27. Kegoyahan (2)

93 66 23
                                    

Karena merasa penasaran akhirnya Bintang mengeluarkan headset disisi tasnya. Seraya memasangkan headset tersebut tangannnya ia sampirkan pada lengan kekar milik Armos. Pria itu tak menggubris sedikitpun, mengomelpun juga tidak.

Mereka berdua berjalan bersisihan melewati lorong koridor menuju parkiran yang lumayan sepi, hanya ada segelintir orang-orang yang masih ada.

Gadis itu mendengarkan voice note yang terkirim tersebut. Terdapat suara pria yang sedang berbincang-bincang. Bintang mengenali suara ini adalah suara pria yang berada disampingnya. Mulai dari membicara tentang nilai hingga membicarakan tentang Bintang.

Sebentar, mengapa nama Bintang tersebut dalam pembicaraan tersebut? Apa hubungannya?

"Saya menawarkan sesuatu untuk kamu."

Armos mengerutkan keningnya. "Iya pak?"

"Tawaran untuk mengubah Bintang." ada jeda "Karena kamu satu - satunya teman dekat Bintang. Dan kebetulan kamu pintar kan?"

Terdengan helaan napas lalu kembali ada suara. "Kamu tahu kan Bintang anaknya siapa?" Ucapnya santai. "Dia anaknya Pak Riski salah satu pemegang saham sebagian sekolah ini."

"Jadi Pak?"

"Ajari Bintang ya, karena kamu satu - satunya yang bisa merubah Bintang."

"Baiklah Pak saya akan mengajari Bintang. Kalau begitu saya permisi sebentar ya Pak?"

"Kalau kamu bisa ubah dia, saya janji akan memberikan beasiswa di London nanti untukmu. Atau kamu mau Jepang? Pilihannya ada dikamu semua."

Setelah kalimat tersebut voice note itu terhenti, tak ada lagi suara yang terdengar. Kedua bola mata Bintang memanas, gadis itu menahan untuk tidak menangis sekarang juga.

Ah lupa, bahkan menangispun Bintang tak sanggup karena rasanya sangat kecewa sekali. Bintang menghela napas panjang seraya menatap Armos yang sama sekali tak merasa terganggu dengan perubahan Bintang.

Sesampainya diparkiran Bintang berhenti begitu pula dengan Armos yang berhenti. Pria itu memakai helm dan menaiki motor kesayangannya. Sedangkan Bintang masih terdiam tak bergerak mendekat kearah Armos, membuat pria itu bertanya. "Gak jadi nonton?"

Bukannya menjawab alih-alih Bintang malah bertanya. "Gimana bisa lo dapet beasiswa ke Jepang, Mos?"

"Mau juga?" tanya Armos datar dan tak merasa bersalah sedikitpun.

Bintang mengusap kedua matanya perlahan, napasnya memburu. "Gue kecewa sama lo."

Armos diam saja tak menanggapi namun terlihat jelas kerutan didahinya muncul. Gadis itu memutar balik arah dan berjalan dengan terburu-buru. Armos bingung dan segera mencekal pergelangan Bintang. "Kenapa?"

Bintang melepas cekalan Armos dengan paksa lalu menatapnya dengan tatapan tak terbaca. "KENAPA LO GAK BILANG SELAMA INI LO DEKETIN GUE KARENA ADA MAUNYA?!"

Jantungnya berdebar hebat kali ini bukan karena jatuh cinta tetapi karena merasa sangat kecewa. Dadanya terasa sesak dengan begitu hebat. Pria didepannya terlihat bingung. "Bee gue bisa jelasin..."

"Gak ada yang perlu dijelasin, lo bener-bener buat gue kecewa Mos!"

Setelah mengatakan itu Bintang berlari keluar gerbang meninggalkan Armos yang masih terdiam ditempatnya. Tak ada yang Armos lakukan selain dengan perubahan ekspresi yang seakan merasa bersalah.

*
*
*
Part ini dikit gak apa-apa ya, hehe ^°^
Kesel gak sih sama part ini :')) aku kesel banget!!! Hahahahahha
See u next chapter, guys!

With love, kim

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang