🍂 part- 29 🍂 cafe

24.3K 828 2
                                    

Kini Key sedang menunggu Vano di depan cafe. Jam kerja Key telah selesai lebih awal, sehingga dia diperbolehkan untuk pulang. Di dalam cafe Iqbal sedang mengintip, karena ia penasaran dengan siapa pacar Key. Tak lama kemudian mobil sport berwarna silver terparkir di depan cafe, semua pasang mata menatap kagum kearah mobil.
Pintu mobil terbuka dan muncul sosok pria tampan dengan baju kaos putih polos dan celana jeans hitam panjang. Pria tersebut menghampiri Key.
"Assalamu'alaikum, Sayang. Sudah lama tunggunya?" Tanya Vano sambil tersenyum ke arah Key. Pengunjung yang datang langsung histeris saat melihat senyuman Vano.
"Ah! Manis banget." Teriak para kaum hawa.
"Alay," cibir Key.
“Jangan gitu, dong. Kan, aku memang manis. Wajar mereka pada histeris lihat aku." PD Vano sambil menyisir rambutnya menggunakan tangan. Key berdecih. Vano yang gemas langsung memeluk Key.
Key yang geli akan hembusan nafas Vano menggeliat, dia semakin memperdalam wajahnya di dada bidang milik Vano, aroma mint tubuh Vano membuat Key nyaman, lalu membalas pelukan Vano. Sudah lama dia tidak dipeluk hangat seperti ini oleh kekasihnya.
Hal yang dilakukan Vano membuat kaum hawa yang setia memperhatikan mereka mendengus kecewa karena mengetahui Vano sudah ada pacar, namun ada juga yang teriak tak jelas karena baperan.
Di lain tempat Iqbal membelalakkan matanya karena kaget melihat Vano. Ternyata kekasih Key adalah adik sepupunya. Iqbal masih tidak percaya, dia langsung keluar cafe menghampiri Vano dan Keyla.
"Vano," panggil Iqbal memastikan.
Vano yang merasa namanya terpanggil langsung menengok ke sumber suara, begitupun Key, dia langsung melepas pelukannya.
"Bang Iqbal," ucap Vano
"Lo bener Vano?" Tanya Iqbal masih tidak percaya.
"Iya, Bang. Ini gue," ucap Vano sambil   berjalan mendekati Iqbal untuk memeluk Iqbal.
"Apa kabar bang?" tanya Vano sambil melepaskan pelukannya.
"Baik. Lo bagaimana?" Tanya Iqbal balik.
"Baik dong, pastinya." balas Iqbal dengan senang.
Key yang merasa bodoh melihat keakraban Iqbal dengan Vano hanya diam saja. Dia masih belum dapat mencerna maksudnya ini apa.
"Kalian kenal?" Tanya Key akhirnya karena begitu penasaran.
"Iya, Key, ini Abang sepupu aku." ucap Vano memperkenalkan Iqbal pada Key.
"Iya, Key. Papa gue Kakak Papanya Vano." jelas Iqbal.
"Kalian udah saling kenal?" Tanya Vano pada Iqbal dan Key. Key dan Iqbal langsung mengangguk bersamaan.
"Dia yang sudah tolongin aku, Van. Dia juga yang kaasih lowongan kerja ke aku." jelas Key. Iqbal hanya tersenyum  sedang  Vano mengangguk paham.
"Ini café lo, Bang?" Tanya Vano sambil menunjuk cafe yang di depan mereka.
"Cafe Om Rama." jawab Iqbal. Tak lama, orang yang dimaksud muncul di hadapan mereka dengan tampang khas-nya yang kebapakan namun penuh wibawa. Om Rama tersenyum ramah. Menyadari keberadaan Vano yang memerhatikannya, Om Rama langsung menghampiri dan merangkulnya.
“Wah, sudah besar kamu rupanya, Vano.” Kata Om Rama mengacak rambutnya. Vano yang merasa risih berusaha melepaskan diri.
“Gimana kabar Kevin? Masih di London?” Om Rama bertanya sambil melepaskan rangkulannya dari Vano. Vano kembali menyisir rambutnya dengan tangan dan menatap Om Rama dengan mata menyipit.
“Baik, Om. Ayah baru aja balik ke London. Bukannya Om Rama ada di Korea? Ini café milik Om Rama?” Vano balik bertanya.
“Iya, dong.” Om Rama tertawa kecil. “Lah, kamu kesini mau ngapain?”
"Mau ngajak pacar aku jalan-jalan," jawab Vano sambil menarik pelan tangan Key agar berdiri di sampingnya.
"Oh. Jadi Keyla ini pacar kamu?" Tanya Rama sambil tersenyum menggoda. Key yang mendengar ucapan Om Rama langsung merona. Vano ikut tersenyum.
Om Rama tertawa penuh arti sambil mengalihkan tatapannya ke arah Iqbal. “Berarti gagal dong, ya, Iqbal deketin Keyla.” Ungkap Om Rama menyengir. Iqbal menoleh ke arah Om Rama dan menatapnya dengan tatapan amarah.
Vano yang mendengar pernyataan dari Om Rama langsung menaikkan sebelah alisnya. “Lo mau deketin Keyla?” tanyanya hati-hati. Iqbal tertawa. Beberapa detik kemudian Vano tertawa diikuti oleh Om Rama.
"Om, Bang. Vano mau jalan dulu ya, sama Keyla." Pamit Vano. Menyelesaikan tawa mereka. Om Rama mengangguk. Iqbal tersenyum.
"Jangan khilaf, Van." Peringatan dari Om Rama membuat mereka terkekeh. Lalu Vano dan Keyla  berjalan memasuki mobil untuk meninggalkan cafe.


Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang