Stalker : 39 Ending

3.8K 270 124
                                    


"Ini," kata Candra sambil memberikan ponselnya pada Windy setelah ia menekan kontak gadis yang ia telepon beberapa menit yang lalu. Candra sama sekali tidak tahu bahwa Windy sampai mengembalikan cincin yang ia berikan saat melamarnya hanya karena belum mengkonfirmasi sesuatu yang tidak pasti.

Oke. Mungkin salah Candra juga yang harus main sembunyi-sembunyi seperti ini hingga mengundang kecurigaan Windy.

"Aku ga minta HP kamu, Ndra."

"Ini, bicara sama dia." Candra menyodorkan ponselnya pada Windy, membuat perempuan itu akhirnya menempelkan HP Candra pada telinga kirinya dan menunggu panggilan itu terjawab. Hingga...

"Halo, Can? Katanya mau telepon nanti malam? Ga jadi? Oh, mumpung kamu telepon, aku cuma mau bilang cincin nikah yang kamu pesan udah jadi. Aku kirim gambarnya lewat Whatsapp!"

Windy melebarkan matanya mendengar kata 'cincin nikah'. Cincin nikah sama siapa? Sama Nala ini? Jadi selain nikah sama Windy, Candra berniat poligami dengan nikah bersama gadis lain?

Windy tiba-tiba memberikan ponsel itu kembali pada Candra dengan kasar. Ia masih menatap Candra dengan tatapan yang sama seperti tadi. Cemberut. Mengundang pertanyaan di kepala Candra. Kenapa lagi sekarang? Apa bacotan Nala sebelumnya kurang jelas di telinga Windy? Ketutupan apa sih emang telinga calon istrinya ini?

"Win...,"

"Candra mau poligami? Mau nikahin dua perempuan sekaligus?"

"Hah?"

"Itu tadi, dia bahas cincin nikah. Cincin nikahnya Candra sama Nala-Nala itu, kan?"

Oke. Mungkin Candra harus diingatkan kembali bagaimana otak polos Windy bekerja. Ia harusnya mengerti bahwa tidak mudah bagi Windy untuk mencerna sebuah perkara. Namun kenapa rasanya gemas sekali? Ya kali Candra berniat nikah dengan gadis lain? Mana ada niatan begitu?

"Win, aku ga ngerti lagi."

"Candra nyesel ngajak Windy nikah?"

INI UJIAN HIDUP APA LAGI SIH TUHAN?!

"Candra harusnya jujur aja dari dulu---"

"Nala itu temen aku, yang aku mintai tolong buat cincin nikah kita." Candra langsung berterus terang. Bisa mati frustrasi ia jika terus-terusan debat dengan otak polos Windy yang membuatnya ingin mencubit pipi perempuan cantik itu.

"Cincin nikah Windy sama Candra?"

Candra mengangguk. "Yang mau nikah itu kita, kan?"

"Iya." Windy menganggukkan kepalanya antusias.

"Ya berarti cincin nikah kita, Sayang." Candra mencubit pipi Windy dengan sangat gemas karena kepolosan Windy yang menyebalkan kadang-kadang.

"Windy kira---"

"Tolong ga usah menyimpulkan opini-opini bodoh di kepala cantik ini. Yang perlu kamu lakukan hanyalah konfirmasi. Ngerti?"

"Maaf," ucapnya menunduk dengan suara rendah yang menunjukkan penyesalannya karena sudah berpikiran yang tidak-tidak, bahkan sampai ingin menunda pernikahan mereka hanya kareba cemburu. Terlihat sekali jika Windy masih begitu kanak-kanak.

Dan muncul-lah pemikiran itu pada benak Candra.

Gue yakin bakal nikahin gadis yang belum dewasa kayak gini?

***

Candra mengembuskan asap rokoknya ke udara. Saat ini, di sampingnya ada Karesh dan Sanja yang menemani pria itu. Tanggal pernikahan sudah ditentukan. Dua minggu lagi acaranya dilaksanakan. Undangan sudah dipesan, cincin juga sudah Candra siapkan. Tinggal melakukan fitting baju pengantin bersama Windy saja.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang