🍂 part-4 🍂 Rooftop

33K 1.4K 28
                                    

“Assalamu’alaikum." Key memberi salam saat memasuki rumah, namun tidak ada yang menjawab. Saat masuk ke rumah, Keyla melihat keluarganya sedang berkumpul di ruang tv sambil bersenda gurau. Key yang melihat itu hanya tersenyum kecut. Sebab dulu dia juga ada di posisi itu, bercanda gurau menghabiskan waktu bersama. Tapi sekarang semua itu hanya kenangan. Key berusaha tegar saat dia berjalan menaiki anak tangga suara Papanya menghentikan langkahnya.
“Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?"
“Jadi jalang di pinggir jalan dulu, mungkin.” Sahut Kayla. Keyla hanya diam. Enggan menjawab. Hatinya terasa sakit karena dituduh menjadi jalang oleh keluarganya. Matanya sudah berkaca. Namun Keyla berusaha agar tidak menangis di depan mereka karena tak mau dianggap lemah. Daren yang geram akan sikap Keyla yang tidak menjawab pertanyaan Papa akhirnya menghampiri Keyla dan menjambak rambutnya.
"Lo tuli apa bisu?” bentak Daren. Key masih diam, kini giliran Kayla yang menghampiri dan mencekam dagu Key dengan kuat.
“Kok, lo gak tahu diri, sih? Sudah bagus dikasih tempat tinggal tapi malah ngelunjak. Apa lo mau gue usir dari sini terus jadi gelandangan?" Tanya Kayla.
Key menggeleng tanda tidak.
“Lo bisa ngomong, kan?" Daren semakin menjambak rambut Key. Key meringis kesakitan. Papa dan Mamanya menghampiri mereka juga dan saat di depan Key.
Plak!
Tamparan itu mendarat di pipi Key, Papanya lah yang menampar Key dengan keras sehingga ujung bibirnya mengeluarkan darah.
“Itu akibat kamu tidak mau menjawab pertanyaan saya." Bentak Papanya.
Keyla masih meringis kesakitan akibat tamparan yang diberikan Papanya.
“Kay, kamu ambil rotan di kamar Mama." perintah Mama Keyla kepada Kayla. Kayla yang diperintah akhirnya bergegas mengambil rotan lalu kembali dengan membawa barang yang diminta Mamanya.
Dara langsung mengambil rotan itu dan memukuli kaki serta tangan Key sampai kulit Key berwarna biru keunguan. Keyla hanya bisa menangis, sambil merasakan sakit akibat pukulan yang diberikan Mamanya. Tak kuat menahan sakit lagi, akhirnya dia terjatuh ke lantai menahan sakit yang begitu perih di kulitnya. Daren yang melihat itu bukannya iba malah menjambak rambut Key untuk berdiri. Key terpaksa berdiri walaupun kakinya lemas.
Kini giliran Papanya yang melepas ikat pinggang dan memecuti Keyla dengan brutal. Tanpa rasa iba mereka menyiksa Keyla. Keyla yang menerima siksaan itu hanya bisa menangis sekuat-kuatnya akibat rasa sakit yang diberikan keluarganya terhadapnya. Di sela-sela tangisnya Keyla berkata, "sakit, Ma, Pa.”
Pembantu keluarga mereka hanya menatap iba kepada Key tanpa berniat membantu Key karena mereka takut pada majikannya. Sedangkan Mama, Papa, Kakak dan kembarannya yang mendengar itu hanya senyum bangga karena melihat hasil karya yang mereka buat di tubuh Key. Bagaikan iblis mereka memukuli tubuh Key tanpa ampun hingga dia kehilangan kesadarannya.
“Ma, Key pingsan." ucap Daren melihat adiknya sudah tidak sadarkan diri.
“Biarkan saja." Papa yang mengajak mereka pergi.
Mereka pergi meninggalkan Key yang tergeletak di lantai dengan lebam-lebam di sekujur tubuhnya akibat siksaan mereka. Pembantu yang melihat itu segera membopong tubuh Key menuju kamar. Melihat kondisi majikannya seperti ini membuat hati pembantu itu sakit akibat tidak bisa menolong saat dia di siksa.
“Maafkan bibi, Non, enggak bisa tolongin." lirih pembantu itu. Setelah itu ia pergi keluar meninggalkan Key di kamarnya.
Pukul sebelas malam, Keyla terbangun. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit. Ada banyak lebam berwarna keunguan di tubuhnya terutama kaki dan punggungnya. Keyla meringis sakit saat berusaha untuk berdiri. Keyla berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Begitu air menyentuh wajahnya, perih dan ngilu dirasakan di sekitar bibirnya akibat luka yang disebabkan tamparan dari Papanya. Di depan cermin dia melihat kondisinya yang mengenaskan dengan luka lebam di sekujur tubuh, rambut acak-acakan, pipi membiru, dan luka di sudut bibirnya. Keyla hanya bisa menangis saat ini, dia berpikir ini tak sebanding dengan apa yang dia lakukan dulu.
“Kalau ini bisa membalas perbuatanku ke Kakak, aku rela." lirih Keyla sambil menangis dan memeluk lututnya.
Selama dua jam Keyla menangis di kamar mandi sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari sana dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Berusaha untuk kembali tertidur. Entah sudah beberapa lama Keyla kembali tertidur, namun tiba-tiba terbangun karena mimpi buruk yang selalu datang beberapa waktu belakangan. Napasnya tersengal dan keringat mengucur di pelipisnya. Keyla kembali menangis dengan histeris mengingat sosok yang sangat dirindukannya.
“Maafkan Key, Kak. Key rindu Kakak.” ucap Key sambil memeluk foto Kakaknya.
Pukul empat pagi, Keyla masih belum tidur. Dia masih setia dengan lamunannya mengingat kenangan masa lalunya. Di tengah lamunannya dia mendengar adzan subuh berkumandang, dia segera turun dari kasur menuju kamar mandi untuk mandi dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Dirasa sudah cukup waktu untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk sekolah, Key segera keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Sudah ada Bi Inah yang akan membatunya menyiapkan sarapan.
“Sudah bangun, Non.” Kata Bi Inah menyapa dengan senyum ramahnya. Keyla mengangguk dan tersenyum sebagai balasan.
“Gimana keadaan Non Keyla. Sudah merasa baikan?” Tanya Bi Inah perhatian.
Keyla salah tingkah. “Nggak bias dibilang baik juga, Bi.” Jawabnya miris. Sekalipun Keyla mengatakan bahwa dia baik-baik saja, Bi Inah sangat tahu bahwa kenyataannya tidak seperti itu.
“Libur sekolah aja dulu, Non.  Sembuhkan dulu luka-lukanya.” Kata Bi Inah lagi.
“Key nggak papa, Kok, Bi. Key masih kuat ke sekolah.” Bi Inah menghela napas. Sekeras apapun Bi Inah memaksa, Keyla tetap berpegang teguh pada pendiriannya.
Setelah selesai memasak, Key segera berangkat ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu karena dia sedang tak ingin makan. Tidak menunggu waktu lama Key menunggu, angkutan umum sudah datang dan langsung menaikinya. Setibanya di sekolah, keadaan sekolah masih sangat sepi karena ia memang datang terlalu pagi. Untuk membunuh rasa bosan, Key memutuskan pergi ke rooftop sekolah, di sana Key duduk di sofa yang memang sudah ada di sana.
Saat Key sedang menikmati hembusan angin yang menyapu wajahnya, tiba-tiba dia mendengar suara langkah seseorang menuju ke arahnya.
“Ngapain lo di sini?” Tanya seseorang di belakangnya dengan suara beratnya.
"Bukan urusan lo." Jawab Key sambil berdiri berniat untuk pergi dari sana. Namun saat dia melangkah, tangannya dicekal oleh Vano. Key sontak berbalik, dan mata mereka saling bertemu. Cukup lama mereka bertatapan akhirnya Key mengakhiri kontak tersebut. Dan menarik tangannya. Bukannya Vano melepaskan, malah mempererat genggamannya pada pergelangan tangan Keyla.
“Lepasin tangan gue!” ujar Keyla dengan penuh penekanan. Vano tidak mengindahkan ucapan Keyla, dia malah menarik Keyla agar lebih dekat dengannya. Keyla yang terkejut langsung memalingkan wajahnya.
“Jangan macam-macam lo, ya!” Bentak Keyla. Vano malah tersenyum manis saat melihat ekspresi Keyla yang sedang marah, karena menurutnya itu sangat menggemaskan.
"Lo lucu ya, kalau lagi marah.” Ucap Vano dengan senyumannya. Wajah Keyla memanas. Antara malu dan menahan amarah. Keyla menarik tangannya dengan paksa sehingga mau tak mau Vano harus melepaskan genggamannya. Dan Keyla pergi begitu saja meninggalkan Vano yang menyimpan sebuah pertanyaan untuk Keyla.
“Apa yang sedang terjadi sama lo, Key?” bisik Vano pada dirinya sendiri. Vano melihat bekas luka diujung bibir Keyla. Dan matanya yang terlihat sedikit membengkak yang membuat Vano berpikir bahwa mungkin Keyla telah disakiti oleh seseorang. Namun Vano mengurungkan niatnya untuk bertanya langsung pada Keyla lantaran Vano merasa bahwa itu bukanlah haknya.
“Urusan kita belum selesai, Keyla.” Kata Vano lagi. Namun hanya hembusan angin yang menjawab ucapannya barusan.
Keyla sendiri pergi dari sana karena merasakan hal aneh pada jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat.
“Apa gue sakit jantung, ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri sambil memegang dadanya.
Sedang sibuk memikirkan jantungnya, Citra datang langsung merangkul bahu Keyla.
“Gue nungguin lo, ternyata lo di sini.” Kata Citra.
“Yuk, ah, masuk kelas. Sudah mau bel masuk” ajak Citra dengan menarik tangan Keyla.




Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang