20. Martabak dan Ice Cream

104 68 32
                                    

Dua orang gadis duduk bersebelahan diatas kursi putih dilorong koridor rumah sakit. Keduanya tengah menikmati eskrim yang berada digenggaman masing-masing. Kala itu mereka berdua hanyalah seorang anak SMP yang belum lulus dan menginjak bangku kelas delapan.

“Eskrimnya enak banget Nda, siapa yang beli?” tanya Bintang kepada gadis yang tengah duduk disampingnya.

Gadis bernama lengkap Nanda Miranda tersebut tersenyum simpul. “Dibelikan sama teman aku, Bee. Kamu suka enggak?”

“Suka! Kalau kamu suka sama yang ngasih, ya?”

Nanda terlihat tersipu malu. “Nanti kapan-kapan aku kenalin sama teman aku, ya. Dia baik banget mau beliin aku eskrim banyak, katanya.”

“Oh ya?”

“Iya! Tapi punya hobi aneh, sukanya belajar terus!”

“Wah! Juara kelas dong?”

Nanda mengangguk sebagai jawaban. “Tapi ya gitu, banyak yang gak suka sama di, bahkan dulu dia mantan korban bully waktu SD dulu.”

“Karena?”

“Terlalu tampan, hahaha.”
Tawa Nanda menggema hingga eskrim digenggamannya meleleh membuat gadis tersebut kewalahan mengatisinya.
Sedangkan Bintang yang itu mencibir. “Nda mah bisa aja ih..”

“Hehehehe, soalnya emang tampan banget tau, Bee! Dijamin kamu suka pasti.”

“Enggak ah..”

“Ih kok gitu?”

“Iya! Soalnya kamu keliatan suka sama temen kamu itu, iya kan?”

Nanda sedikit terkejut karena tebakan Bintang tepat sasaran. “Bee tau banget sih! Terlalu terlihat, ya?”

Bintang mengangguk bersamaan dengan habisnya eskrim ditangannya. "Balik ke ruangan yuk?"

“Ayo!”

Mereka berdua berjalan bersisihan seperti seorang sahabat dekat. Nanda mengenal sosok Bintang sekitar seminggu yang lalu, saat itu sangat terlihat sekali jika Bintang putus asa. Nanda memberikan Bintang semangat hidup dan menghiburnya membuat Bintang kembali bersinar dan bersemangat tentunya.

Saat masuk kedalam ruangan, mereka berdua duduk ditempat tidur masing-masing yang telah disedikan. Bintang memegang kamera yang ia bawa dari rumah dan mengalungi kamera tersebut dengan senyum yang mengembang.

Sekitar setengah jam taka da yang menjenguk, Bintang berinisiatif kembali keluar ruangan sebelum masa checkup dimulai.

Sekitar masih ada waktu dua puluh menit, gadis itu turun dari tempat tidurnya dan berjalan kearah pintu berniat untuk pergi tetapi dipanggil oleh Nanda yang gadis itu pikir jika teman satu kamarnya itu sudah tertidur.

“Bee mau kemana?”

Langkahnya terhenti. “Mau nyari udara segar, Mama sama Papa belum datang bentar lagi aku mau checkup hehe..”

“Ahh gitu...”

“Kamu mau ikut lagi?”

Nanda mengangguk dan ikut turun tetapi getaran diponselnya membuat Nanda terhenti. “Sebentar ya, Bee.”

Bintang mengangguk dengan patuh dan menunggu Nanda tepat didepan pintu. Sedangkan yang ditunggu mengangkat telepon terlebih dahulu.

Sambungan terputus membuat Nanda menghela napas dan mencari keberadaan Bintang yang sedari tadi menunggunya. “Siapa Nda?” tanya Bintang penasaran.

“Ah Tanteku nanya gimana keadaanku, dan juga aku titip martabak buat nanti sambil nunggu kamu checkup, hehe. Jadi?”

Bintang mengangguk sebagai jawaban. Lalu mereka berdua berjalan bersisihan kembali menuju taman. Banyak sekali pasien yang dirawat didalam rumah sakit membuat mereka berdua menyapanya dengan hangat.

Sesampainya ditaman Bintang sibuk membidik gambar Nanda yang sedang memakan cokelat tersebut, nanda tertawa dengan timing yang pas Bintang membidiknya. Selain itu, bintang juga membidik bunga dan juga awan yang cerah.

Namun saat tengah membidik orang-orang lewat, fokusnya pada satu titik dimana ada seorang pria yang tengah duduk ditepi koridor seperti menunggu sesuatu. Tangannya yang dengan cepat membidik pria tersebut, senyumnya cerah saat melihat begitu sempurna pria yang duduk ditepi koridor tersebut.

Tak terasa lima belas menit sudah belalu. Bintang masih memperhatikan pria yang sedari tadi tak berpindah tempat dan sibuk dengan ponsel digenggamannya.

Pria tersebut sepertinya membawa sesuatu dibungkusan yang diletakkannya diatas kursi.

“Bee! Hayo kamu ngapain?”

Suara dari belakang membuat Bintang hamper saja menjerit.”Astaga! aku kaget banget loh, Nanda!”

Nanda terkekeh kecil seakan taka da beban sama sekali dihidupnya. “Abisnya kamu fokus banget, ngapain sih?”

Bintang menarik Nanda agar mendekat kepadanya dan memperliatkan pria yang beberapa detik lalu Bintang taksir. Saat melihat pria tersebut Nanda ingin berbicara namun terhenti saat Bintang berbicara terlebih dahulu. “Aku suka dia, Nda,” ungkap Bintang jujur.

Nanda mengedipkan matanya berkali-kali seakan tak percaya dan takjub dengan pengakuan Bintang, pasalnya gadis itu tak pernah menerima siapapun yang mencoba mendekatinya saat berada dirumah sakit ini. “Siapa?”

“Pria yang aku foto,” jawab Bintang seraya memberitahu hasil bidikannya yang sempurna.

Nanda mengangguk. “Kenapa?”

“Aku suka dia, ntahlah kayak punya magnet yang membuat aku tertarik sama dia,” jelas Bintang dengan helaan napas panjang lalu kembali bersuara, “jangan kasih tau Mama sama Papa ya tentang tadi, sekarang aku mau checkup dulu, kamu kekamar aja nanti aku nyusul,” ucap Bintang seraya meninggalkan Nanda yang tersenyum manis.

*
*
*
Hallo guys! Alhamdulillah ini bentar lagi cerita ini kelar, hahahha :'))
Mungkin aku bakalan kelarin sampai 30 chapter atau bahkan lebih sih, hwheh.
See u next chapter, ya!

With love, kim

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang