5. 1001 Cara Meluluhkan Hati Manusia Es

207 92 77
                                    

Kelas XI Ipa 5, saat ini sedang ada tugas dari guru killer. Beliau memberikan tugas merangkum dari halaman satu hingga seratus lima. Bagaimana bisa dalam waktu dua jam memberi tugas sebanyak itu? Murid juga manusia kan, bukan robot? Itu membuat siswa dan siswi yang berada didalam kelas menghela napas panjang.

“Kerjakan tugasnya, setelah selesai jam pelajaran Ibu, kumpulkan di meja Ibu tepat waktu. Jika terlambat satu menit, kalian tahu kan apa konsekuensi nya? Paham?” perintah Diana, “baiklah kalau kalian semua sudah paham. Ibu mau ada rapat dulu, selesaikan tugasnya tepat waktu murid kesayangan Ibu,” lanjutnya seraya keluar kelas.

“Itu guru killer Mos?” tanya Bintang polos.

Armos hanya menganggukkan kepalanya malas, lagipula mau bagaimanapun Armos membenci cewek berisik dan banyak tanya seperti Bintang.

“Enggak usah dikerjain aja gimana? Kalau dihukum satu kelas juga, kan?” usul gila seorang Ardhea yang biasanya hobby mengerjakan tugas, kali ini merasa resah dengan tugas.

Irvan yang berada di pojok kelas menyahut. “Gue setuju, gimana yang lainnya?”

“Gue setuju!” sahut Bobi yang memiliki julukkan badboy karena sering sekali  keluar masuk ruang BK bersamaan dengan Gempa anak ips3.

“Gimana yang lain?” tanya Irvan kepada teman sekalasnya.

Senja sang ketua kelas mengusap hidungnya yang tak gatal lalu menoleh kebelakang, kearah Irvan. “Gue enggak ikutan ya, gue mau ngerjain aja,” jawab Senja sang ketua kelas sekaligus anak olimpiade di sekolah.

Irvan menghela napas panjang, mulai berfikir bagaimana caranya agar satu kelas tak ada yang mengerjakan tugas karena waktu sua jam untuk menyelesaikannya seratus lima lembar itu sangat  tidak mungkin. “Kalau engak kelar juga kan enak sih, kerjain dirumah. Lebih punya waktu banyak, iya kan?” tawar Irvan.

Sontak satu kelas mengangguk setuju. “Gimana kalo kita jamkos aja sekarang? Kan lebih seru!” celetuk Ardhea dan dibenarkan satu kelas, kecuali Senja dan juga Armos yang tetep kekeuh mencatat tanpa gangguan apapun.

Armos berhenti mencatat, berfikir sejenak menghela napas pasrah dan memasukkan buku kedalam loker karena merasa ada benarnya juga. Sedangkan Senja masih berfikir apakah harus menyia-nyiakan waktunya atau tetap mencatat hingga selesai.

Senja sangat terobsesi dengan belajar, karena mau bagaimanapun image Senja yaitu menjadi anak yang teladan dan pintar. Akhirnya setelah berdebat hebat dengan fikirannya, Senja mengangguk setuju dan satu kelas bersorak dengan gembira. Apalagi Bobi dan Irvan menyeringai bangga, tak hanya ia yang akan dihukum nanti melainkan satu kelas.

Hampir dua jam mereka menjalani jamkos dan tak mengerjakan tugas tersebut. Ada yang mendengarkan lagu, bergosip, tutorial makeup, menonton drama korea, berlari kesana kemari, bahkan ada juga yang tidur.

Melihat itu Bintang menoleh kearah Armos yang sibuk dengan ponselnya. “Mos kalau lo nikah sama gue nanti, gimana?”

Armos yang sedari tadi berkutik dengan ponselnya pun menoleh, tetapi tak menjawabnya.

Bintang tertunduk lesu, lagi-lagi ia diabaikan. Memang benar tak mencatat satu kelas, tetapi tetap saja Armos membuka youtube materi biologi. “Kita ini udah mau tujuh belas tahun, kita dekat dan persahabatan antara cewek cowok itu sebenarnya gak ada, kalo salah satu diantara mereka ada yang memendam rasa.”

Spasi. (dibaca spasi pakai titik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang