Stakker : 11

3.4K 541 63
                                    


Seminggu terlewati, acara DIKLATSAR pun selesai dengan baik, Windy akui, meski ia tidak mengikuti pelatihan keras itu, namun ia juga lelah secara fisik, terkadang Sanja mengajaknya ke gunung, ke kali juga, hanya untuk menunjukkan betapa indahnya alam Indonesia yang masih asri. Windy sebenarnya mau-mau saja, tapi masalahnya ia tidak kuat berjalan jauh. Ingin menolak, tapi nyatanya Candra ikut, sehingga mengharuskannya juga ikut jika Candra di sana.

Alih-alih mendengar Sanja menjelaskan alam, Windy lebih suka memotret keindahan secara alami yang ada di depan matanya. Yaitu, Candra. Siapa lagi memangnya? Candra bagaikan objek menarik yang tidak pernah lepas dari tatapan matanya. Ke mana Candra pergi, apapun yang Candra lakukan, Windy selalu mengabadikannya pada sebuah foto secara diam-diam. Ia pun akhirnya sadar, bahwa masuk UKM Fotografi ada keuntungannya juga. Ia mulai menyukai kegiatan memotret sebuah objek nyata.

"Windy!" teriak Sanja mengejutkan Windy ketika ia turun dari mobil jeep milik pria itu.

Windy menoleh memperhatikan Sanja yang berlari menghampirinya dengan terburu-buru. Setelah sampai di depan Windy, Sanja tersenyum kemudian dengan lembut ia memberikan sebuah tas kecil berwarna hitam pada Windy.

"Itu ada saleb luka, dipake buat kaki kamu yang lecet." Sanja tersenyum kemudian menatap Windy. "Em Win?"

"Iya kak?"

"Kalau mulai sekarang kita pake 'aku kamu' boleh?" tanya Sanja sambil menggaruk leher belakangnya.

Windy tersenyum lebar hampir tertawa mendengar ucapan Sanja. "Ya boleh dong, kak."

Sanja mengulassenyumannya mendengar itu kemudian mengusap ujung rambut Windy bagian bawah. "Makasih. Oh ya, besok aku jemput ke kampus, ya?" ucap Sanja.

Windy mengangguk tanpa ragu.

"Win? Aku boleh ngomong serius?" tanya Sanja.

Windy menghela napas sebentar, kemudian menguap membuat Sanja tertawa karena gemas. "Ya udah, istirahat dulu, besok aja ngomongnya." Sanja mengusap pucuk kepala Windy.

"Iya, makasih kak Sanja. Hati-hati," kata Windy tersenyum.

"Bye, Win." Sanja melambaikan tangannya pada Windy kemudian memasuki mobilnya lagi lalu pergi dari sana meninggalkan rumah Windy.

Dan setelah itu, Windy masuk ke rumahnya, tanpa memperhatikan jika ada sebuah mobil jeep lain yang berada di sana memperhatikan kegiatan Windy dan Sanja dari kejauhan. Tangannya memegang sebuah paper bag sambil meremasnya. Nyatanya ia juga membelikan Windy obat saleb, namun kalah cepat dengan Sanja yang memang selalu gerak cepat ketika menyangkut tentang Windy.

Candra menghela napasnya, kemudian menyetir mobilnya menjauh dari sana. Ada rasa kecewa di dalam hatinya yang tidak bisa ia rangkaikan dengan kata-kata.

🐦🐦🐦

Windy turun dari mobil Sanja setelah pria itu membukakan pintu mobilnya untuk Windy. Setelah keluar, Sanja tiba-tiba menggandeng tangan Windy membuat gadis itu terkejut.

"Gak papa, kan?" tanya Sanja.

"Tapi Windy gak enak sama yang lain." Windy menarik tangannya terlepas dari genggaman Sanja.

Sanja nampak kecewa, namun ia bisa apa jika memang Windy tidak nyaman dengan perlakuannya. Mungkin ia harus lebih sabar dan lembut memperlakukan Windy.

"Windy masuk dulu, ya. Makasih udah nganterin Windy," ucap Windy kemudian masuk ke dalam gedung fakultasnya.

Sanja melihat gadis itu pergi dari kejauhan, kemudian ia menghela napasnya. "Gue belum bida jadi Candranya elo, ya, Win?"

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang