4. Menggoncang Isi Hati (2)

186 99 90
                                    

Armos yang baru saja menuruni anak tangga menuju ruang makan seketika terhenti saat mendengar Vivi berucap. “Abang nanti temenin Mama ke mall ya, lagi ada diskon banyak, nih!” tutur Vivi kepada anak sulungnya.

“Iya, Ma,” jawab Armos seraya menghampiri Vivi yang tengah duduk diruang keluarga seraya menonton serial acara television.

“Oh iya, nanti sekalian mau beli baju Papa ya, lusa Papa pulang.”

“Iya, Ma.”

“Kamu juga mau buku paket digramedia, ya. Kata temen Mama ada keluaran terbaru.”

“Iya, Ma.”

“Terus kok masih diam disitu aja, Abang?” tanya Vivi yang memperhatikan anak sulungnya. “Ayok Bang!” ajak Vivi yang sudah berada diambang pintu dan disusul oleh Armos mengekor dibelakang.

***

Mobil tersebut membelah jalanan dengan sedikit cepat karena tak mau ketinggalan diskon dimall hari ini. Seakan menjadi korban ibu-ibu sosialita, Armos harus menuruti Vivi yang menginginkannya untuk mengendarai mobil dengan cepat. Biasanya, pria itu menggunakan mobil dengan santai seraya mendengarkan channel youtube yang menayangkan pengulangan rumus-rumus matematika maupun fisika.

Beberapa menit kemudian, mereka berasa dimall tersebut yang sudah padat dengan banyaknya ibu-ibu bergerombol kesana kemari menghabiskan diskon promo akhir bulan hari ini. Alhasil Vivi ikut kalap dan membeli baju-baju diskon disana dan meminta Armos untuk membawa tas belanjaan tersebut.

Tanpa Armos sadari, Bintang juga berada disana karena sedang berburu diskon terlihat dari kantung belanjaan yang dibawa oleh Bintang tersebut. “Termos! Lo ngapain disini?” sapa Bintang dari arah samping kanan sekitar lima meter.

Suara itu masuk indera pendengaran Armos yang seketika menoleh dan mendapati seorang gadis dengan senyum mengembang diwajahnya. Sial, sepertinya hari-hari Armos penuh kesialan sehingga bertemu dengan gadis gila tersebut walau sudah tidak berada dilingkungan sekolah.

“Eh? Termos?” Vivi mengernyit bingung saat anaknya dipanggil dengan sebutan 'Termos' oleh gadis yang sekarang berada tepat didepannya.

Bintang menoleh kearah kanan Armos mendapati wanita paruh baya yang masih cantik. “Tante Vivi ya? Wah ternyata lebih cantik kalau ketemu langsung, ya.”

"Kamu siapa?" tanya Vivi keheranan, pasalnya darimana gadis itu tau namanya, begitupula dengan Armos yang juga tak kalah heran.

"Saya Bintang, Tante. Bisa dipanggil Bintang ataupun Bee."

"Temennya Armos, ya?"

Cengiran Bintang menampilkan matanya yang mulai menyipit dengan pipi yang menggembung chubby. “Iya Tante, tapi sekarang on the way jadi menantu idaman Tante, kok.”

Vivi spontan terbahak-bahak mendengar kalimat yang begitu frontal dari gadis didepannya ini. “Kamu polos ya, tadi siapa namanya?”

Bintang mengulurkan tangan kanannya dengan sopan tak lupa sedikit menunduk. “Panggil Bee atau mau panggil calon menantu enggak apa-apa kok, Tan,” canda Bintang yang membuat Vivi kembali terkekeh geli dan disusul dengan kekehan Bintang.

Sementara Armos masih saja diam tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Vivi tersenyum karena menggemaskan sekali melihat gadis didepannya ini. “Kapan-kapan main tempat Tante ya Bee!" ajak Vivi yang sepertinya sudah mulai klop dengan pembawaan ringan gadis yang tadi menyebutkan namanya.

Bintang tersenyum simpul dan sopan merasa seperti diberikkan lampu hijau dari calon mertua. "Oke Tante, nanti pasti Bee kesana kok," ada jeda sebelum akhirnya Bintang kembali melanjutkan, "soalnya kan pasti Tante jadi calon mertua Bee nanti, hehe..”

Vivi masih terkekeh geli mendengarnya. “Armos enggak pernah cerita loh punya teman selucu nak Bee ini.”

"Iya kah, Tante? Sayang banget kan kalau lucu kayak Bee gini enggak dipacarin.."

"Ah bisa aja kamu, Bee."

Bintang terkekeh pelan membuat Vivi menyikut tangan Armos. "Kapan-kapan diajak loh Bee kerumah, Mos. Nanti Mama bakalan bikin roti yang banyak deh buat menjamu."

“Iya, Ma,” jawab Armos singkat, sebenarnya tak ada diotak Armos untuk membawa Bintang kerumahnya karena pria tersebut sangat menghindari hal itu.

Vivi menoleh kearah Bintang. “Bee suka makan?”

Bintang sedikit terkejut ditanya seperti itu tetapi gadis itu harus tetap tenang. “Wah! Suka banget Tan, apalagi kalau yang…”

Sebelum Bintang melanjutkan kalimatnya, lebih dulu Armos menyangganya. “Dia mah suka makan Ma, liat aja pipinya mengembang dengan sangat brutal..”

Vivi tesenyum lebar menoleh kearah Armos dan Bintang secara bergantian. “Kalian udah saling kenal lama, ya?”
Armos berdecak merasa ada benarnya juga. Mengapa ia menjawab sedetail itu? Bintang menahan tawanya, semburat merah dipipinya muncul. Armos ini ternyata diam-diam memperhatikannya.

*
*
*
‼️‼️‼️‼️‼️‼️‼️‼️‼️‼️
#A/N
Im back, hohoho ^°^
Selama nulis ini aku kebayang sama versi lamanya, tapi tetep kekeuh bahwa ini bener-bener harus #newversion.
Baca cerita ini sampai selesai, ya! Mungkin aku akan buat 50 chapter kalau mood😀😊 See u next chapter, ya!

With love, kim

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang