Di sekolah motor yang di kendarai oleh Iqbal dan Key kini telah berhenti di depan gerbang bernuansa megah milik Internasional Perfect School. Semua pasang mata menatap, penasaran, kagum, iri kepada dua pasangan itu. Telinga Key panas mendengar cemoohan dan pujian orang-orang yang kini berada di sekelilingnya sambil menatap ke arahnya dan Iqbal.
Iqbal yang merasa risih seperti Key langsung berpamitan untuk kembali ke sekolah nya. Key berjalan menyusuri koridor sendiri karena di sekolah ini teman Key cuma satu yaitu Citra. Selebihnya tidak ada. Tidak tahu mengapa siswa-siswi enggan berteman dengan Key, mungkin mereka tak tahan dengan sikap cuek dan frontal Key.
Di kelas keadaannya cukup ramai, banyak siswa-siswi yang melakukan kegiatan unfaedahnya masing-masing, ada yang bernyanyi, ngerumpi, main game online, main bekel, mukul-mukul meja, makeup, dan ada juga yang lompat-lompat kek kodok. Menurut Key, apa pantas kelas ini di jadikan kelas paling favorit jika isinya macam kubu talang seperti ini? Key yang sedang melamun akhirnya tersadar akibat gebrakan meja dari Citra.
Brakkk!
“Sialan lo!" Teriak Keyla kaget.
“Pagi-pagi sudah melamun, mikirin apaan lo?" tanya Citra yang heran melihat Key melamun.
"Gak ada,"
Bel istirahat berbunyi. Semua murid IPS (INTERNASIONAL PERFECT SCHOOL) langsung berhamburan menuju kantin, perpustakaan, ruang musik, lapangan, serta taman. Lain hal dengan Key dan Citra yang masih didalam kelas.
"Key makan, yuk!" ajak Citra sambil berdiri.
"Malas,"
"Ayolah, gue lapar banget ini," rengek Citra kepada Key
"Jalan sendiri," balas Key sewot.
"Ya sudah.” Citra melenggang pergi dari kelas menuju kantin. Di kelas tersisa Keyla sendiri, ia masih sibuk memainkan game online kesukaannya.
Saat sedang asyik-asyiknya, ada sekantong plastik berisi makanan yang di taruh di hadapannya. "Buat apa sih, Ci?" tanya Keyla, namun tak sema sekali menengok ke arah siapa yang telah memberi makanan terhadapnya.
"Buat lo," Keyla yang kaget langsung mendongakkan kepalanya, dan melihat sosok Vano yang kini telah duduk di hadapannya.
"Gak usah sok baik," balas Keyla datar.
"Gue seriusan, gue tahu lo belum makan,"
"Lo bukan cenayang, yang tahu segalanya tentang gue!"
"Udah, makan!" Perintah Vano.
"Nggak,"
"Makan!"
"Nggak!" Kesabaran Vano habis akhirnya ia membuka makanan itu lalu menyuapkan ke mulut Key. Key yang terkejut langsung membulatkan matanya.
"Lo apaan, sih?" Omel Key yang tak jelas karena mulutnya penuh dengan roti yang di suapkan Vano. Vano yang mendengar Omelan Key bukannya takut malah tertawa terbahak-bahak.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, Key langsung berkemas ia sangat buru-buru. "Lo kenapa, Key? Kok kayaknya buru-buru amat?" tanya Vano. Namun tak di gubris oleh Keyla ia masih sibuk membereskan buku-bukunya ke dalam tas.
"Kayak dikejar setan," heran Citra sambil menatap Key bingung. Key masih saja tak menggubris, selesai berkemas ia langsung keluar kelas dengan langkah terburu-buru.
"Dia kenapa sih, Ci?" tanya Vano pada Citra. Karena hanya sisa mereka berdua saja di kelas.
"Mana gue tahu." Jawab Citra mengedikkan bahunya.
Di lain tempat Key sedang mencari-cari koran, bukan untuk mulung tetapi ia sedang mencari lowongan pekerjaan. Sebab sudah beberapa bulan ini ia tak mendapat uang dari orang tuanya, semenjak ayahnya sangat marah dengan Keyla, Deri sengaja menyetop uang untuk Key. agar Keyla tau diri, hal itu menurut nya sebagai hukuman akibat telah membuat Deri dan keluarga mereka merasa malu. Key sibuk membaca koran dengan teliti dan cepat. Dia berharap segera mendapatkan pekerjaan. Saat Key sedang sibuk suara klakson motor mengagetkan Keyla Dari aktivitasnya.
"Lo ngapain?" Tanya Iqbal. Key hanya menatap Iqbal sekilas lalu kembali dengan aktivitasnya membaca serta membolak-balik koran. Iqbal mulai menggerutu tak jelas karena diacuhkan oleh Keyla. Keyla tetap asyik mencari-cari informasi mengenai pekerjaan. Sudah beberapa menit berlalu, Key masih sibuk mencari lowongan pekerjaan itu, namun tak kunjung ketemu. Sedangkan Iqbal masih menatap Key bingung sedari tadi yang hanya menggerutu di hadapan koran-koran yang ia baca, entah apa yang Keyla cari di koran itu Iqbal tak tahu sama sekali.
Tiba-tiba Keyla meremas koran yang dipegangnya dengan kesal. “Apa sih, yang lo cari?” Tanya Iqbal.
"Kerjaan," balas Key singkat.
"Hah?" Iqbal gak begitu mendengar ucapan Key.
"Lowongan pekerjaan!” ulang Key dengan kesal. Iqbal hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda paham. Lalu ia menarik tangan Key menuju motor miliknya.
"Naik!" Perintah Iqbal pada Key.
"Ngapain?"
"Udah naik aja,"
"Lo mau bawa gue kemana?" Tanya Keyla yang bingung akan maksud Iqbal.
Namun tak urung ia masih menuruti ucapan Iqbal, akhirnya ia naik, keatas motor lalu, dirasa Key sudah naik Iqbal langsung menjalankan motornya kembali dengan kecepatan rata-rata. Kini Key dan Iqbal telah sampai di tempat tujuan, mereka berhenti di sebuah cafe mewah. Key mengerutkan keningnya.
"Ngapain lo bawa gue kesini?" tanya Key. Iqbal masih diam ia turun lalu melepaskan helm yang ia pakai.
“Katanya nyari pekerjaan?”
Key dan Iqbal masuk ke cafe dengan Iqbal di depannya. Banyak pasang mata yang menatap mereka kagum dan ada juga yang iri. Keyla risih dengan tatapan orang di sekitar, ia langsung mempercepat langkahnya menyeimbangkan Iqbal. Mereka berjalan beriringan hingga sampai di ruangan pemilik cafe. Iqbal mengetuk pintu.
"Iya, masuk." sahutan seseorang dari dalam ruangan. Iqbal memutar knop pintu lalu masuk, yang diikuti Keyla dari belakangnya.
"Assalamu’alaikum, Om," salam Iqbal saat masuk keruangan Omnya.
"Wa’alaikumsalam, Iqbal." sahut Omnya Iqbal.
"Oh ya, Om, kenalin teman Iqbal," ucap Iqbal sambil mengenalkan Keyla.
"Keyla, Om." sapa Keyla ramah.
"Jadi, kenapa Iqbal?" Tanyanya pada Iqbal.
"Jadi gini, Om. Teman Iqbal lagi butuh pekerjaan apa ada lowongan buat Keyla?" Tanya Iqbal kepada Omnya itu. Key yang mengerti hanya tersenyum kikuk.
”Oh, tentu. Om memang sedang mencari pegawai baru."
"Syukurlah. Jadi Keyla bisa kerja di sini, Om?" Tanya Iqbal lagi sambil tersenyum lebar.
"Tentu, bahkan bisa mulai hari ini," jawabnya.
"Terimakasih banyak, Om." sahut Keyla karena sangat senang akhirnya ia mendapatkan pekerjaan.
"Oke. Jadi kamu bisa kerja sekarang?"
"Bisa, Om." Ucap Key sambil tersenyum sangat manis.
"Iqbal," panggil Key saat mereka sedang berjalan menuju dapur cafe.
"Iya, kenapa?" Balas Iqbal ramah.
”Terimakasih sudah bantu gue." ucap Key tulus.
"Eh santai aja lagi, nggak perlu segitunya," balas Iqbal sambil mengacak puncak rambut Key. Key hanya memanyunkan bibir nya. Iqbal sangat gemas melihat tingkah laku Key yang menurutnya sangat lucu ini, ingin rasanya ia mencubit-cubit pipi chubby Keyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyla [ Completed ]
No Ficción[ SUDAH TERBIT ] "Mengapa memberi kehidupan jika tak menginginkan? Apakah seburuk itu hingga takdir tak berpihak kepadaku? Hidup dalam keramaian namun terasa sendiri." --Keyla Queenra Dara Wilson Ya, itulah yang Keyla rasakan selama ini. Hidup yang...