagia membutuhkan banyak tenaga.

Dimeja ruang tamu terdapat Riski yang sedang memakan cemilan dan menyeduh kopi kesukaannya, sedangkan diarah dapur Rini tengah menyiapkan sandwich.

Bintang membenarkan ikatan rambutnya dan tersenyum simpul kepada Rini. "Buat sandwich, Ma?" tanyanya agar terlihat sangat natural.

Rini mengangguk dan memberikan satu potong sandwich pada Bintang. "Buat Bee."

"Makasih Ma."

"Tumben..." ujar Rini seraya berjalan kearah ruangtamu. "Kamu abis makan banyak?"

Bintang mengerutkan dahi lalu menggeleng. "Kenapa Ma?"

"Muka kamu bengkak, kamu abis nangis?"

"Enggak, Ma."

"Atau nahan nangis?"

Bintang terdiam sebentar lalu mengangguk. "Termos nyebelin, Ma." jawabnya dengan mengikuti Rini dari belakang menuju ruang tamu.

"Nyebelin gimana sayang?" tanya Rini.

Bintang duduk dikursi ruang tamu yang bersebelahan dengan Riski. Gadis itu kembali menjawab. "Termos manfaatin Bee."

Rini mengerutkan dahi. "Jelasin sayang..."

Bintang menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan kasar. "Dia deketin Bee cuma karena beasiswa, Ma," ada jeda, "terus ternyata Termos tuh ga-"
Ucapan Bintang terhenti saat ada suara ketukan pintu.

Gadis itu mencibir tak suka dan berjalan kedepan untuk melihat siapa tamu yang mengganggu sesi curhatnya kali ini. Kedua pintu terbuka lebar menampilkan seorang pria dengan perawakan sempurna berada didepan pintu.

Bintang melotot kaget dan hendak menutup kembali pintu tersebut tetapi tertahan saat dehaman dari si pelaku.

"Assalamualaikum Om dan Tante." ujar Armos dan segera menyelinap masuk kedalam.

Sedangkan Bintang membuka pintu lebar-lebar bermaksud untuk mengusir Armos yang seenaknya datang tak diundang. Sebenarnya Bintang sangat senang melihat Armos datang kerumahnya, namun rasa senang kali itu tertutupi dengan perasaan kesal didalam dirinya.

Rini dan Riski menyambut Armos dengan senang hati seakan melupakan curhatan Bintang yang sempat terputus tadi. "Keluar!" usir Bintang dengan tatapan dingin.

Armos tak menggubris dan langsung duduk di kursi ruang tamu tersebut. "Sehat Om dan Tante?"

"Sehat."

Jawaban dari Riski membuat Bintang mengembungkan pipinya dan berjalan menaiki tangga. Bahkan disituasi seperti ini kedua orangtuanya malah tak membela dirinya sama sekali membuat Bintang merasa teramat kesal.

"Sayang..." teguran dari Riski yang sudah pasti menginginkan Bintang untuk tetap tinggal. Otomatis Bintang mengurungkan niatnya dan kembali duduk dikursi ruang tamu tersebut.

"Nak Armos silahkan jelaskan..." ujar Riski.

Armos menghela napas panjang dan memejamkan kedua matanya sebentar lalu berkata. "Maaf sebelumnya Bee, gue gak bermaksud manfaatin lo untuk beasiswa ke Jepang," ada jeda, "gue minta maaf." lanjutnya.

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang