🍂 part -11 🍂 tinggal kenangan

30.4K 1.1K 10
                                    

Keyla sudah kembali ke kediaman Wilson, sedangkan mobil Vano telah melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah Key. Key masuk kedalam rumah dengan langkah gontai, entah mengapa setiap ia melangkah ke dalam rumah, ia merasa bagaikan neraka dunia. Rumah yang dulu ia bangga-banggakan, rumah yang selalu menjadi tempat ternyaman, sebagai media berkumpul keluarganya kini telah berbeda, sekarang keadaan rumah itu kebalikan dari biasanya.
Banyak kenangan masa lalu yang selalu terngiang-ngiang di benak Key ketika melangkahkan kakinya kedalam rumah, kenangan yang indah, kini hanya bisa ia kenang tanpa dapat mengulang kembali. Key berjalan menaiki tangga, baru dua anak tangga yang ia naiki, instruksi suara tiba-tiba memberhentikan langkahnya.
"Non, udah pulang?" Tanya Art keluarga Wilson seraya berjalan menghampiri Keyla.
"Iya, Bi,"
"Non bibi siapin makanan, ya?" tawar pembantu itu dan hanya mendapatkan anggukan kecil dari Key, untuk saat ini moodnya tidak bagus entah kenapa, ia pula merasa sakit di setiap tubuhnya bagai remuk di setiap tulang-tulangnya. Ia berpikir mungkin ini efek dari penyakitnya.
"Bi, yang lain pada kemana?" kini Key mengedarkan pandangannya mengitari setiap sudut rumah untuk melihat keberadaan penghuni rumah.
"Belum pada balik, Non." jawab bibi seadanya.
Key hanya menganggukkan kembali kepalanya dan melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur queensizenya, kini rasa sakit tak kuasa ia tampung. Key terus menerus menjambak rambutnya dan memukul dadanya, saat ini rasa sakit itu berlipat ganda, sesak yang ia rasakan. Key menangis dalam diam, hanya seperti terdengar isakan kecil saja yang keluar dari bibir mungil nan ranum miliknya. Kini Key mulai tak sadarkan diri, ia pingsan dengan keadaan yang cukup berantakan.
**
Di lantai satu kini telah berkumpul keluarga Wilson mereka telah kembali sejak 1 jam yang lalu. Mereka sedang menghabiskan waktu bersama dengan cara bercanda atau hal lainnya. Mereka tak memikirkan keberadaan putri bungsunya tersebut, tak terlintas pemikiran kedua orangtuanya mengenai Key, seolah mereka hanya memiliki dua anak saja Kay dan Daren.
Pukul 23:45
Key baru tersadar dari pingsannya, ia masih merasakan pusing di kepala dan nyeri di sekujur tubuhnya, Key merogoh laci miliknya untuk mencari obat penahan sakit yang dokter Riki berikan, setidaknya hanya itu lah penyambung nyawa Key. Tapi Key selalu berusaha untuk tidak bergantungan terhadap obat-obatan itu. Melihat begitu banyak obat yang harus ia konsumsi setiap harinya justru malah memperlemah keadaan Key, tak ada semangat hidup di dirinya.
**
Key berjalan menuruni anak tangga sambil memegangi dada dan kepalanya lebih tepatnya mencekram dan menjambak rambut kepalanya.
Prangg!!
Terdengar suara nyaring akibat benturan ubin dan gelas kaca yang mengakibatkan bising serta telah mengusik ketenangan penghuni rumah yang sedang beristirahat. Mama, Papa, Kay dan Daren kini telah berkumpul di dapur memastikan apa yang telah terjadi. Kini mata mereka menatap tajam kearah Key.
"Kamu ini ya cari ribut terus. Mau kamu itu apa? Gak bisa apa tenang sedikit? " teriak Dara sambil menjambak rambutnya Key.
Key meringis kesakitan, Deri dan Daren hanya diam saja menyaksikan itu, berbeda dengan Kay justru dia senang tak terkira melihat Key menderita, entah terbuat dari apa hati Kay yang tega melihat kembarannya disakiti.
"Ampun, Ma." Key meringis, tak kuasa ia menahan sakit di kepalanya, di tambah lagi jambakan keras dari sang Mama.
"Apa kamu bilang? Ampun? GAK ADA AMPUN BUAT ANAK PEMBAWA SIAL SEPERTI KAMU!" Dara kembali berteriak di telinga Key sambil menghempas kasar kepala Key.
"Cukup saya sudah muak dengan semua ini. Untuk kamu Key mulai detik ini saya tidak akan pernah memberi uang sepeser pun untuk kamu. Kamu camkan itu!" tegas Deri sembari berjalan kembali kekamar dan di ikuti Dara dari belakang.
Daren hanya diam saja, ia lebih memilih berlalu untuk kembali ke kamarnya. Kay menghampiri Key ia berjongkok di hadapan adik sekaligus kembarannya itu.
"Mampus!" Ejek Kay.
Key hanya membuang tatapannya. Sungguh ia berbeda dengan di sekolah, ia lemah jika sudah di rumah berbeda dengan dia disekolah yang tangguh, kuat dan tak ada satu orang pun yang bisa mencegah perbuatannya.
"Inget ya, ini belum seberapa, gue bakal pastikan lo lebih tersiksa lagi dari ini." ancam Kay dan berlalu pergi.
Key hanya bisa menangis, ia benci keadaannya yang seperti ini, ia selalu merasa lemah, ia merasa rapuh tidak ada orang yang sayang kepadanya.
"Ya Allah, kenapa hidup Key seburuk ini?" Key menjambak kasar rambutnya sendiri.
“Key benci ini ya Allah, ambil nyawa Key sekarang hikshiks... Keyngga kuat. Key pengen mati aja!" tangis Key mulai pecah ia memukul-mukul dadanya.
    Sungguh sangat menyedihkan nasibnya kali ini, Key kembali pingsan dengan posisi di dapur sambil meringkuk di lantai, penampilan yang sudah mirip seperti gelandangan sudah cukup sangat membuat ia tak karuan.
**
Pukul 05:00
Pembantu rumah Key telah bangun dan berniat untuk menyiapkan sarapan, namun ia terkejut mendapati anak majikannya yang tidur di dapur, ia panik dan mencoba membangunkan Keyla.
"Non, bangun. Non Key kenapa tidur di dapur?" ucap pembantu itu sambil mengguncang tubuh Key. Key merasa nyeri di sekujur tubuhnya ia terusik dengan suara pembantunya itu, akhirnya ia dapat mengumpulkan nyawanya dan bangun.
"Iya, Bi." singkatnya sembari melangkah menuju kamar.
Di kamar Key masih sempoyongan namun itu tak menghalangi jalannya, ia tetap berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan wudhu. Selesai mandi, Key sholat subuh, selesai sholat ia bersiap memakai seragam sekolahnya walaupun tidak benar cara pemakaiannya. Sebab ia tidak memakai atribut lengkap, baju di keluarkan separuh, rambut di Cepol asal, lengan baju di gulung, tak memakai dasi, sepatu Nike putih, kaos kaki pendek semata kaki, kancing baju atas yang sengaja terbuka menampilkan leher jenjang nan putih mulus miliknya, serta bertengger liontin berbentuk permata yang amat cantik di leher putihnya itu. Kalung itu di berikan oleh Kakak tersayangnya yaitu Deren, hanya itu kenang-kenangan yang ia punya dari Deren. Ia hannya menggunakan bedak bayi tipis dan sedikit liptint miliknya agar tidak begitu pucat. Dirasa sudah cukup ia mengambil tas ranselnya dan berjalan menuruni tangga.





Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang