“Lo mau kemana?” tanya Irvan karena saat bel pulang berbunyi, Armos langsung pergi meninggalkan kelas tanpa menanggapi pertanyaan Irvan tersebut.
“Kalian berdua berantem? Gue perhatiin dari tadi enggak ada komunikasi.” ujar Irvan.
Bintang mengangkat bahunya tak mengerti. “Gue lagi mens dan mood gue berantakan. Jadi gue berfikir sepertinya kasih waktu Termos buat sendiri tanpa mengganggu dia dulu itu lebih baik.”
Irvan menganggukkan kepala merasa setuju dan ikut merapikan buku diatas mejanya yang terlihat berantakan. “Gue setuju sih Bee, mungkin lagi butuh tenang.”
Icha menyenggol lengan Bintang. “Lo balik sama siapa nanti, Bee?”
Bintang memakai tas dipunggungnya dan bangkit dari bangkunya. “Karena Armos enggak bisa gue gangguin buat anter pulang, kayaknya gue bareng supir nanti.”
Icha menganggukkan kepalanya. “Oh, oke aman deh kalau gitu,” ada jeda sebelum akhirnya Icha melanjutkan, “gue mau ke gramedia dulu sama Irvan nih, mau beli komik terbaru. Lo ada yang mau dititip sekalian?”
Bintang menggeleng. “Enggak ada Cha, tapi nanti kalau misalnya tiba-tiba kepikiran bakal gue kabarin.”
Icha dan Irvan menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Bintang kearah parkiran. Sementara Bintang berjalan menuju gerbang depan sekolah untuk menunggu jemputan supir pribadinya. Sesampainya disana, ada beberapa siswa dan siswi yang sama seperti dirinya menunggu jemputan datang.
Suara motor berhenti tepat didepan Bintang berdiri menampilkan sosok pria yang tentu saja Bintang kenal.
“Lo nunggu apa, Bee?” tanya Sevin sang pemilik motor tersebut.
“Nunggu jemputan lah, lo enggak liat apa?!” senggut Bintang karena merasa pertanyaan sahabat kecilnya ini tak perlu dijawab.
Sevin terkekeh geli. “Kirain mau nunggu salju turun.”
Bintang berdecak malas. “Hidup lo emang enggak jelas, sih.”
Sevin kembali terkekeh geli, satu tangannya terulur mengacak rambut Bintang dengan gemas membuat sang empu menepis dan merapikan rambutnya. “Berantakan Sevin!”
“Bee? Pulang bareng Sevin?” tanya pria yang berada tepat dibelakang Sevin. Pria itu mengenakan motor ninja dan helm full face membuat Bintang menyipitkan matanya untuk mengenali siapa pria tersebut.
Setelah mengenali pria tersebut, Bintang menjawab dengan antusias. “Enggak! Bisa rebut dari sekolah sampai rumah, Kak.”
“Mau pulang bareng gue?” tanya Deri.
Sevin menatap kearah Deri seraya mengendus-endus. “Lo modus sama sahabat gue, ya?! Lewatin mayat gue, dulu!”“Iya, permisi mau deketin Bintang.”
Bintang yang mendengar hal tersebut terkekeh geli, diikuti oleh gelak tawa Sevin dan juga Deri secara bersamaan.Hingga bunyi klakson murid lain yang ingin keluar gerbang membuat mereka bertuga tersadar. Dengan kode mata dari Deri yang menyuruh Bintang untuk segera naik, gadis itu menurutinya dan segera naik. Akhirnya mereka bertiga meninggalkan area gedung sekolah.
Disela perjalanan, Deri kembali membuka obrolan. “Kabar lo sama Armos jadian dikoridor itu bener, Bee?”
Bintang membenarkan duduknya dan mencondongkan badannya kearah depan. “Hah? Lo ngomong apa, Kak?”
“Lo sama Armos jadian?” ucap Deri mengulang pertanyaannya.
“Belum sih, tapi akan.”
Bisa Bintang rasakan bahwa Deri menghela napas panjang. “Kalau misalnya lo udah mulai bosan sama dia, lo bisa ke gue Bee.”
Alis Bintang menyatu mendengar ucapan Deri. “Kenapa, Kak?”
“Kalau lo udah enggak ngejar dia, bilang gue ya?”
Kerutan di dahi Bintang telihat jelas jika ia merasa heran.
“Kalau lo udah enggak suka sama dia, bilang gue juga ya?” ujar Deri memberi jeda, “dan satu lagi, kalau hati lo udah kebuka selain sama dia, kasih tau gue ya Bee?”
Bintang terdiam ditempatnya, hanya menyisakan suara motor mereka yang berjalan membelah jalanan. Sampai beberapa menit kemudian, sampailah mereka tepat didepan rumah Bintang. Deri menghentikan motornya membuat Bintang tersadar.
“Udah sampai, Bee..”
Bintang turun dari motor tersebut dan berdiri tepat disamping Deri. “Omongan gue tadi, bisa lo pikirkan lagi, Bee.”
Bintang menganggukkan kepalanya. “Lo baik banget buat gue, Kak.”
“Kalau gue enggak baik, lo bakalan gue culik dari awal.”
Bintang mengerucutkan bibirnya. “Lo emang kerdus banget sih, Kak.”
Deri mengulurkan tangannya dan merapikan rambut Bintang yang sedikit berantakan karena tidak menggunakan helm sedari tadi diperjalanan. “Lo selalu lucu dan menggemaskan, Bee.”
Semburat dipipi Bintang muncul secara tiba-tiba. Mereka berdua terkekeh bersama tanpa menyadari ada sosok pria yang memperhatikan mereka dari jauh secara berkata.”Selain cegil, lo sangat mudah baper.”
*
*
*
Hallo guys! Im back, hohoho °^°
Naskah ini sebenernya kan udah clear ya di tahun 2021, tapi aku rombak ulang karena menurutku kurang greget!!
Jadi setelah dirombak, eh tiba-tiba aku malah mikir alur kemana-mana :')))))
Tapi enggak apa-apa sih, sudah terkendalikan jadi aman!!
See u next chapter, ya!
Setelah lebaran haji nanti, aku insyaallah update dua hari sekali atau bahkan sehari sekali, hihi.With love, kim
KAMU SEDANG MEMBACA
Spasi. (dibaca spasi pakai titik)
Teen Fiction[ NEW VERSION‼️] #shskartikatamaseries [R15+] "Lo pasti suka sama gue, Mos." "Enggak." sautan pendek tersebut membuat Bintang menghela napas panjang. "Gue anggap jawaban lo adalah iya, Mos." "Enggak lah." "Terus kenapa lo mau jemput gue kerumah? Nak...