Stalker : 8

3.1K 537 76
                                    


Entah kenapa semenjak Candra memberikannya hadiah kalung dan memberikan surprise kecil untuknya, bucim Windy makin parah. Windy semakin berhalu, bahkan ia mencetak foto Candra dan memasangnya di mading kamarnya. Segala hal tentang Candra harus ia ketahui, ukuran sepatu, warna kesukaan, alamat rumah, makanan kesukaan, makanan yang paling Candra benci, warna yang Candra tidak sukai, sampai jadwal kuliah Candra pun Windy cari tahu lewat salah satu antek terpecayanya.

Yaitu —

Karesh Gunawan.

Setiap Windy dan Karesh bertemu, rasanya mereka sudah seperti sahabat karib karena memerlukan informasi. Karesh membutuhkan Windy untuk informasi Kanya, dan Windy untuk informasi Candra.

Kanya sampai heran dengan Windy dan Karesh yang semakin dekat tanpa disadari. Keduanya saja lebih sering berchattingan ketimbang Karesh dengannya.

Bukannya cemburu, hanya saja khawatir jika hal ini nantinya membuat sesuatu hal yang sama-sama tidak diiginkan.

"Anya!" panggil Karesh sambil melangkah menuju gadis dengan kaos kuning itu. Kanya baru saja keluar dari sekre renang. Dan Karesh menghampirinya seolah memang sudah menunggunya sejak tadi.

"Iya kak?" tanya Kanya setelah memasukkan hapenya ke dalam tasnya.

"Liat, Windy gak?"

Kanya membuang napasnya kemudian melipat tangannya di depan dada. Ini sudah ketiga kalinya Karesh selalu mencarinya hanya untuk bertanya di mana Windy.

"Anya gak tahu!" ucapnya ketus membuat Karesh tersenyum.

"Cemburu?"

"Enggak!" Kanya mengepalkan tangannya. "Anya tuh cuman bingung aja, kenapa kak Karesh sekarang ketemuan mulu sama Windy —"

Kanya melebarkan matanya saat Karesh tiba-tiba menarik tangannya mendekat hingga wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti saja. Pipi Kanya sontak memerah, ia menahan malu karena beberapa orang melihat ke arah mereka. Karesh memang tidak peduli tempat.

"Kakak!" Kanya mendorong tubuh Karesh menjauh. "Anya gak tahu Windy di mana. Mungkin di sekre fotografi kali," jawab Kanya asal bicara.

"Tapi — nanti aja deh ketemu Windynya. Sekarang, nemenin pacar aku dulu yang lagi kesel." Karesh tersenyum lebar membuat Kanya mendesah kasar.

"Pacar apaan sih?! Kapan Anya jadi pacar kak Karesh?! Nembak aja belum!" setelah mengatakan itu Kanya melangkah menjauh dari Karesh membuat pria itu tertawa gemas melihat kelucuan Kanya yang menurutnya hanya terjadi ketika gadis itu berada di depannya saja.

Semburat merah tomat itu, bahkan Karesh nikmati hanya untuk dirinya sendiri. Kanya Agatha, gadis pujaannya, calon masa depannya dan calon ibu dari anak-anaknya.

"Maaf, Anya. Gue cuman pengen lo gak nyesel saat udah nerima gue nanti. Sekarang, gue buktiin dulu ke lo, gue gak mau salah langkah. Gue mau hanya lo satu untuk selamanya."

"Huuuuuuueeeeekkkkkk!!!" Karesh yang sibuk bermonolog akhirnya terganggu dengan suara mual Sanja yang lewat di belakangnya.

Karesh memutar jengah matanya kemudian menyematkan satu tangannya di saku celananya lalu merebut minuman Sanja tanpa izin. Karesh meneguk minuman itu, kemudian memberikannya lagi pada Sanja.

"Bucin amat dah ma Kanya."

"Kek lo gak pernah bucin aja sih, Nja!" kata Karesh malas.

"Emang enggak." Sanja memeletkan lidahnya kemudian tertawa kecil.

"Btw, lo liat Windy, gak?" tanya Karesh membuat Sanja memicingkan matanya.

"Gue liat lo sering banget ketemuan sama Windy sekarang. Ada hubungan apa lo ma Windy?" tanya Sanja retoris membuat Karesh tertawa kemudian mengidikkan bahunya tak acuh.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang