19. Gadis Kursi Roda (2)

106 64 25
                                    

Suara ketukkan pintu membuat perhatian Bintang tersita. “Kenapa Ma?”

Rini masuk kedalam kamar Bintang. “Belum tidur anak Mama? Lagi ngapain?”

Bintang menepuk kasur disampingnya yang langsung diduduki oleh Rini. Gadis itu menyender dibahu Rini dan dirangkul dengan kasih sayang. “Kenapa Bee?”

Bintang memberikan handphonenya kearah Rini seakan menunjukkan gambar agar Rini melihatnya. “Mama kenal?”

“Yang mana sayang?”

“Yang dorong kursi roda, Ma."

Rini menimang-nimang sebelum akhirnya menjawab dengan ragu-ragu. “Armos kah, Bee?”

“Nah! Iya, Ma!”

Rini memperhatikan dengan seksama poto tersebut lalu kembali bersuara. “Tapi yang dikursi roda siapa?”

Bintang menggelengkan kepala tak tahu siapa gadis yang berada diatas kursi roda yang didorong oleh Armos, sepertinya itu seseorang yang special. Bintang mengingat-ingat siapa saja yang kira-kira memiliki kedekatan dengan pacarnya walau sebenarnya belum diresmikan secara terang-terangan oleh Armos kepada khalayak ramai SMA Kartikatama.

Bintang nampak berfikir seraya menatap gadis dikursi roda tersebut, pandangannya jatuh pada gelang yang digunakan gadis tersebut. “Ma kok Bee kayak gak asing ya sama gelangnya?

Rini ikut serta melihat dengan seksama. “Kayak punya temen Bee dulu waktu dirumah sakit...”

“Nanda?” tanya Bintang ragu-ragu.

Rini nampak berfikir sebentar sebelum akhirnya menganggukkan kepala. “Nah iya Bee! Sepertinya mirip.”

Bintang menghela napas panjang, pikirannya kemana-kemana. Mungkinkah Armos ada hubungannya dengan Nanda? Siapa Nanda sebenarnya? Mengapa tidak menceritakan apapun kepada Bintang selama berbagi kamar bersama?

“Nanda dimana ya sekarang, Ma?”

Rini terdiam mendengarnya lalu mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya seperti menelpon seseorang membuat Bintang mencibir, bisa-bisanya Rini malah menelpon orang lain disaat Bintang sedang bertanya.

Saat sambungan terputus Rini menoleh kearah Bintang yang menatapnya dengan penuh harap, sebab Bintang sempat berfikir yang tidak-tidak dengan Rini yang mengabaikannya saat gadis itu bercerita. “Mama baru aja nelpon pihak rumah sakit, Bee.”

“Katanya apa Ma?” tanya Bintang penasaran.

“Banyak banget nama Nanda yang dirawat disana, dan juga sebelumnya Bee pernah sekamar dengan empat orang dengan nama lengkap Nanda.” jelas Rini.

Bintang menghela napas panjang entah untuk keberapakalinya. “Boleh minta semua alamat Nanda, Ma?”

“Privasi sayang, Mama udah nyoba nanya tapi gak boleh.”

Bintang terduduk lesu dengan tangan kanan masih menatap handphone. “Kira-kira ini beneran Nanda bukan ya Ma...” tanya gadis itu seolah kepada dirinya sendiri.

Getaran diponselnya membuat Bintang mengeceknya, ia berharap jika itu dari Armos nyatanya pesan tersebut dari Icha yang memberitahu jika dugaan mereka berdua benar. Laki-laki difoto tersebut adalah Armos Vino Argiansyah.

Bintang menutup ponselnya dengan malas, padahal ia baru saja mengirimi pesan seakan tertawa nyatanya gadis itu tak tertawa sedikitpun. Terkadang banyak sekali kepalsuan yang ada dimuka bumi tanpa disadari, hal-hal kecil yang membuat manusia seakan terhibur dengan perlakuan dirinya sendiri padahal palsu.

“Bee...”

“Iya, Ma?”

“Jangan capek-capek.”

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang