Stalker : 38

3.5K 311 92
                                    

Sanja mematikan puntung rokoknya lalu melihat arloji di tangannya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk merangkul Cia yang sibuk memainkan jemarinya. Sudah lima menit mereka berada di depan gerbang rumah Candra. Entah mereka yang kepagian datang, atau memang calon suami Windy itu belum bangun.

"Coba deh lo telepon lagi." Sanja berucap pada Karesh yang mulai bosan menelepon. Pasalnya ia sudah membuang lima menit waktunya dengan menelepon Candra sebanyak lima belas kali sejak tadi. Entah ponsel Candra itu mati atau memang ia tidak mendengar.

"Nya, coba telepon si Windy, deh." Sanja mulai tidak sabaran. Tahu begitu kan Sanja santai-santai dulu di hotel.

Kanya mencoba menelepon Windy namun hasilnya sama saja seperti menelepon Candra. Keduanya tidak aktif. Alhasil, itu membuat Karesh berdecak sebal sambil berkacak pinggang.

"Gue coba cek ke dalem, deh. Lo pada tunggu di sini, aja." Karesh memberi sarannya.

"Gue ikut deh, Resh." Sanja menimpali hingga akhirnya Sanja dan Karesh berjalan menuju rumah Candra untuk memeriksa apakah pria itu ada di rumah atau tidak. Tapi akan sangat aneh jika Candra tidak di rumah, karena mereka melihat mobil Candra masih terparkir baik di halamannya.

Sanja mengetuk pintu rumah, bahkan sudah memencet bel juga. Namun nihil, Candra tidak kunjung membuka pintunya. Lama mereka mencoba menghubungi Candra, keduanya dikejutkan saat seorang wanita yang nampak berumur tiga puluh tahun itu datang menghampiri mereka.

"Cari mas Candra, ya?" tanya wanita itu ramah.

"Iya, mbak siapa?" tanya Sanja mengerutkan kening bersama Karesh.

"Oh, saya Yuni mas. Saya yang bersih-bersih di rumah mas Candra." Yuni tersenyum pada mereka. "Mas Candra-nya belum bangun?" tanya Yuni dan mereka berdua mengangguk.

YA IYALAH BELUM BANGUN. YA KALI CANDRA UDAH BANGUN TERUS KITA BERDUA MASIH GENTAYANGAN DI MARI?!

"Aneh banget, mas. Biasanya mas Candra jam segini udah bangun, udah siap-siap ke kantor." Mbak Yuni berucap.

TAPI BUKTINYA TUH BEKICOT GA NONGOL-NONGOL SEJAK SETENGAH JAM YANG LALU, MBAK YU!

"Mbak ada kunci serep ---"

"Oh, ada mas!" sela mbak Yuni sebelum Karesh menyelesaikan ucapannya.

Yuni pun mengeluarkan kunci serep rumah Candra dan membuka pintu itu untuk keduanya. Karesh dan Sanja pun mulai menatap ruang tamu pertama. Keduanya membulatkan matanya. Semalam ada perang dunia ke berapa? Kenapa berantakan sekali?

Kertas kerja Candra pun berserakkan di lantai, bantal-bantal sofa semua berjatuhan. Ini semalam Candra Windy lagi ngadain boxing dadakan apa gimana sih?

Sanja mendekat pada sofa bersama Karesh sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo cek kamarnya, deh. Kok gue ---"

"Nja?" Karesh melongo tak percaya sambil memungut sebuah bungkusan kecil yang sudah terobek dan dibuang di lantai. Bukan hanya satu, tapi dua.

Sanja melebarkan matanya melihat bungkusan itu. "Wah, si setan bener-bener breng ----"

"Candra-nya mana, beb?" suara Kanya membuat Karesh dan Sanja langsung gelagapan dan Karesh segera memasukkan bungkusan kondom itu ke dalam saku celananya. Keduanya berbalik menatap Kanya dan Cia dengan wajah super mupeng yang pernah ada.

"Kenapa sih?"

"Candra mana?"

"Candra mana, Nja? Lo liat ga?"  Kanya makin mendesak kedua pria itu.

"E- engga, gue dari tadi ga liat. Co-coba periksa di bawah kolong meja, atau kulkas deh, Res."

"LO BERDUA!!! Ga usah becanda! Candra mana?!" Kanya mulai kesal dengan tangan mengepal.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang