🍂 part-27 🍂 ada rasa

24.5K 899 0
                                    

Key tersadar dari pingsannya, saat dia membuka mata, hal pertama yang ia rasakan adalah pusing, Key tetap berusaha membuka matanya dan mencoba melihat sekeliling ruang yang berwarna putih, dan beberapa peralatan medis serta bau obat-obatan yang sudah dapat menjawab pertanyaan di benak Key.
Keyla sadari bahwa dia sekarang berada di rumah sakit Cahaya, tempat dia sering melakukan pemeriksaan.
Mata Key beredar mencari keberadaan orang yang telah membawanya kesini, namun hasilnya nihil, tidak ada satu orang pun di ruangan itu selain Key. Saat Key sedang memegangi kepalanya, terdengar suara pintu yang terbuka, Keyla mengarahkan pandangannya ke pintu itu dan tampak lah sosok lelaki tampan yang selalu menolongnya selama ini. Iqbal datang dengan membawa seplastik bubur ayam dan minuman untuk Key.
"Gimana kondisi lo? Udah mendingan?" Tanya Iqbal sambil mengambil kursi, lalu duduk di samping tempat tidur Key.
"Lumayan," balas Key.
"Ini makanan buat lo. Makan, gih." ucap Iqbal sambil mengangkat seplastik bubur yang dia bawakan untuk Keyla.
"Makasih." Keyla mengambil bubur itu lalu menaruhnya di atas nakas.
"Keyla, gue beliin lo bubur, bukan buat dipajang. Tapi buat dimakan." geram Iqbal waktu melihat Keyla yang menaruh bubur itu di atas nakas bukannya langsung di makan.
"Lagi nggak nafsu." sahut Key sambil menggeleng cepat dan tak lupa menutup mulutnya.
"Gue gak mau tahu, pokonya lo harus makan! Kalo nggak gue pulang." Ancam Iqbal.
"Ya sudah pulang aja!" jawab Key acuh.
"Jahat amat, si lu. Bukannya dicegah juga," omel Iqbal karena Key bukannya mencegahnya agar tak pulang malah mengusirnya.
"Ck! alay si, lo." Balas Key sambil terkekeh pelan.
"Ya udah makan dulu buburnya." suruh Iqbal sambil mengambil bubur di samping Key dan membukanya lalu menyuapi Key.
"Rempong amat Masnya, sudah kayak emak-emak komplek." Sewot Key, tapi tetap memakan bubur yang disuapi oleh Iqbal.
“Ribet tahu gak? Udah emak-emak dibilang Mas-Mas pula. Plin-plan." Omel Iqbal pada Key.
"Haha. Udah, ah, bawel lo." Keyla tertawa saat mendengar ucapan Iqbal. Baru menyadari ternyata Iqbal yang dingin, datar, dan most wanted SMA Sriwijaya ternyata secerewet ini.
"Udah enggak usah tawa-tawa, gue tahu gue ganteng," PDnya Iqbal tingkat akut.
Key menjitak kepala belakang Iqbal dengan cukup lumayan kuat.
"Aw, sakit!" sengit Iqbal sambil mengusap-usap kepalanya karena jitakkan Key.
"Aih, lebai banget sih, lo. Gereget gua, pengen makan lo rasanya," Key gemas sendiri melihatnya.
Iqbal masih berpura-pura kesakitan, agar Key perhatian padanya. Namun bukannya di perhatikan malah di tertawai. Disaat Keyla yang masih sibuk tertawa, dan Iqbal yang mengusap-usap kepalanya, datang Riki menghampiri mereka sambil membawa resep obat di tangannya.
"Assalamualaikum,"
"Wa’alaikumsalam," jawab Keyla dan Iqbal bersamaan.
"Gimana Key, keadaannya?" Tanya Riki.
"Alhamdulillah mendingan, Kak." balas Key dengan senyum.
"Kak?" Tanya Iqbal  menatap Keyla dan Riki bergantian saat mendengar kata Kak yang di ucapkan oleh Keyla.
"Iya, Kak. Emang ada apa?" Tanya Key yang tidak paham dengan maksud Iqbal. Riki ternyata sudah paham maksud dari pertanyaan Iqbal lalu ikut menengahi.
"Oh, gini saya Kakak sepupunya Keyla," sahut Riki sambil mengulurkan tangannya kearah Iqbal.
"Oh iya, Dok. kenalin saya Iqbal teman Keyla," balas Iqbal sambil membalas uluran tangan Riki.
"Panggil aja Kak, sama seperti Keyla," ucap Riki sambil melepas tangannya.
"Oh, iya." ucap Iqbal ramah. Key tersenyum melihatnya.
"Permisi, Dok, ini obatnya," ujar sang suster sambil membawa obat-obatan milik Key.
"Oh, iya silakan ditaruh di atas itu saja,"
"Baik, Dok." ucap suster sambil menaruh obatnya di atas nakas.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Dok." pamit suster lalu dibalas anggukan oleh Riki, Iqbal dan Keyla.
"Terimakasih,  Sus." ujar Key saat suster sudah di ambang pintu.
"Key, emang lo sakit apa?" Tanya Iqbal saat melihat beberapa obat-obatan milik Keyla. Key gugup, dia bingung harus menjawab apa, lalu ia menatap kearah Riki memberikan isyarat bahwa ia harus menjawab apa. Namun Riki hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, bertanda bahwa ia mengatakan 'sudah waktunya'. Key yang melihat respon sang Kakak langsung menggeleng cepat, ia belum siap memberi tahu Iqbal sekarang, sedangkan Iqbal menatap tajam kearah Riki dan Keyla.
"Jawab Key," desak Iqbal.
”Gue nggak kenapa-kenapa, gue cuma kelelahan aja," balas Key gugup.
"Masa lo harus minum obat sebanyak ini?" ucap Iqbal tak percaya.
"Keyla memang sekedar kelelahan aja. Itu juga cuma sebatas vitamin, biar kesehatannya tetap terjaga, jadi kamu gak usah khawatir begitu," 
akhirnya Key bernafas lega saat Riki membantunya, Iqbal hanya mengangguk saja tanda percaya.
"Ya sudah kalau begitu, Kakak pamit dulu, ya. Masih banyak yang mau dikerjakan." Pamit Riki pada Keyla dan Iqbal.
"Iya, Kak." balas Key dan Iqbal bersamaan. Riki langsung meninggalkan ruangan itu. Tinggallah Iqbal dan Keyla. Keheningan kembali melanda mereka, membuat mereka canggung.
"Em Key, gue keluar bentar ya?" Pamit Iqbal  menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Keyla mengangguk. Iqbal langsung keluar dari ruangan itu, namun ia berdiri di balik pintu.
"Kenapa gue jadi deg-degan gini ya?" tanya Iqbal pada dirinya sendiri sambil memegang jantungnya. Lalu Iqbal berjalan meninggalkan ruangan Key. Kini ia sedang bingung akan rasa yang melanda hatinya.
Di dalam ruangan Keyla juga merasakan hal yang sama dengan Iqbal.
“Kenapa gue jadi gini, sih?" Ucap Key sambil memegang dadanya, entah getaran apa yang ia rasakan pada Iqbal, Key tidak mengerti. Key menepis bayangan-bayangan aneh yang menghinggapi pikirannya.
**
Kayla dan kawan-kawan sedang berkumpul di sebuah cafe yang berada di mall ternama di kotanya. Mereka sedang bercanda gurau sambil menikmati makanan yang mereka pesan.
"Kay, lo emang nggak kesel lihat si Keyla pacaran sama Vano?" Tanya Tara. Seketika suasana hening.
“Keyla pacaran sama Vano?" Tanya Kay terkejut saat mengetahui ternyata Keyla telah berpacaran dengan Vano.
"Iya, Kay. Mereka baru aja jadian," balas Cindy ikut-ikutan heboh.
“Ini nggak bisa dibiarin," napas Kayla memburu karena menahan amarahnya.
"Jadi gimana, Kay?" Tanya Tara.
"Gue bakal bikin perhitungan buat Keyla," ucap Kayla dengan senyum miring.
"Apa yang bakal lo lakukan ke dia?" Tanya Cindy yang penasaran akan rencana Kayla.
"Lo berdua lihat aja nanti." ujar Kayla sambil tersenyum smirk.
Cindy dan Tara hanya mengangguk saja, mereka tidak tau yang akan diperbuat oleh Kayla. Yang pasti itu akan membuat Keyla sengsara.

Keyla [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang