🍂 part -24 🍂 notif

24.7K 980 4
                                    

Key sudah di apartemen milik Vano, ia sekarang sedang duduk di balkon kamarnya sambil memikirkan kejadian yang menimpanya beberapa jam yang lalu. Key masih membayangkan apa jadinya ia jika tidak ada Iqbal, sungguh Iqbal seperti malaikat yang selalu datang di saat Key membutuhkan. Di sela-sela lamunan Key, berbunyi notif pesan chat WhatsApp dari handphone-nya, Key mengambil HPnya yang berada di dalam kamar lalu kembali lagi ke balkon.
“P  “
“Iya? “
“Kamu udah baikan? “
“Alhamdulillah udah. “
“Syukurlah. “
“Iya:) “
“Key? “
“Hm? “
“Bentar lagikan libur, aku pengen ajak  kamu jalan-jalan. “
“Iya udah, tapi  nunggu kita abis bagi lapor ya. “
“Asiapbosque😘 “
“Iya❤️ “
“Key tidur gihhh, udah malam. “
“Iya aku tidur dulu ya. “
“Oke bybymyqueen.💋 “
“Oke myking😍 “
“Goodnighttt😘😘 “
Read.
Pesan hanya dibaca oleh Key, Key senyum-senyum sendiri saat berada di depan layar handphone-nya, berulang kali ia membaca percakapan antara ia dengan Vano, hal itu  membuat hatinya senang tak terkira.
Key memutuskan untuk menuruti Vano, ia bergegas tidur, namun sebelum tidur ia melaksanakan kegiatan rutin atau lebih tepat kewajibannya. Key melaksanakan sholat isya yang belum sempat ia kerjakan tadi. Selesai sholat Key, beranjak keatas kasur, lalu ia membaringkan tubuhnya, dan menutupi dengan selimut tebal, tak butuh waktu lama Key sudah masuk kedalam alam bawah sadar.
Di lain tempat, di kediaman Wilson, di sana keluarga tak berdosa itu masih asik di ruang tv sambil bercanda gurau. Daren yang duduk di sebelah Kay sambil senderan di sofa, Kay yang menyenderkan kepalanya di bahu Daren, lain dengan Mama dan Papanya yang duduk santai di sofa satunya. Mereka sesekali tertawa, sungguh semakin harmonis keluarga mereka saat Key sudah keluar dari rumah itu.
"Ma, Pa?" panggil Daren di sela-sela keheningan.
"Iya?" Jawab Dara dan Deri bersamaan sambil menengok kearah Daren.
“Daren mau ngelanjutin pendidikan Daren di Canada," Kay yang sedang tertidur langsung terperanjat kaget, ia membulatkan matanya menatap Daren.
"Apa? Kakak mau ke Canada?" Tanya Kay.
"Iya, Kakak mau kesana," balasnya sambil mengusap rambut Kay lembut.
"Ya udah sayang, kalau kamu mau ke sana nggak apa-apa." timpal Dara menyetujui keinginan anaknya ini untuk menempuh pendidikan di Canada. Daren tersenyum senang saat mendapat lampu hijau dari sang Mama.
"Iya, tapi ada satu syarat," sahut Deri.
"Syarat apa, Pa?" Tanya Daren sambil melihat kearah Deri, lalu menatapnya dengan serius.
"Kamu harus olah perusahaan Papa yang di Canada." Memang perusahaan Deri terdapat salah satunya di Canada, Deri meminta putra nya itu menjadi CEO di perusahaan itu, Karena ia sudah mulai kewalahan mengolah perusahaannya sendiri, apalagi umur yang terbilang tak muda lagi, membuat Deri semakin tak  sanggup.
"Iya, Pa, Daren bakal urus perusahaan Papa." Daren menuruti permintaan sang Papa. Dara dan Deri sangat senang akhirnya putra mereka menyetujui keinginan mereka, mereka berharap Daren akan sukses kelak.
Namun di sisi lain Kay mengerucut kan bibirnya, ia sangat kesal jika Daren pergi ke Canada, Karena ia tak punya anggota pembela di saat sedang menyakiti Key. Kayla beranjak dari duduknya lalu berjalan ke kamar sambil menghentakkan kakinya tanda bahwa ia kesal, Dara dan Deri bingung melihat tingkah Kay.
"Kayla sayang, kamu kenapa nak?" Tanya Dara pada Kayla namun tak di sahuti.
"Kay? Kamu kenapa sayang?" kini giliran Deri yang bertanya, namun hasilnya tetap sama Kayla masih tak menjawab. Ia berjalan terus sambil menggerutu, menuju kamar. Sampainya di kamar ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur queensizenya. Daren yang melihat itu langsung ikutan bangun dan berniat menghampiri Kayla.
"Ma, Pa. Daren susul Kay dulu ya," izin nya pada kedua orangtuanya.
"Iya kamu tanyakan kenapa dengan dia." pesan Dara, dan di angguki oleh Daren.
Sampainya ia di depan pintu berwarna pink milik Kay, Daren mengetuk pintu namun tak di respon oleh Kay. Daren membuka knop pintu dan ternyata tak di kunci, ia langsung masuk kedalam kamar sang adik, dan menghampiri Kayla yang terbaring di atas kasurnya sambil menengok kearah jendela.
"Dek, kamu kenapa?" Tanyanya pada Kay. Daren duduk di samping  Kayla dan menghadap sang adik.
"Kakak itu yang kenapa?" tanya Kayla ketus. Daren mengangkat satu alisnya pertanda ia tak mengerti maksud Kayla apa.
"Kok, jadi Kakak?"
"Kenapa sih, Kakak harus ke Canada?" Tanya Kay sambil berduduk menghadap ke Daren. Kini mereka duduk sudah saling hadap-hadapan.
“Kakak pengen ngelanjutin kuliah Kakak disana,"
“Tapi nggak perlu juga kan di sana, di Indonesia kan banyak universitas yang bagus,"
"Iya Kakak tahu itu, cuma kamu tau kan cita-cita Kakak waktu kecil, kalo Kakak pengen ke Canada buat teruskan pendidikan Kakak disana?" Tanya Daren mengingatkan masa lalu yang di mana saat itu Daren bercerita bahwa ia sangat ingin pergi ke Canada untuk menyelesaikan pendidikannya di ngeri asing. Kayla mengangguk, ia tak bisa berkutik lagi, ia ingat bahwa cita-cita sang Kakak adalah bersekolah disana, apa boleh buat, Kayla tak bisa apa-apa.
"Tapi, Kak, kalo Kakak pergi siapa yang jaga Kay?" Tanya Kay sambil memasang raut sedih yang di buat-buat.
"Kan, ada Mama sama Papa,"
"Tapi kan mereka nggak 24 jam sama Kay, naanti bagaimana kalo Keyla nyakitin Kay lagi kek kemarin?" Rencana licik terlintas di benak Kayla, makanya ia berusaha mengompori sang Kakak sebelum pergi agar lebih membenci Keyla.
"Tenang sayang, dia nggak bakal macam-macam sama kamu," ucap Daren meyakinkan Kayla. Kayla tersenyum miring.



Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang