“I WANT YOU... I NEED YOU... I LOVE YOU...” Bobi berjoget didepan meja guru. Menunjuk beberapa temannya seraya menyanyikan bait yang sangat familiar pada masanya.
Wulan melihat itu ikut bergabung dibelakang Bobi. Sedangkan Dila dan juga Fika bertepuk tangan memberi semangat menambah riuh keadaan kelas. Senja menatap mereka semua, menggelengkan kepala lalu kembali menunduk membaca buku.
“BERTEMU DENGANMU... SEMAKIN DEKAT JARAK DIANTARA KITA... TAPI KITA GAK JADIAN.” Sahut Ziva dengan kencang dengan nada yang pas. Gadis itu tertawa, yang lain ikut tertawa, merasa bodoh sendiri.
Lalu kelas kembali riuh lagi dihiasi dengan bait-bait lagu jkt48 selanjutnya. Sedangkan Icha menatap mereka semua yang heboh didepan papan tulis. Menahan agar tidak ikut berjoget dengan yang lainnya.
“Kalau mau gabung sama yang lain, gabung aja, Cha.”
Icha menoleh, terkejut sendiri. Pria itu menatap Icha dengan lembut lalu menyisirkan rambutnya menggunakan tangan kanannya. “Lo fans jkt48 kan?”
Icha terkejut kembali, menatap Zaky dengan tatapan heran. Bagaimana Zaky bisa mengetahui hal tersebut? Icha hanya merespon dengan gelengan kepala karena merasa gengsi untuk mengakuinya, biasanya fans jkt48 lebih banyak lelaki dibanding wanita.
“Bintang mana?” tanya Icha saat melihat Irvan melewatinya.
“Nah! Gue juga mau ketemu Bee sih, kayaknya masih dikantin, deh.”
Tak berselang lama kemudian, Bintang datang memasuki kelas dengan wajah yang sumringah. Semalaman ia merasa sedikit goyah dengan perkataan dan juga perhatian-perhatian kecil yang diberikan oleh Deri padanya. Jujur, Bintang sangat menyukai diperlakukan seperti itu.
“Bee!” teriakan dari Irvan membuat Bintang mengerutkan dahi pertanda bingung. Tak menunggu waktu lama, gadis itu sudah berada tepat dihadapan Irvan dan juga Icha.
“Lo dulu yang ngomong atau gue, Cha?” tanya Irvan kepada Icha.
“Lo aja, gue nanti ngomongnya.”
“Kalian berdua kenapa? Mau ngomongin hal apa, sih sama gue?” tanya Bintang bingung, pasalnya pagi-pagi kedua temannya ini sibuk ingin bertanya.
Irvan menghela napas panjang dan mengeluarkan selembar foto yang sangat familiar dipenglihatan Bintang. Pupil gadis itu membesar, menatap dengan tatapan tak terbaca dan keluar kelas dengan tangan yang menggenggam foto tersebut.
Bintang berlari keluar kelas, menahan tangisnya yang hampir pecah. Lalu berhenti didepan toilet wanita dan masuk kedalamnya. Gadis itu memukul dadanya yang terasa sesak akibat foto yang di berikan Irvan tadi. Ada nyeri yang mendalam didalam dadanya dan sampai sekarang pun ia masih belum melihat Armos karena Armos sedang berada di perpustakaan bersama teman satu olimpiadenya.
Bintang menangis terisak, gadis itu merasa butuh kejelasan dari Armos. Hampir lima hari mereka tak saling bertegur sapa semenjak hari itu dan juga karena hari libur.
Gadis itu ingin minta penjelasan kepada Armos tentang foto yang diberikan Irvan dan sekarang berada digenggamannya. Meskipun hubungan mereka berdua tak jelas, setidaknya mengetahui dengan jelas dari foto tersebut membuatnya merasa lebih baik.
Bintang menghela napas panjang menenangkan hati dan keluar dari toilet wanita. Berjalan dibuat sedamai mungkin dan memasuki ruang kelas yang jaraknya tak jauh lalu kembali duduk dibangkunya.
Irvan yang melihat itu menatap Bintang sedikit khawatir. “Are you oke, Bee?”
Bintang mengangguk meyakinkan diri jika ia baik baik saja. “Im gonna be oke, Van.”Sedangkan disisi lain Armos memasuki kelas dengan langkah santai dari perpustakaan menuju kedalam ruang kelas disambut dengan riuhnya lagu-lagu jkt48 mulai terdengar.
Armos menggelengkan kepala menatap teman-temannya yang seperti paduan suara dan duduk dengan senyaman mungkin. Walaupun ia tahu, duduk bersama Bintang sama sekali tak membuat dirinya nyaman. Mungkin.
“Mos?” Panggil Bintang dengan suara serak.
Armos menoleh beberapa detik, lalu dengan helaan kekesalan kepada Bintang, pria itu mengabaikan panggilan tersebut.
Bintang terdiam karena merasa tidak dipedulikan lalu ia memberikan foto yang berada ditangannya kepada Armos. Armos mengernyit saat ia melihat dirinya dan Arita didalam foto tersebut. “Kali ini lo nyuruh orang mana lagi buat ikut campur urusan gue?!” ucap Armos dengan nada sedikit tinggi.
Bintang terkejut mendapatkan respons seperti itu, harusnya gadis itu yang marah. “Gue enggak pernah lakuin hal konyol itu, Mos.”
“Konyol kata lo?” Armos tersenyum miring. “Lo hidup dan masuk kedunia gue, itu hal yang paling gue benci,” ada jeda sebentar sebelum akhirnya Armos kembali melanjutkan, “lo dan semua orang-orang konyol lo yang nyuruh gue buat nikahain lo itu buat gue muak!”
Bintang menelan ludahnya susah payah, apakah Mama dan Papa Bintang sudah memberitahu kepada Armos tentang hal tersebut? Pasalnya, Bintang hanya bergurau untuk meminta orangtuanya menikahi Bintang dengan Armos setelah lulus sekolah nanti.
“Gue benci sama lo. Bahkan, gue berharap lo enggak ada didepan muka gue selamanya!” setelah mengatakan itu Armos pergi meninggalkan kelas kembali.
Pria itu tidak memerdulikan Bintang yang terdiam terpaku ditempat dan reaksi teman sekelasnya yang sontak menatap Bintang dengan tatapan iba. Terlebih Irvan dan Icha yang merasa bersalah karena memicu pertikaian perihal foto tersebut.
*
*
*
Hallo guys! Im back, hehe °^°
Besok aku akan update lagi ya, doakan saja. Aku lagi mau fokus sama cerita ini, soalnya cerita lapak sebelah judulnya RELATIONSHIT! udah mau naik cetak, HEHEHE.
Seneng banget dong pastinya, kalau mau baca gratis sebelum part dihapus bisa langsung cek diprofil aku ya ^°^
See u next chapter!With love, kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Spasi. (dibaca spasi pakai titik)
Teen Fiction[ NEW VERSION‼️] #shskartikatamaseries [R15+] "Lo pasti suka sama gue, Mos." "Enggak." sautan pendek tersebut membuat Bintang menghela napas panjang. "Gue anggap jawaban lo adalah iya, Mos." "Enggak lah." "Terus kenapa lo mau jemput gue kerumah? Nak...