🍂 part-14 🍂 mengapa tak seperti dulu

27.5K 1K 1
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi.
Keyla, Citra, dan Vano tengah berkemas untuk segera pulang. Sedangkan murid yang lain sudah mulai pulang dan kini keadaan sekolah cukup sepi.
"Key, lo balik bareng siapa?" Tanya Citra sambil memasukkan buku bahasa Indonesia cetaknya.
"Gue naik taxi," balas Key.
"Mending bareng gue aja," tawar Vano kepada Key.
Keyla menggeleng. "Gue bisa pulang sendiri."  Keyla tak ingin merepotkan orang lain. Vano dan Citra hanya bisa menghela nafas panjang, sikap keras kepala Keyla memang sulit dikalahkan.
"Ya sudah gue balik dulu ya Key," pamit Citra sambil menenteng tasnya.
Kini tinggal Key dan Vano yang berada dikelas, Vano masih tetap bersikeras untuk mengantarkan Key pulang. "Ayolah mendingan bareng gue," tawar Vano kembali yang tak ingin menyerah begitu saja.
"Gue pulang sendiri aja, Van." Kesal Key karena ia memang tak suka dipaksa. Vano hanya bisa sabar menatap Keyla yang menolak tawarannya. Key selesai berkemas dan melangkahkan kakinya keluar kelas, ia berjalan melewati Vano begitu saja tanpa berpamitan terlebih dahulu. Vano menghela napas menatap punggung Key yang mulai menghilang dari hadapannya.
"Kenapa sih, lo keras kepala banget?" batin Vano.
Keyla tengah berjalan kaki untuk pulang. Yang dikatakannya kepada Citra dan Vano tadi hanya alibi semata, agar dia tidak terlalu sering merepotkan teman-temannya. Sesulit apapun ia, ia tetap ingin berusaha sendiri, ia tak mau dianggap lemah di depan orang-orang. Sebab itulah ia selalu berpura-pura tangguh di depan semua orang. Langit telah mulai gelap, suara gemuruh mulai menghiasi perjalanan  Keyla. Sudah 30 menit ia berjalan kaki namun belum sampai juga, sekarang sudah pukul 04:00 sore Key masih berjalan di trotoar.
Langkahnya begitu lemas. Key merasakan tak berdaya akhir-akhir ini entah mengapa mungkin itu disebabkan oleh penyakitnya yang sudah lama tak ia periksa, sudah lama pula tak menjalankan kemoterapi. Bukan ia tak mau hanya saja rasanya percuma untuk sembuh, percuma mencari kehidupan jika yang memberi kehidupan saja tak menginginkan keberadaannya. Lagi pula ia tak memiliki uang, dan tak ingin merepotkan kak Riki atau kak Kikinya itu. Sebenarnya sudah berapa hari ini Riki menghubungi Key untuk menyuruhnya cek up, dan menjalankan kemoterapi yang kedua kalinya tapi Key sama sekali tak pernah menjawab panggilan atau pesan yang Riki berikan untuknya.
Di tengah lamunannya, tiba-tiba hari mulai rintik, hujan mulai turun serta gemuruh ikut menghiasi, Key bukannya berlari untuk segera berteduh malah tetap berjalan menikmati setiap air hujan yang turun membasahi tubuhnya. Hujan seperti sekarang ini mengingatkan dirinya terhadap Kakak nya, banyak kenangan indah antara ia dan Deren sewaktu kecil.
**
Flashback on
2 orang anak kecil yang berumur antara 4 dan 3 tahun  tengah berlari larian di bawah derasnya hujan, tak peduli jikalau mereka sakit nanti, mereka tetap bersikukuh bermain-main dengan hujan.
"Eren, Key.  Sudah, Nak, main hujannya nanti kalian sakit." teriak seorang wanita muda dari dalam rumah.
"Nanti, Ma, aku sama Kak Eren masih mau main hujan," balas Keyla dengan suara khas anak kecilnya.
“Nanti kalian sakit," teriak Dara karena suaranya hampir kalah dengan suara hujan.
"Nggak kok, Ma, aku sama Key nggak bakal sakit." balas Deren sambil menarik tangan Keyla lompat-lompat.
Key hanya menganggukkan kepalanya, sungguh gemas sekali melihatnya. Saat mereka sedang asik lompat-lompat tiba-tiba Key terpeleset.
"Aw!" ringis Key sambil memegang sikunya yang luka. Deren yang melihat adiknya jatuh langsung mengusap dan meniup luka Key. Keyla menangis kencang lantaran merasakan rasa sakitnya yang luar biasa.
“Key tunggu sini. Kak Eren panggil Mama dulu." ucap Deren sambil berdiri menuju dalam rumah meninggal Key yang masih terluka di bawah derasnya hujan untuk memanggil Mamanya.
Di dalam rumah ia melihat Mamanya sedang mengambil handuk. “Ma, Key luka," ucap Deren sambil menarik-narik ujung baju Dara. Dara yang mendengar itu langsung berlari keluar untuk melihat keadaan Keyla.
"Kan, sudah Mama bilang udah main hujan-hujanannya. Bandel, sih," ucap Dara sambil menggendong Key masuk ke rumah. Deren mengikuti dari belakang. Di dalam luka Key diobati oleh Dara. Key meringis kesakitan. Dara sebenarnya sayang dengan Key hanya saja Key sering tak mendengar ucapannya beda dengan Daren, dan Kay.
"Udah jangan nangis lagi, " ucap Dara sambil meniup luka Key. Key mengangguk.
"Eren minta maaf, Ma." ucap Deren pula karena ia juga merasa bersalah akan luka Key.
"Oke yang penting jangan diulangi lagi," pesan Dara sambil tersenyum hangat kepada kedua anaknya
Flashback off.
**
Hujan makin deras mengguyur tubuh Key. Dia tak kuasa menahan tangisnya saat mengingat masa kecilnya yang indah dulu.
"Kenapa semuanya berubah?” Teriak Key di tengah hujan, sambil memukul dadanya yang terasa sesak.
"Key benci dengan takdir. Kenapa Key nggak bisa kayak dulu lagi? Key nggak mau begini terus. Key benci keadaan seperti ini." tangisannya tak terbendung, suaranya kian serak ia terus saja berteriak, kepada alam semesta yang menurutnya tak bersikap adil terhadap dirinya.

Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang