Di koridor sekolah Key berlari kecil menuju toilet. Key sudah tak tahan lagi. Namun tak sengaja Keyla menabrak seseorang yang membuatnya terjatuh ke lantai.
"Aww." Ringis Keyla sambil memegangi bokongnya.
"Makanya jalan pakai mata." Sinis Daren.
“Maaf, Kak”
“Jangan panggil gue dengan sebutan itu,” Ucap Daren sambil berjongkok. “Gue gak sudi punya adek pembunuhan kayak lo." Lanjutnya.
Mendadak dada Keyla terasa sesak mendengar ucapan Daren yang menyebutnya sebagai pembunuh. Citra yang mengikuti Key dari belakang menjadi geram dengan ucapan yang dilontarkan oleh Daren yang menurutnya tidak pantas untuk diucapkan dari seorang Kakak kepada adiknya.
"Jaga omongan lo." sahut Citra tak terima karena sahabatnya disebut pembunuh.
“Lo nggak tahu apa-apa. Lebih baik diam.” Hardik Daren menunjuk wajah Citra dengan jari telunjuknya.
“Dia adik lo sendiri!” sengit Citra.
“Bukan urusan lo.” Jawab Daren tepat di telinga Citra. Kemudian pergi meninggalkan mereka berdua di koridor. Citra mendengus kesal menatap kepergian Daren.
“Seharusnya lo melawan, Key. Jangan diam aja.” Kata Citra sambil membantu Keyla bangun.
“Gue memang pantas mendapat perlakuan begitu, Ci." jawab Key berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Citra yang merupakan sahabat Keyla sejak SMP benar-benar tidak pernah berpikir bahwa hidup Keyla akan berubah begitu drastis. Membayangkan bagaimana Keyla menjalani hidupnya saat ini membuat Citra meringis sendiri. Meski begitu, Citra sendiri tidak bias melakukan apapun untuk Keyla.
Keyla kini sudah di dalam toilet saat dirinya sedang bercermin untuk merapikan bajunya terdengar suara pintu dikunci, saat ia berbalik ternyata di sana sudah ada Kayla. Kay maju selangkah mendekati Key, kini jarak antara mereka hanya 30 cm. Tepat di depan Key, dia melayangkan tangannya sehingga terkena pipi Key dan meninggalkan warna merah di pipinya.
“Lo sengaja kan, buat sarapan biar Mama sama Papa seneng sama lo?" tuduh Kay.
“Gue gak ada niat buat bikin Mama sama papa seneng sama gue, bahkan pemikiran sampe sana aja nggak ada." ujar Key sambil memegang pipinya.
Kay yang sudah muak dengan Key kini mendorong tubuh Key hingga terjatuh ke lantai. ‘ Kayla mengambil ember yang berisikan air dan mengguyurnya kepada Keyla.
Key yang kaget akan apa yang dilakukan Kay terhadapnya segera berusaha untuk berdiri. Namun Kayla menahannya dan membuat Keyla kembali terduduk.
“Apa yang mau lo lakuin ke gue, Kay?" Tanya Keyla sambil menahan sakit.
“Gue mau ngasih pelajaran ke lo." jawab Kay sambil tersenyum miring.
“Kay, lo kenapa sejahat ini sama gue?"
“Karena gue gak suka sama lo." jawab Kay sambil berjongkok di hadapan Key.
“Apa yang lo gak suka dari gue? " lirih Key yang sudah kedinginan.
“Gue gak suka karena lo dekat-dekat sama Vano."
Key yang tiba -tiba merasakan sakit yang menyerang kepalanya hanya bisa terdiam. Diamnya Key membuat Kay merasa puas. Setelah puas ia pergi meninggalkan Key sendiri dengan keadaan yang begitu mengenaskan. Baju yang basah kuyup dan pipinya. Kini Key tinggal sendirian di dalam kamar mandi. Key masih duduk di lantai yang basah sambil memegangi kepalanya, darah menetes dari hidungnya mengenai rok abu-abu yang ia pakai.
Key yang melihat darah tersebut langsung meraba hidungnya. Penglihatannya mendadak rabun saat melihat darah yang ada di tangannya yang membuat kepalanya semakin berdenyut. Mengabaikan di mana dirinya berada sekarang, Keyla tidak lagi bias menahan sakit di kepalanya yang terasa seperti habis dibenturkan ke tembok, penglihatannya menggelap tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyla [ Completed ]
Literatura Faktu[ SUDAH TERBIT ] "Mengapa memberi kehidupan jika tak menginginkan? Apakah seburuk itu hingga takdir tak berpihak kepadaku? Hidup dalam keramaian namun terasa sendiri." --Keyla Queenra Dara Wilson Ya, itulah yang Keyla rasakan selama ini. Hidup yang...