Dua minggu telah berlalu.
Selama libur ini Key menghabiskan waktunya dengan bekerja. Penyakit yang diderita Key mulai sering kambuh. Namun hal itu tak membuat Key putus asa. Ia selalu tepat waktu meminum obat dan sudah menjalani dua kali kemoterapi selama dua minggu ini. Vano yang begitu sibuk dengan urusan kantor, jarang sekali berjumpa dengan Keyla.
Iqbal kini semakin hari semakin dekat dengan Key. Dia mulai menyadari bahwa dia menyukai Keyla. lain dengan Key. Dia tidak merasakan hal yang sama, karena cintanya masih sepenuhnya milik Vano.
Citra dan Celvin lebih sering menghabiskan waktu bersama, sesekali mereka datang ke tempat kerja Keyla dan makan bersama Key dan Iqbal.
Daren, Kakak Keyla sudah berangkat ke Canada untuk melanjutkan pendidikannya di sana. Serta orang tua Key juga ikut ke Canada, sekalian untuk mengurus bisnis di sana.
Kini Kayla sendiri di rumah, dia sering mengajak Cindy dan Tara untuk menginap di rumahnya sekalian hangout bareng.
Kayla, dari hari dimana dia sedang menyusun rencana untuk Key belum sama sekali, menjalankan misinya.
Selama ini dia hanya memantau segala gerak-gerik Key. Kayla masih memikirkan waktu yang pas untuk menjebak Key.
Hari ini hari terakhir libur sekolah. murid Internasional Perfect School esok akan kembali ke sekolah seperti biasanya. Key yang sedang berkutik dengan lap dan piring-piring di hadapannya sedang fokus mengeringkan piring yang basah, sesekali Key bersenandung ria.
Kayla dan kawan-kawan sengaja datang ke cafe di mana Key bekerja untuk membuat Key malu. Kayla duduk di kursi paling tengah, dia memanggil pelayan dan memesan sesuatu.
Lima menit kemudian makanan yang dipesan Kay datang. Makanan itu di bawa oleh Keyla. Kayla yang melihat itu tersenyum licik.
Kayla sengaja menyandung kaki Key. Key tersungkur di lantai dengan darah bercucuran di tangannya karena terkena pecahan gelas dan piring itu semua akibat ulah Kayla. Semua pengunjung yang di sana langsung melihat kesumber suara.
"Ups!" Kay pura-pura tak sengaja. Keyla meringis kesakitan karena darah terus mengalir.
"Ada apa ini?" Tanya Rama yang entah datangnya dari mana.
" Pelayannya gak becus." ucap Cindy sambil menunjuk Keyla.
Key hanya diam saja, dia tak ingin angkat bicara karena dia tahu maksud Kayla melakukan ini pasti Kayla membuatnya malu. Sebab itu Keyla lebih baik diam saja agar Kayla tak terus terusan memojoknya. Namun lain dengan Kay bukannya merasa bersalah malah tersenyum bangga, menurutnya rencananya berhasil.
Rama langsung berjongkok ke arah Key, tidak menghiraukan tatapan dari para tamu kepadanya.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Rama sambil membantu Key berdiri.
"Enggak, Om." Balas Key. Bohong jika Key bilang ini tidak sakit.
"Kalau begitu, Om panggil Iqbal dulu," ucap Rama sambil menelepon Iqbal.
Suara sambungan terputus sepihak, yang diputuskan oleh Rama.
Beberapa menit kemudian Iqbal datang dengan tergesa-gesa.
"Om, Key-nya mana?" Tanya Iqbal sambil melihat sekeliling.
"Udah dibawa ke ruangan Om." sahut Rama.
Suasana di sana sudah kembali seperti semula, jadi Iqbal tidak tahu apa penyebabnya Key terluka, di sana juga sudah tidak ada lagi Kayla dan teman-temannya. Setelah kejadian beberapa menit yang lalu, mereka langsung pergi meninggalkan cafe karena tidak mau di interogasi oleh bosnya Key.
Iqbal berlari kecil menuju ruangan Omnya, di sana Iqbal melihat Key yang sedang mengobati luka di tangannya dengan susah payah.
"Sini, gue bantuin." ucap Iqbal sambil mengambil perban yang di tangan Keyla.
"Gak usah, gue bisa sendiri." tolak Key karena ia tidak mau merepotkan Iqbal terus-menerus.
"Udah deh, gak usah bandel," Key menyerahkannya dengan terpaksa.
"Lo kenapa bisa luka, sih?" Tanya Iqbal sambil mengobati luka Key.
"Aw pelan-pelan kenapa!" Ucap Key karena lukanya terasa perih.
"Eh, sorry-sorry." Iqbal meniup-niup tangan Key.
Setelah luka di obati Keyla pamit bekerja lagi, namun tangannya di cegah oleh Iqbal.
"Key jaga diri lo. Karena gue nggak selalu ada buat lo." pesan Iqbal dengan nada yang serius.
Keyla membalas dengan senyuman manisnya. "Thanks."
Saat Key ingin membuka pintu, suara dering handphone berbunyi di saku celananya. Kevano.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Key, hari ini kamu sibuk nggak?" Tanya Vano di seberang sana.
"Enggak, kok."
"Jalan, yuk, Key?"
"Kemana?"
"Terserah deh, entar aku jemput kamu di cafe ya?"
"Oke, Van."
Panggilan berakhir, Key tersenyum sendiri. Dia sangat merindukan Vano. Sudah dua minggu dia tidak bertemu dengan Vano.
"Dari siapa, Key?" Tanya Iqbal yang penasaran.
“Dari Vano." jawab Key.
"Pacar lo?" Tanya Iqbal pelan. Keyla mengangguk. Iqbal tersenyum kecut. Pupus sudah harapannya, mungkin saat ini ia harus mundur, karena Key sudah milik orang lain.
"Bal, gue balik lagi, ya?" pamit Key lalu pergi meninggalkan Iqbal sendiri. Iqbal duduk dengan lemas, karena mengetahui Key telah memiliki kekasih.
"Apa gue harus mundur?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Tapi gue sayang, dengan dia."
“Tidak. Key sudah punya yang lain, lo gak boleh ngerusak hubungan mereka, lo liat sendiri, kan, Key seneng banget waktu pacarnya ngajak dia jalan? Apa lo tega liat dia sedih karena putus dari pacarnya?" monolog Iqbal.
Setelah Iqbal mantap dengan perasaannya kini ia akan berusaha menganggap Key sebagai adiknya sendiri. Bukan sebagai sosok wanita yang ia kagumi atau ia cintai, walaupun berat tapi itu harus ia lakukan demi Keyla.
Cinta tidak harus memiliki, arti cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang ikhlas merelakan pasangannya bahagia dengan yang lain bukan memaksakan kehendaknya pada orang lain!
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyla [ Completed ]
No Ficción[ SUDAH TERBIT ] "Mengapa memberi kehidupan jika tak menginginkan? Apakah seburuk itu hingga takdir tak berpihak kepadaku? Hidup dalam keramaian namun terasa sendiri." --Keyla Queenra Dara Wilson Ya, itulah yang Keyla rasakan selama ini. Hidup yang...