Stalker : 30

2.6K 315 73
                                    


"Jangan kasih tau siapa-siapa, kak."

Candra yang sudah mematikan puntung rokoknya itu terkejut. "Hah, apaan?" Bingungnya.

Windy memang sudah tidak mempermasalahkan kebiasaan merokok Candra. Katanya, dari pada Candra merokoknya diam-diam, dan malah menimbulkan kebohongan, Windy malah akan semakin marah nanti. Lebih baik terang-terangan. Toh, katanya Candra juga tidak se-aktif teman-temannya yang lain. Candra juga hanya satu sampai dua kali merokok dalam dua minggu. Ya, tapi tetap saja Windy selalu mengingatkan bahayanya merokok.

Oke... Kembali pada pokok bahasan. Apa maksud ucapan Windy 'Jangan kasih tau siapa-siapa.' Maksudnya bagaimana?

"Tentang hal ini... Jangan kasih tau siapa-siapa."

Candra diam sejenak. Mereka baru dari dokter memang dan mendengar kabar baik. Terus kenapa Windy bilang begitu? Masalah apalagi ini?

"Win... Kamu—"

"Pokoknya kak Candra janji dulu gak akan kasih tau siapa-siapa. Windy yang akan ngomong sama Mami, Papi."

Candra menggaruk alisnya. Nampak bingung sesaat, kemudian melipat tangannya di depan dada. Ada kekeliruan yang terjadi di sini.

"Kasih tau apa, sih? Aku gak paham maksudmu," kata Candra frustrasi. Seolah Windy sedang memberikannya ujian mendadak dan ia tak ada persiapan sama sekali untuk menjawab.

"Tentang ini...," balasnya sambil menunjuk ke arah perutnya.

Candra makin tidak mengerti. Ia bersandar pada mobil. Demi Tuhan, mereka bahkan belum pulang dari parkiran rumah sakit. Sebenarnya Windy mau bicara apa?

"Emang itu kenapa?" Candra serius bertanya. Merasa sudah makin diuji kesabarannya.

"Ya itu pokoknya!"

"Kamu itu cuma telat datang bulan karena kecapekan, Sayang. Kebanyakan begadang ngerjain tugas akhir-akhir ini. Bukan yang aneh-aneh!" Cecar Candra merasa gemas sendiri pada pacarnya ini.

Windy menunduk dan mendesah. "Padahal Windy berharapnya dokternya bilang yang lain." Bibirnya dimanyunkan.

Candra ingat. Bagaimana Windy memaksanya masuk ke ruang dokter untuk menemaninya. Jujur ia malu jika ikut masuk. Masalahnya, kalau Candra bestatus suami, tidak masalah. Ini hanya pacar, namun sudah menemani Windy memeriksakan faktor ia terlambat menstruasi. Mukanya sampai merah ketika suster-suster memandanginya sambil menahan tawa ketika Windy memaksanya masuk ke dalam ruangan.

"Emang kamu mau dokternya ngomong apa?" Candra makin heran denan sikap pacarny.

"Ya apa kek gitu. Hamil kek, selamat kamu akan jadi Ibu, kek." Kesalnya dengan wajah ditekuk.

Mata Candra melebar. "Kamu sehat kan, Yang? Tadi kepalanya gak kebentur, kan?" Candra memegangi kepala Windy dan memeriksa kepala kekasihnya cemas.

Windy menurunkan tangan Candra dari kepalanya. "Apaan sih, kak Candra! Pusing tau!" Ucapnya ketus.

"Habisnya kamu ngomongnya udah ngelantur gitu. Takutnya kepala kamu tadi kebentur sesuatu." Candra terkekeh gemas, lalu melanjutkan, "Lagian gimana caranya sih kamu hamil? Aku aja gak pernah ngapa-ngapain kamu."

Windy memberengut. "Makanya kak Candra apa-apain Windy biar hamil!"

Candra seketika mencubit bibir Wimdy yang sudah berbicara semakin melantur. Kenapa malah ke mana-mana topiknya? Gadisnya kenapa, sih? Apa karena telat datang bulan jadi sedikit geser seperti ini?

"Udah pulang. Gak usah ngomong macem-macem."

"Kak Candra kan pernah ngajak Windy nikah waktu itu. Kakak gak serius?"

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang