🍂 part -8 🍂 di mobil

31.5K 1.2K 10
                                        

Vano dan Key sedari tadi hanya saling berdiam diri tak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Keheningan itu berlangsung selama beberapa saat. Key yang sibuk memikirkan sesuatu, sedangkan Vano yang sedang melamun. Mereka hanyut dalam dunia masing-masing. Key merasa gelisah karena hanya ada dirinya dan Vano. Vano sempat memaksakan diri untuk mengantar Keyla pulang. Keyla menolak. Namun Vano tidak menerima penolakan. Maka terpaksa Keyla mengikuti keinginan Vano.
“Van." Panggil Key membuat Vano tersadar dari lamunannya.
“Hem.” Sahut Vano.
“Gue mau bilang makasih sama lo."
"Buat apa?" tanya Vano bingung dengan maksud Key.
"Lo udah bantu gue dan bawa gue ke rumah sakit." Key bersungguh-sungguh berterima kasih kepada Vano. Vano yang kaget mendengar ucapan Key barusan langsung terdiam sejenak.
“Itu sudah tugas gue.”
Keyla kembali diam. Hal itu membuat Van leluasa untuk memperhatikan wajah Keyla. Sudah tidak ada lagi luka atau lebam kebiruan di wajahnya cantiknya. Dan Keyla benar-benar tampak sangat cantik jika dalam posisi seperti sekarang. Diam. Vano membayangkan bagaimana jika luka-luka itu tidak bisa hilang dari wajahnya, tentu dia akan menghabisi orang yang membuat wajah Keyla menjadi tidak cantik lagi.
"Hei." Key mengagetkan Vano.
"Eh iya. kenapa?"
"Ada yang aneh ya sama wajah gue?" kini Key melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap kearah Vano secara intens. Vano yang ditatap seperti itu hanya menggeleng dan tersenyum. Senyuman yang bisa membuat siapapun berdecak termasuk Keyla.
“Lo cantik, Key.” Sebuah suara dari orang lain mengalihkan perhatian Vano dan Keyla. Celvin sudah berada di kursi belakang bersama Citra.
”Sejak kapan lo di sini?” Tanya Vano tak suka dengan kedatangan Celvin yang seperti hantu. Atau mereka yang terlalu asyik tenggelam dalam suasana masing-masing sehingga tidak menyadari Celvin dan Citra yang sudah masuk ke mobil.
“Terima kasih sudah bersedia menunggu,” Jawab Celvin santai.
“Yuk, kita pulang.” Sambung Citra.
Dengan sedikit berat Vano menyalakan mesin mobilnya karena sebenarnya ada banyak sekali yang ingin dibicarakannya dengan Keyla sebelum Celvin dan Citra datang. Lalu melajukannya melewati jalan raya. Selama perjalanan berlangsung, tidak ada yang membuka pembicaraan. Semua sibuk dengan aktivitas masing-masing. Keyla tertidur dengan pulas. Citra yang sedang asyik memainkan ponselnya dan tenggelam dalam dunia maya. Serta Celvin yang sudah memasang headset di telinganya, tidak lagi peduli dengan sekitarnya. Sampai mobil berhenti tiba di sebuah gang di mana Vano pernah mengantarkan Keyla pulang.
“Key,” Vano sedikit menggoyangkan tubuh Keyla agar terbangun dari tidurnya. Keyla melenguh.
“Sudah sampai, Key.”
Mata Keyla terbuka perlahan lalu melihat ke sekeliling. Citra dan Celvin sudah tidak ada. Hanya dirinya dan Celvin yang ada di mobil.
“Mereka sudah pulang, ya.” Vano mengangguk. Keyla terdiam sejenak. Mengumpulkan kesadarannya yang masih melayang entah kemana.
“Makasih, ya” kata Keyla lagi sebelum melepaskan sealt belt.
“Key,” panggil Vano.
“Ya?”
“Kalau ada apa-apa, lo bisa menghubungi gue.
Keyla menatap Vano. “Oke.”
Dan Keyla keluar dari mobil disertai senyuman di bibirnya. Senyum yang dia sendiri tidak tahu untuk apa.
Setelah dirasa mobil Celvin telah melesat jauh. Key berjalan menuju rumahnya, di depan gerbang Key mendorong pintu gerbang lalu berjalan masuk, sampai di dalam rumah keadaan hening tidak ada orang. Menurut Key mungkin mereka sedang keluar. Saat ia baru melangkahkan kaki untuk menaiki tangga tiba-tiba suara nyaring sang Mama memberhentikan langkahnya.
"Masih ingat pulang kamu?" Sinis Dara.
Key yang ditanya hanya diam saja, sebenarnya ia ingin menjawab namun terasa berat untuk membuka mulutnya. Tak lama datang Deri yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Maaf." hanya itu kata yang lolos dari bibir Key.
"Eh, lo itu cuma bisa buat onar tahu nggak?" Entah dari mana datangnya Daren tiba-tiba langsung ikut menghakimi Key.
"Maaf." ucap Key lagi sambil menunduk, rasa pusing di kepalanya kembali melanda.
"Maaf mulu, lo kira maaf lo bisa balikin semuanya?" Giliran Kay yang berteriak dihadapan Key sambil menunjuk wajah Key menggunakan jari telunjuknya.
Selalu saja begini. keluarganya akan menghakimi Key bersama, membuat Keyla tak dapat membalas.  Sebenarnya bukan Key benci hanya saja ia lelah selalu diperlakukan seperti ini oleh keluarganya sendiri. Key yang tak tahan akhirnya langsung  berlari menuju kamarnya karena ia tak ingin mendengar cacian terus menerus.
"Kenapa Key selalu salah di mata mereka?" Tanya Key pada dirinya sendiri dengan menggebu-gebu. "Key juga anak mereka, kan? Kenapa mereka gak suka dengan kehadiran Key?" Kini ia sudah menangis.
Anak mana yang akan kuat jika selalu dibedakan oleh orangtuanya? Anak mana yang akan tahan selalu diperlakukan tak adil? Bukan hanya raganya yang tersiksa namun batinnya juga. Key tak pernah menunjukkan kesakitannya itu? Ia pendam sendiri segalanya, ia tak ingin keluarganya tambah membencinya.
Key yang terduduk di lantai hanya menangis sambil meremas ujung bajunya, tak lama kemudian ia pingsan dibalik pintu karena rasa pusing di kepala tak tertahan lagi.
Hari sudah sore, Key tersadar dengan kepala yang berdenyut dengan hebat seperti dibentur ke dinding berulang kali. Keyla melenguh.

Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang