26. Kegoyahan

95 66 17
                                    

Beberapa bulan ini Bintang merasa goyah dengan keputusannya. Seakan ada hal yang membuat dirinya merasa bersalah karena tak pernah menanggapi perasaan Deri yang sedari dulu menyukainya. Deri memanglah kakak kelasnya yang saat ini sudah menempuh jalan menjadi seorang mahasiswa di Universitas Negeri Lampung Fakultas Hukum. Katanya ia ingin menjadi pengacara yang sukses, Bintang meng'aamiin'kan saja.

Hubungannya dengan Armos lebih baik dua kali lipat dari sebelumnya. Beberapa kali Armos mengajarinya pelajaran apapun agar Bintang bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Seperti sekarang ini mereka masuk ketahun tiga di SMA Kartikatama yang sudah pasti akan menempuh banyak sekali ujian dan try out yang sungguh tak mudah.

Nilai-nilai Bintang jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi tentu saja tak bisa setara dengan tiga orang juara kelas tersebut. Siapa lagi kalau bukan Raina, Senja, dan juga Armos. Mereka bertiga lagi-lagi menjadi juara kelas tahun ini.

"Nanti setelah jam selesai mau nonton gak?" tanya Bintang.

"Setelah pulang sekolah?"

"Iya, gue mau nonton film yang lagi tayang hari ini."

Pria didepannya ini terdiam sebentar lalu melanjutkan menulis rumus-rumus seraya mengangguk. "Oke."

Bintang bersorak kegirangan, untuk kesekiankalinya Armos menuruti kemauan Bintang. Jika seperti ini, Bintang makin sayang terus-menerus.
Tangannya sibuk manaruh pensil disela bibir dan hidungnya. Mulutnya dimajukan kedepan agar bisa menompa pensil tersebut. Setelah itu tangannya kembali sibuk dengan ikatan yang akan digunakan pada rambutnya. Sepertinya, gadis itu sangat tidak memiliku kerjaan sekali.

Setelah lima belas menit akhirnya bel sekolah berbunyi. Bintang memasukkan semua alat tulisanya dan bangkut dari duduknya. Disampingnya Armos pun melakukan hal serupa. Karena merasa senang Bintang jalan terlebih dahulu dan menunggunya didepan kelas.

Banyak sekali siswa dan siswi keluar kelas untuk pulang kerumahnya masing-masing atau bahkan ada yang tetap berada dikelas mungkin ada keperluan. Langkahnya terhenti saat Fero datang menghampirinya dengan Nirmala dibelakangnya. "Bee sendirian?" tanya Nirmala.

Bintang menggeleng dan menujuk kedalam kelas. "Sama Armos, Mal. Kenapa?"

Nirmala ikut menggeleng kali ini lantas menyenggol lengan Fero. "Fero mau ngomong dulu sama Armos, katanya."

"Ok."

Armos datang saat Fero ingin memasukki kelas. Mereka berdua berpas-pasan tepat didepan Bintang dan juga Nirmala. "Mos berkas lengkap?"

Armos mengangguk karena paham apa yang dimaksud oleh Fero. "Udah."

"Nilai lo naik?" kali ini Fero berbicara langsung dengan Bintang.

Bintang menoleh lalu menjawab. "Naik, kenapa?"

"Bagus deh gak sia-sia perjuangan Armos."

Bintang mengerutkan dahi sekilas lalu kembali seperti biasa saja. Sedikit curiga apa yang dimaksud tetapi kembali ia tepis. Lagi pula kalau dipikir-pikir Armos memang sangat gigih mengajari Bintang dari nol.

Getaran disakunya membuat perhatian Bintang tersita. Sebuah nomor tanpa nama kembali menghubunginya.

081266554433
-Msh blm peka? 
-Bodoh.

Bintang terdiam sebentar seakan berpikir kira-kira siapa saja yang mengetahui nomor pribadinya ini. Bukan dari whatsapp melainkan dari pesan pribadi. Kalau misalnya orang iseng, apa tidak sayang pulsa?

Kembali ia masukkan kedalam sakunya namun gagal karena handphonenya kembali bergetar membuat Bintang untuk memutusnya menelpon si pengirim pesan tersebut. Sambungan terhubung namun tak ada jawaban sama sekali. Alih-alih memberikan jawaban, si pengirim kembali memberikan pesan singkat.

081266554433
-Kepo bgt y lo?
-Cb tnya Armos tntg beasiswa. 
-Lo cuma dibohongi selama ini.

Karena Bintang merasa sangat penasaran akhirnya ia memutuskan untuk menanyakan langsung kepada Armos saat Fero dan juga Nirmala pergi. Kelas sudah mulai kosong, hanya tinggallah gadis itu dan Armos yang berada diambang pintu masuk. "Mos gue boleh nanya?"

"Katanya mau nonton."

"Gue nanya dulu."

"Apa?"

Bintang mengela napas panjang bingung mau menanyakan darimana. "Beasiswa lo beneran ke Jepang?"

"Iya."

Bintang menggembungkan pipinya menatap kedua mata Armos dan mencari kebohongan disana namun hasilnya nihil. Gadis itu kembali memutar pembicaraan apa yang sekiranya Armos sembunyikan dari dirinya mengenai beasiswa? Atau ternyata yang menghubungi Bintang hanyalah orang iseng? Sepertinya Bintang benar-benar harus mengganti nomor handphonenya.

Getaran pada handphonenya membuat pehatian Bintang kembali beralih, kali ini bukan dari nomor tak dikenal melainkan pesan dari Deri.

Deri
-Bee
-Lo harus liat. 
-*photo*
-*photo*
-Itu Armos?

Bintang melihat poto yang dikirimkan oleh Deri dengan seksama. Didalam poto tersebut terdapat Armos dan Pak Bambang sedang berbincang, dan juga mendatangani sebuah kertas yang diyakini Bintang pasti formulir.

Tentang beasiswa ke Jepang antara Armos dan Pak Bambang sudah menjadi rahasia umum. Bahkan Raina si juara kelas saja tidak mendapatkan beasiswa apapun, bagaimana bisa Armos mendapatkannya? Kening Bintang mengerut saat sebuah pesan kembali masuk.

081266554433
-Msh blm prcaya jga. 
-Lo hrs denger ini. 
-*voice note 1.6MB*

*
*
*
Hallo guys!!! Aku datang kembali :')))
Wehehehhehehe :')))
Sepertinya cerita ini akan selesai, guys!! Hahahaha :')))
Dukung terus cerita ini, ya!! :'))
See u next chapter!

With love, kim.

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang