Stalker : 9

2.9K 499 59
                                    

"Kamu perispannya lengkap, kan?" tanya Sanja pada Windy yang sibuk menyuapkan mie gorengnya.

Sanja tertawa kecil melihat lucunya Windy saat makan, belepotan dan itu menggemaskan. Hingga Sanja harus dengan senang hati mengambil tisu dan mengusap sudut bibir Windy yang kotor. Sanja memang sengaja mengajak Windy makan siang berdua, dengan alibi membahas masalah DIKLATSAR. Sanja sengaja menjual nama Candra agar Windy mau pergi bersamanya. Menyebalkan memang, namun bagaimana lagi jika cewek yang dia suka adalah bucinnya Candra sahabatnya sendiri?

Sanja pun membukakan air mineral dan memberikannya pada Windy. Gadis itu sontak menerimanya sambil mengulum senyuman terindahnya pada Sanja yang akhirnya membuat jantung Sanja bekerja rodi dengan tidak normal. Sekali senyuman saja membuat jantung Sehun lari dengan spidometer 70km/h. Bagaimana jika Sanja menerima senyuman itu sepanjang hari? Mungkin Sanja bisa mati muda karenanya.

"Loh katanya mau ngomongin kak Candra? Windy tungguin ini!" kata Windy mulai tidak sabaran karena lima belas menit duduk di sini, yang Sanja katakan hanya tentangnya saja. Lagi, Sanja terus membawanya ke pembicaraan lain agar membuatnya lupa tentang Candra.

"Oh? Em, iya, Win. Jadi, si Candra ikut."

Windy mulai mengembangkan senyuman lebih lebar lagi mendengar perkataan Sanja yang seolah vitamin untuk tubuhnya. Rasanya benar-benar senang mendengar Candra ikut DIKLATSAR bersama Sanja. Dengan begitu ia bisa melancarkan aksi bucinnya pada Candra.

Windy pun menopang dagunya bahagia, sambil melamunkan hal-hal yang mungkin akan ia lakukan bersama Candra. Makan bersama, saling bertatapan, dan mungkin - tidur bersama? Ah tidak! Itu terlalu berlebihan, mungkin duduk di bawah sinar rembulan sudah lebih dari cukup.

"Melamun apa, Win?" tanya Sanja mengejutkan.

Windy tertawa malu. "Enggak kok, kak."

"Besok, kakak jemput, ya? Kita berangkat jam 9."

"Eum? Berdua aja?"

"Iya. Anak-anak yang lain pake bus soalnya. Nanti kita naik jeep gue."

"Kalo kak Candra naik apa?"

Sanja mendesah kecewa. Semua yang dia bicarakan selalu disangkut pautkan dengan Candra. Di dalam otak Windy sepertinya hanya Candra dan Candra. Entah bagaimana cara mengubahnya menjadi Sanja. Sepertinya Sanja harua berusaha lebih keras mendekati Windy.

"Candra naik mobil dia sendiri. Cuman dia itu gak suka berangkat sama-sama. Dia agak telat," ucap Sanja beralasan. Tapi tidak sepenuhnya bohong juga. Memang Candra hanya suka berangkat sendiri, Candra bukan tipe cowok yang suka bergabung bersama anggota lain.

Windy nampak sedikit kecewa, dam Sanja membaca raut wajah itu. Ada rasa kesal melihat kekecewaan Windy yang menurutnya berlebihan, padahal di hutan nanti mereka juga akan bertemu, kan? Masa hanya karena Candra naik mobil sendiri Windy menjadi bad mood seperti ini?

"Oke deh, kak." Windy tersenyum akhirnya serta menganggukkan kepalanya.

Sanja pun ikut tersenyum kemudian mengacak rambut Windy lembut. "Gue ada kelas, sampai besok ya, Win."

Windy mengangguk dan melambaikan tangannya pada Sanja begitupun sebaliknya. Hingga Sanja pun hilang dari pandangan Windy, menyisahkan gadis berkuncir kuda itu di kantin dengan menikmati makanannya yang belum habis sejak lima belis menit lalu. Windy memang sangat lamban saat makan, seperti seekor siput saat berjalan, itulah Windy jika sedang makan.

STALKER | Wenyeol  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang