17. Makan Malam Bersama

155 65 25
                                    

Armos memasukki ruang kelas dengan perasaan penuh kegelisahan. Walau sudah menentukan pilihan beasiswanya, namun perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Pria itu sadar jika hari ini adalah hari jadiannya dengan Bintang, walau belum ia konfirmasi.

Armos melihat Bintang dari kejauhan, gadis itu tersenyum penuh hangat dan juga bergoyang gembira menyambut kedatangan Armos, sang pacarnya.
“Hallo sayang…” sapa Bintang dengan senyuman hangatnya.

Tepat didepan Bintang, Armos berhenti melangkah. “Ayo pulang.”

“Sayangnya mana? Kan nilai gue udah diatas 90 dan artinya kita resmi pacaran dong, Mos.”

Armos menghela napas panjang. “Mama mau ketemu sama lo, Bee..”

“Ih! Sayangnya mana Termos, hm?”

“Nanti,” jawab Armos seraya mendekatkan wajahnya kearah Bintang. “setelah lo berhasil masuk universitas negeri lampung,” lanjut Armos seraya tersenyum simpul.

Bintang mengerjapkan kedua bola matanya berkali-kali. Sungguh, jantung Bintang berdegup dengan kencang dan terasa sesak seakan tak membiarkan sang empu bernapas dengan tenang.

***

Motor yang dikendarai oleh Armos terhenti didepan gerbang bercat warna abu-abu tersebut. Dibelakang pria tersebut terdapat Bintang yang tengah duduk dimotor. Satpam yang berjaga didepan gerbang tersebut membukakan gerbang dan mempersilakan Armos dan Bintang masuk. Setelah memarkirkan motor tersebut, mereka berdua memasuki rumah milik keluarga Argiansyah.

Sisi, sang adik Armos menyapa kedatangan Bintang kali pertamanya.”Hallo! Kak Bee, ya?”

Bintang menganggukkan kepalanya. “Sisi?”

Sisi ikut menganggukkan kepalanya membenarkan, “Ayo sini bareng Mama didapur,” ucap Sisi seraya menggandeng tangan Bintang mengajaknya kedapur untuk bertemu dengan Vivi.

“Eh nak Bintang ya.. sini-sini ikut Mama bikin kue..”

Bintang menipiskan bibirnya perlahan, Mama? Mungkinkah Armos sudah bercerita dengan Vivi mengenai hubungan mereka berdua? Gadis itu mengangguk dan tersenyum dengan hangat.

Armos melihat kegiatan membuat kue antara Bintang, Sisi dan juga Vivi tersebut seraya mengupas apel yang akan dimakannya sembari belajar nantinya. Pria itu membiarkan Bintang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan Sisi dan Vivi. Sementara Armos akan belajar dimeja ruang tamu. Hingga selang beberapa menit kemudian Sisi dan Bintang telah kembali keruang tamu.

Melihat Armos yang sibuk dengan apel diatas piring membuat kejahilan Sisi muncul. “Bagi ya Bang!” ucap Sisi mengambil potongan apel tersebut.

“Sisi kebiasaan! Itu punya gue!”

Sisi mencibir tak suka. “Abang pelit banget, sih!”

“Kebiasaan.”

Sisi menyebikkan bibir dan kembali menyenggol lengan Bintang, membuat sang empu menoleh. “Kenapa, Sisi?”

“Abang tuh Kak, kok bisa sih Kak Bee mau sama Abang.”

Bintang terkekeh geli. “Kenapa memangnya, Sisi?”

“Abang itu kan pelit, Kak,” ada jeda sebelum akhirnya Sisi kembali melanjutkan perkataannya, “ditambah juga kaku banget kayak kanebo kering kak, pusing kan ngadepinnya.”

“Kata siapa?” sahut Armos sewot merasa tak suka dijelek-jelekkan seperti ini.

“Tuhkan galak pula, Kak,” ujar Sisi pelan karena kembali menciut melihat tatapan Armos didepannya.

Melihat kedua orang tersebut membuat Bintang tertawa, menatap keduanya bergantian. “Kiyowo.”

Sisi menoleh dan menatap Bintang dengan berbinar. “Kak Bee suka korea juga?”

“Eh? Sisi juga suka korea kah?”

Sisi menganggukkan kepalanya. “Punya stok drama korea juga enggak, Kak?”

“Punya dong pastinya..”

“Nah! Nanti Sisi minta ya, Kak Bee?”

Bintang menganggukkan kepalanya. “Boleh! Tapi belajar yang benar ya, biar bisa masuk sekolah bareng sama abangmu.”

Sisi tersenyum cerah, memeluk Bintang dengan sayang seraya mengacungkan jari tengahnya dibelakang tubuh Bintang kepada Armos yang sedari memperhatikannya, membuat Armos melotot sempurna dan berniat menjambak Sisi jika ia bukan kakaknya.

***

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu menatap lawan bicaranya yang sedari tadi bergulat dengan buku didepannya setelah makan malam, sedangkan Bintang selesai bencengkrama dengan Sisi membicarakan drama korea yang ia tonton tadi. “Mos gue mau balik deh, kayaknya.”

“Udah selesai ngobrol sama Sisi dan Mama?”

Bintang mengangguk seraya tersenyum. “Makasih ya pacar gue yang gemoy!” ucap Bintang dengan semangat.

Vivi dan Sisi menghampiri mereka berdua. Wanita paruh baya tersebut tersenyum puas dan memeluk Bintang sebagai ucapan terimakasih sekaligus perpisahan hari ini.

Sisi juga ikut memeluk Bintang seolah tak ingin lepas dari Bintang. “Kak Bee sering main sini ya, nanti mau Mama adobsi.”

Armos melotot kaget sedangkan Bintang tersenyum manis hingga matanya menyipit. Gadis itu mengangguk dan berpamitan untuk pulang karena hari sudah mulai larut.

Mereka berdua jalan keluar menuju teras rumah, sedangkan Armos melanjutkan langkahnya untuk mengambil mobil yang terpartkir disamping rumah. Saat sudah didepan gerbang, Bintang naik kedalam mobil. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang, jalanan sedikit ramai.

Hampir 20 menit berlalu, sampailah mereka didepan gerbang berwarna hitam pekat tersebut. Bintang turun dari mobil dan membukakan gerbang sendiri, karena satpam cuti istri melahirkan.

“Lo dirumah sama siapa?” tanya Armos.

“Mama, mungkin.”

Armos menghela napas lega, setidaknya Bintang tidak dirumah sendirian. Pria itu tersenyum dan kembali melanjutkan perjalannya untuk kembali kerumahnya.

.
.
.
Hallo guys!! Im back, huehue °^°
Aku lagi nonton drama korea judulnya mouse!!! Hahahha bener-bener plot twist banget gak sih drama korea itu :')))
Gimana sama chapter ini? Hihi
See u next chapter, ya!

With love, kim

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang