🍂 part -26 🍂 jalan-jalan

25.7K 880 6
                                    

Kini Keyla dan Vano sedang berjalan-jalan di mall. Mereka berjalan bergandengan tangan yang berhasil mengundang tatapan dari para pengunjung yang berlalu lalang di hadapan mereka.
“Gila! Keren banget yang cowok.”
“Yang cewek juga cantik banget gila.”
“Cocok ya, mereka. Cantik and ganteng.”
“Couple goals itu, mah.”
Ya seperti itulah penilaian para pengunjung terhadap Keyla dan Vano. Mereka menanggapi dengan senyum tipis saja, karena tak mau ambil pusing. Vano yang masih setia menggandeng tangan Key, membuat Keyla tambah deg-degan, karena baru ini dia bergandengan tangan dengan lawan jenis.
"Keyla, kita makan dulu aja, ya?" ajak Vano pada Key saat mereka melewati restoran mewah itu.
"Iya." balas Key sambil mengangguk pelan.
Vano dan Keyla berjalan menuju meja kosong yang berada agak di pojokkan, dan mereka duduk saling berhadapan.
"Vano, kamu mau pesan apa?" Tanya Key.
"Em, aku es cappucino sama steak  aja." balas Vano.
"Ya udah bentar, aku panggil Mbaknya dulu," ucap Key sambil mengangkat tangannya ke arah pelayan. Pelayan tersebut langsung menghampiri pasangan itu.
"Iya, Mbak, Masnya, mau pesan apa?" Tanya pelayan itu sambil menatap genit ke arah Vano.
Key yang melihat itu mendengus kesal, sedangkan Vano berbeda, ia sedang menahan tawa saat melihat ekspresi cemburu Key. ide cemerlang timbul di benak Vano, lalu ia tersenyum genit pula membalas pelayan itu. Key yang melihat kelakuan Vano makin jengkel di buatnya.
"Ehem." Key berdehem dengan sengaja.
Pelayan itu langsung menghadap kembali kearah Key.
"Iya Mbak, jadi pesan apa?"
"Es cappucino, steak, jus strawberry sama burger." ketus Key pada pelayan itu. Pelayan itu mengangguk tanda paham.
“Baik, saya ulangi. Es cappucino 1, steak, jus strawberry 1 sama burger," ulang sang pelayan dan hanya di balas anggukan oleh Keyla dan Vano.
“Yaudah kala begitu tunggu 15 menit, ya." ucap sang pelayan sambil berjalan meninggalkan meja Keyla dan Vano.
Key melipat kedua tangannya di depan dada, pandangannya kini tak tertuju pada Vano, dia sengaja membuang muka agar Vano mengerti bahwa ia tak suka melihat kelakuan Vano dengan mbak tadi.
"Udah dong, jangan ngambek," ucap Vano sambil memegang tangan Key. Namun Key menghempaskan dengan kasar.
“Gak usah pegang-pegang!" ketus Key
"Kamu cemburu?" Tanya Vano menggoda.
Keyla berdehem, “enggak.”
"Yang bener?" Vano mencolek dagu Key.
"Ya."
“Ya sudah aku susul Mbaknya aja, deh." ujar Vano sambil berpura-pura ingin berdiri, Keyla langsung menatap Vano dengan tajam, rasa kesalnya kini semakin bertambah.
"Haha, canda atuh sayang, lihatnya jangan gitu dong," tawa Vano pecah saat melihat ekspresi wajah Keyla. Keyla mendengus kasar.
15 menit kemudian pesanan yang mereka pesan kini sudah datang, dan di antar oleh pelayan yang berbeda, namun tetap saja genit terhadap Vano. Tidak seperti yang tadi Vano tidak ingin merespon agar Keyla tidak tambah marah padanya.
"Udah dong Key, ngambeknya, ayo kita makan dulu," bujuk Vano.
"Gak."
"Makan."
"Enggak."
Keyla masih menolak perintah Vano, Vano yang sedari tadi berusaha sabar kini mengambil makanan Key lalu menyuapkannya ke mulut Keyla.
"Vano, lo apaan sih?" ucap Key tak jelas karena di mulutnya masih penuh dengan burger yang di suapi oleh Vano.
"Key, selama libur ini, maaf aku nggak bisa nemenin kamu terus, aku disuruh Papa buat urus perusahaannya, sementara waktu selama aku libur," ucap Vano tak enak hati.
"Iya nggak apa-apa, kamu kerjain aja tugas dari Papa kamu," balas Key sambil tersenyum. Vano menggenggam tangan Key lalu menciumnya berulang kali.
"Makasih udah ngertiin aku." Keyla hanya mengangguk.

Pulang dari jalan-jalan Key langsung pergi ke cafe tempatnya bekerja. Untung saja hari ini ia tidak terlambat, jika tidak Key akan tak enak hati kepada om Rama karena tidak disiplin. Key masuk kedalam, lalu berganti pakaian ala pelayan, setelah itu ia langsung melaksanakan pekerjaannya. Di sela kerjaan Key, datang Iqbal yang menghampirinya saat ia berada di dapur.
"Hei, lo apa kabar?" Tanya Iqbal. Key kaget akan kedatangan Iqbal yang sangat tiba-tiba.
"Alhamdulillah, baik."
"Oh, gimana tadi sekolahnya? Lancar?" Tanya Iqbal.
"Iya lancar.?”
"Dapet juara berapa lo?"
"Satu,"
"Pinter juga, ternyata lo, ya." ujar Iqbal sambil mengacak rambut Key.
"Iqbal!" ketus Key karena rambutnya di Acak-acak.
"Hehe, piece." ucap Iqbal dengan cengiran kuda dan mengangkat jari telunjuk serta tengah membentuk huruf V. Keyla hanya mengangguk saja sambil terkekeh kecil melihat tingkah Iqbal.
"Key, Om Rama kemana?" Tanya Iqbal sambil melihat sekelilingnya untuk mencari keberadaan Omnya itu.
"Nggak tahu. Mungkin di ruangnya."
"Oh iya, Gue ke sana dulu, ya." pamit Iqbal lalu berlalu meninggalkan Keyla.
Sepeninggalan Iqbal, Key masih di dapur cafe, dia sedang membersihkan gelas-gelas. Saat Key mengelap gelas tiba-tiba setetes darah keluar dari hidungnya, dengan cekatan ia menyeka darah itu takut jika ada yang melihat. Key merasa badannya tiba-tiba lemas, rasa pusing di kepala menyerangnya secara tiba-tiba. Key menaruh gelas itu di tempatnya sebelum gelas tersebut jatuh karena ulahnya.
Key berlari mencari tasnya hingga tanpa sengaja Keyla menabrak beberapa orang. Namun ia tak menghiraukan orang-orang yang telah ia tabrak, hingga banyak sumpah serapah keluar dari mulut-mulut laknat yang mengumpati Keyla. Key berhasil menemukan tasnya yang ternyata ia taruh di toilet khusus pelayan, di sana Key sangat tergesa-gesa mencari obat-obatan yang selalu bertengger dalam tasnya, Key meminum beberapa kapsul obat tanpa menghiraukan berapa besar dosisnya.
Key tak peduli karena rasa sakit ini telah mendominasi. Key tak dapat berpikir jernih, penglihatannya mulai memburam, darah terus saja mengalir dari hidungnya. Ia berlari ke wastafel untuk mencuci muka nya, serta menghilangkan darah itu. Keyla terduduk lemas di atas kloset. Sungguh saat ini ia tak memiliki daya untuk berdiri sendiri, sendinya terasa begitu lemas, keringat dingin bercucuran membasahi pelipis dan rambutnya, wajah yang sudah pucat serta bibir yang berwarna pucat pula membuat penampilan Key begitu memprihatinkan. Key menarik rambutnya sekuat tenaga agar rasa sakit  di kepalanya itu segera pergi.
"Argh sakit." ringis Key saat ia sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit itu. Tangis Key pecah sambil menjambak rambutnya dengan kuat sebelum ia jatuh pingsan.


Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang